Salin Artikel

Lima Fakta 21 Anggota Pramuka Tersesat di Hutan, Bertahan 8 Jam hingga Minum Air Hujan

KOMPAS.com - Sejumlah 21 anggota pramuka dan seorang pembina tersesat di Hutan Atanggao di Kolaka selama kurang lebih 8 jam, pada hari Minggu (10/2/2019).

Sumarjono (53), pembina pramuka yang turut tersesat, mengatakan, mereka sudah meninggalkan jejak di jalan agar mudah menemukan jalan untuk pulang ke base camp. 

Entah mengapa, jejak tersebut hilang dan rombongan anggota pramuka SMP 2 Kolaka tersebut terpaksa bertahan tengah guyuran hujan dan minum air hujan. 

Tim SAR akhirnya berhasil menemukan rombongan yang tersesat tersebut. Beberapa siswa ditemukan dalam kondisi pingsan dan salah satu siswi terluka karena dipatuk ular.

Berikut ini fakta lengkapnya:

Sumarjono menceritakan, rombongan yang dia pimpin berangkat dari Bumi Perkemahan Keakea, Kelurahan Mongolo, Kecamatan Latambaga, Kabupaten Kolaka, Sultra, sekitar pukul 08.45 Wita, menuju air terjun Atanggao.

“Kami mandi, pokoknya main-mainlah, berfoto-foto, mengambil video bersama anak-anak, lengkap saat itu,” kata Sumarjono yang dihubungi lewat telepon seluler, Selasa (12/2/2019).

Setelah menikmati wisata air terjun, sekitar pukul 12.30 Wita, rombongan bergegas kembali menuju lokasi perkemahan karena sudah sepakat dengan sopir mobil yang akan menjemput mereka pukul 14.00 Wita.

“Di tengah perjalanan, entah bagaimana, kami nyasar. Jejak yang kami tinggalkan sudah tidak ada. Kami tetap mengikuti arahnya air. Awalnya kami naik gunung. Ketika dengar suara air, kami menuju ke air karena aliran air menuju ke kampung,” kata Sumarjono yang telah menjadi pembina Pramuka sejak puluhan tahun lalu itu.

Saat menyadari jejak sandal, sepatu, dan tali penolong di jalur pulang telah hilang, Sumarjono mengajak anak didiknya menyusuri aliran sungai.

Harapannya, aliran sungai akan berhilir ke perkampungan. Namun setelah berjam-jam menyusuri sungai, rombongan pramuka asuhan Sumarjono tak kunjung menemukan rumah warga.

Sumarjono menceritakan, setidaknya saat itu ada tiga bukit yang mereka daki. Namun, hingga sore hari Sumarjono bersama 9 siswa perempuan dan 12 laki-laki belum juga menemukan jalan keluar.

Akhirnya, mereka meneruskan perjalanan ke atas bukit yang lebih tinggi untuk mencoba mendapat sinyal telepon dan meminta bantuan.

“Di atas bukit baru kami dapat sinyal. Kami cari Google Maps, dapat petunjuk 200 langkah menuju Keakea. Jaraknya kurang lebih sekitar 100 meter. Kami mengikuti arah tersebut sesuai petunjuk. Namun, ketika sudah jauh, kami heran karena tak sampai tujuan,” katanya.

Setelah berhasil mendapat sinyal dan menghubungi salah satu pembina bernama Asti, Sumarjono memutuskan untuk mencari tempat beristirahat bagi anak didiknya sembari menunggu bantuan.

Sumarjono juga menghubungi menantunya yang merupakan anggota pencinta alam di daerah itu.

Lalu Sumarjono membuat api unggun untuk menghangatkan badan dan beristirahat usai kelelahan.

Sementara itu, bekal makanan dan minuman mereka telah habis. Para siswa juga kelelahan. Tak berselang lama, hujan pun turun dan memadamkan api unggun.

Namun, hal itu juga menjadi berkah. Air hujan mereka minum untuk menghilangkan dahaga.

Hingga pukul 20.00 Wita, tim SAR belum juga datang menemukan mereka. Dalam kondisi gelap, seorang siswi dipatuk ular kecil di bagian tangan.

Hingga tengah malam, Sumarjono dan siswanya melewati malam tanpa penerangan sedikit pun. Mereka berkumpul membentuk lingkaran untuk saling menguatkan.

Saat itu Sumarjono mengingatkan anak-anak untuk berbaring sambil memberikan sandi agar bisa ditemukan para petugas.

“Pokoknya pakai sandi saja. Kalau jam 12 berarti arah barat, jam 3 arah utara, jam 6 arah timur, jam 9 arah selatan,” kata Sumarjono.

Hingga tiga kali mereka melihat sumber cahaya yang berasal dari senter tim pencari. Mereka berteriak sekuat-kuatnya dan baru dapat ditemukan tim SAR gabungan pada posisi arah jam 6 tepat di belakang rombongan.

“Terus di atas ada balasan katanya ‘sabar, sabar, Alhamdulillah anak-anak langsung senang,” kata Sumarjono.

Saat ditemukan, para siswa langsung makan makanan yang dibawa oleh keluarga yang ikut dalam tim SAR gabungan.

Sementara itu, Kepala Pos SAR Kolaka Asep mengatakan, tim SAR gabungan menuju lokasi sekitar pukul 19.30 Wita.

Informasi yang diterima ada 21 anggota Pramuka hilang di sekitar 3 kilometer arah timur Bumi Perkemahan Keakea.

Tim gabungan ini dibagi tiga dan rombongan Pramuka ini ditemukan oleh tim ketiga. Temuan tim SAR gabungan itu berawal dari baju, sepatu, ponsel di lokasi tak jauh dari air terjun tempat mereka menyalakan api unggun.

Tim SAR menemukan posisi korban dalam keadaan berkumpul kedinginan dan kelaparan, bahkan ada yang pingsan.

"Perintah kepala Basarnas Kendari malam itu juga kami harus cari rombongan sampai ditemukan sebab mereka kelaparan dan banyak anak," ujar Asep yang dihubungi via telepon, Kamis siang.

Setelah ditemukan, para anggota Pramuka itu langsung dievakuasi dengan cara digendong dan menggunakan tandu.

Sumber: KOMPAS.com (Kiki Andi Pati)

https://regional.kompas.com/read/2019/02/15/12435301/lima-fakta-21-anggota-pramuka-tersesat-di-hutan-bertahan-8-jam-hingga-minum

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke