Salin Artikel

Duduk Selonjor Depan Vihara Berharap Angpau...

Tak cuma orang dewasa, anak-anak juga. Dari penampilan, mereka rata-rata mengenakan pakaian agak lusuh.

Mereka tanpa alas duduk selonjor berjejer di aspal hingga di mulut pintu masuk vihara.

Tangan mereka akan sigap menyodorkan wadah kobokan yang terbuat dari plastik atau bekas wadah minuman dari kaleng, saat satu atau dua orang warga etnis Tionghoa berjalan keluar usai beribadah di vihara.

Mereka berharap, mendapat rezeki diberi angpau oleh etnis Tionghoa yang sedang beribadah dalam perayaan Imlek 2019 ini.

“Lumayan buat nambah biaya kontrakan rumah,” kata Eva (62), perempuan warga Rambung Merah, Kabupaten Simalungun.

Eva mengaku, dia sudah sejak Senin berada di vihara itu berharap angpau. Dia bahkan sampai menginap sehari di sana.

Rupanya, dia juga kerap ke vihara tersebut meski tak dalam perayaan Imlek. Sebulan, dia bisa hingga dua kali berharap angpau.

“Tak ramai-ramai seperti sekarang. Paling kami dua tiga orang datang kemari,” kata dia.

Perempuan ini sehari-hari membantu orang jualan di Pasar Dwikora, Pematangsiantar. Suaminya sudah tak ada, korban terjangan tsunami 2004 di Aceh.

Dulu dia tinggal di Aceh. David (19), warga Jalan Sutomo, Pematangsiantar, yang baru usai menggelar ibadah bersama keluarga, memberikan sejumlah uang ke wadah yang disodorkan warga di sana.

Dicegat usai memberikan uang logam dan kertas, David menyebut, memberikan angpau sebagai bentuk rasa syukur karena tahun ini sudah mendapat rezeki.

“Kita kan sudah mendapat rezeki, tak ada salahnya kita berikan juga pada orang lain,” kata dia.

Menurut David, perayaan Imlek tahun ini sama dengan tahun sebelumnya. Dirayakan dengan suka cita dan beribadah ke vihara bersama keluarga.

Salah satu kegiatan Imlek yakni dengan membersihkan rumah. Semua 'kotoran' tahun sebelumnya dibuang, agar keberuntungan dapat diterima.

“Kita bersih-bersih rumah, buang 'kotoran' tahun lalu agar keberuntungan datang ke kita. Kita juga beribadah dan membagi angpau,” kata dia.

David menyebut, Imlek identik dengan warna merah, seperti pakaian dan angpau, karena itu merupakan lambang keberuntungan.

Sama halnya dengan para warga yang duduk berjejer di depan vihara, berharap keberuntungan angpau. Mereka tampak antusias menyodorkan tangan jika satu dua warga etnis Tionghoa keluar usai beribadah.

https://regional.kompas.com/read/2019/02/05/13194691/duduk-selonjor-depan-vihara-berharap-angpau

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke