Salin Artikel

5 Fakta di Balik Erupsi Gunung Karangetang, Ancaman Awan Panas dan Waspada Aliran Lava

KOMPAS.com - Bencana erupsi Gunung Karangetang mengakibatkan 227 warga di Kabupaten Siau Tagulandang Biaro (Sitaro) mengungsi.

Humas Badan SAR Nasional ( Basarnas) Manado Feri Ariyanto mengatakan,jumlah tersebut merupakan data yang dihimpun Basarnas Manado hingga Senin ini pukul 10.30 Wita.

Sementara itu, pemerintah daerah siap untuk memasok bantuan bagi para pengungsi di daerah terisolir.

Warga pun diharapkan waspada ancaman aliran lava di sejumlah sungai yang diprediksi menjadi jalur aliran lava. 

Baca fakta lengkapnya:

Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi ( PVMBG), Kasbani mengimbau warga dan pengunjung untuk tidak melakukan aktivitas di zona bahaya Gunung Karangetang, Sulawesi Utara pada Senin (11/2/2019).

Perlu diketahui, Gunung Karangetang kembali melakukan aktivitas vulkaniknya, seperti guguran lava yang terjadi sejak November 2018.

"Saat ini erupsi yang paling dominan terjadi di Gunung Karangetang bersifat efusif (guguran lava dan guguran awan panas), dan juga berpotensi untuk erupsi eksplosif berskala kecil," ujar Kasbani saat dihubungi Kompas.com pada Senin (11/2/2019).

Oleh karena itu, PVMBG merekomendasikan warga Kampung Batubulan, Kampung Niambangeng, dan Kampung Beba untuk melakukan evakuasi ke tempat yang aman dari ancaman guguran lava maupun awan panas.

PVMBG menjelaskan, untuk wilayah sektoral dari puncak ke arah Barat-Barat Laut sejauh 3 km dan ke arah Barat Laut-Utara sejauh 4 km sebagai zona berbahaya.

Seperti diketahui, dampak aktivitas vulkanik Gunung Karangetanng telah membuat 33 KK (122 orang) mengungsi. Mereka berada di Penampungan Paseng, 11 KK (39 orang) mengungsi di Sekolah GMIST Batubulan, dan 9 KK (29 orang) mengungsi di rumah-rumah kerabat.

Sementara itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sitaro, Sulawesi Utara juga melaporkan bahwa dua jembatan kampung tersebut rusak berat akibat dampak aktivitas vulkanik Gunung Karangetang.

Tak hanya itu, pemerintah daerah, TNI, Polri, dan sukarelawan telah melakukan upaya penanganan darurat.

"PVMBG merekomendasikan zona perkiraan bahaya yang meliputi radius 2,5 km dari puncak Kawah Dua dan Kawah Utama," ujar Kasbani

Humas Badan SAR Nasional ( Basarnas) Manado Feri Ariyanto mengatakan, petugas terus melakukan pemantauan di sekitar wilayah Gunung Karangetang.

Sementara itu, jumlah pengungsi hingga hari Senin (11/2/2019) 227 jiwa.

"Pengungsi di shelter 132 jiwa, di Desa Batubulan 42 jiwa, yang tinggal di rumah keluarga 39 jiwa, dan pengungsi anak-anak sekolah yang tinggal di Desa Kawahang ada 14 jiwa. Total pengungsi 227 jiwa," kata Feri melalui pesan singkat kepada Kompas.com, Senin.

Feri mengatakan, petugas Basarnas akan terus mengawasi aktivitas Gunung Karangetang sampai gunung tersebut dinyatakan aman.

"Tim di sana sampai Bupati mengatakan aman untuk masyarakat setempat. Untuk kapal KN SAR Bima Sena, masih disiagakan di sana. Apabila ada arahan dari Bupati untuk pengantaran logistik, kapal siap mengantarkan barang ke tempat yang terisolir," ujar Feri.

Petugas Pos Pengamatan Gunung Api Karangetang, Didi Wahyudi Bina, mengatakan, secara visual, pada hari Senin (11/2/2019), gunung nampak terlihat jelas hingga kabut 0-II.

Asap kawah bertekanan lemah teramati berwarna putih dengan intensitas tebal dan tinggi 50 sampai 100 meter di atas puncak kawah.

"Sedangkan kawah dua, mengeluarkan asap putih sedang hingga tebal, dengan tinggi lebih kurang 50 meter. Hembusan asap putih sampai kelabu sedang, tinggi lebih kurang 200 meter," kata Didi, seperti dikutip dari rilis tertulis.

Ia menambahkan, pemantauan visual dari laut depan Desa Batubulan, teramati guguran lava ke arah Kali Malebuhe lebih kurang 1.000 sampai 1.500 meter.

"Leleran lava pada jarak lebih 3.500 meter dari kawah dua, juga masih sering terjadi kepulan asap putih hingga kelabu tebal," kata dia.

PVMBG menghimbau kepada warga untuk menyediakan penutup hidung dan mulut jika terjadi hujan abu.

"Jangan lupa untuk tetap menggunakan penutup hidung dan mulut untuk mengantisipasi potensi bahaya gangguan pernafasan jika terjadi hujan abu," kata Kasbani.

Kasbani juga mengimbau bahwa masyarakat yang tinggal di sekitar Gunung Karangetang untuk tetap tenang, tidak terpancing isu-isu mengenai Gunung Karangetang yang tidak jelas sumbernya.

Berdasarkan pantauan PVMBG, ada beberapa sungai yang berpotensi menjadi jalur aliran lava dan guguran dari Kawah Dua.

Sungai itu adalah Sungai Melebuhe, Sungai Batuare, Sungai Batukole, Sungai Saboang, Sungai Niambangeng, Sungai Sumpihi, Sungai Kiawang, Sungai Kinal, dan Sungai Kawahang.

"Masyarakat yang tinggal di sekitaran sungai-sungai tersebut untuk meningkatkan kesiapsiagaan dari potensi hujan lava dan banjir yang dapat mengalir hingga ke laut," ujar Kasbani.

Sumber: KOMPAS.com (Retia Kartika Dewi, Skivo Marcelino Mandey)

https://regional.kompas.com/read/2019/02/12/15060411/5-fakta-di-balik-erupsi-gunung-karangetang-ancaman-awan-panas-dan-waspada

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke