Salin Artikel

5 Fakta di Balik Gerakan Suluh Kebangsaan, Ancaman Perpecahan Bangsa hingga Dukungan Para Tokoh Nasional

KOMPAS.com - Sejumlah tokoh nasional menggelar pertemuan dan mencetuskan "Gerakan Suluh Kebangsaan". Para tokoh yang menggawangi gerakan tersebut adalah Mahfud MD, Alissa Wahid, Romo Beny Susetyo dan Budi Kuncoro.

Gerakan tersebut muncul dari rasa keprihatinan akan ancaman perpecahan bangsa Indonesia akhir-akhir ini.

Ketua Gerakan Suluh Kebangsaan, Mahfud MD, mengatakan, gerakan ini diawali di Yogyakarta dan akan disebar melalui forum-forum kebangsaan di seluruh daerah Indonesia.

Berikut ini fakta menarik dari "Gerakan Suluh Kebangsaan":

Gerakan Suluh Bangsa mendapat dukungan dari Sri Sultan HB X, Buya Syafii Maarif, KH Mustofa Bisri, Habib Lutfi, Shinta Nuriyah, Romo Magnis Suseno, Prof Komarudin Hidayat, Prof John Titaley, Garin Nugroho, Rikard Bangun, Siti Nuraini Dzuhayatin, Innayah Wahid, Ari Kriting dan Savic Ali.

"Saya diminta memimpin gerakan suluh kebangsaan ini, dan untuk sementara saya bersedia menjadi ketuanya agar mulai dulu," kata Mahfud MD, Kamis (9/1/2019). 

Berbagai macam kegiatan akan dilakukan dalam gerakan suluh kebangsaan ini, seperti sarasehan, dialog kebangsaan, hingga jelajah kebangsaan.

Dengan gerakan suluh Kebangsaan ini diharapkan memperkuat rasa nasionalisme, memperkokoh persatuan dan kesatuan demi kejayaan Indonesia.

"Suluh Kebangsaan ini lahir dari keprihatinan," kata Ketua Gerakan Suluh Kebangsaan, Mahfud MD, dalam sambutan di sarasehan kebangsaan di Balai Raos Jalan Magangan Kulon No 1, Panembahan, Keraton, Kota Yogyakarta, Kamis (9/1/2019).

Mahfud MD menuturkan, dalam satu dua tahun terakhir muncul gejala perpecahan dengan mendompleng isu-isu sensitif seperti agama dan paham politik.

Hal itu membuat risau anak bangsa yang sadar akan pentingnya persatuan dan kesatuan serta keberlangsungan negara Republik Indonesia.

"Saling serang menyerang, munculnya politik identitas yang mengkhawatirkan, misalnya identitas keagamaan, bukan hanya antara Islam non Islam yang sekarang saling dibenturkan, tetapi antara orang-orang Islam sendiri saling dibenturkan. Ini sungguh sangat memprihatinkan," ucapnya.

Merebaknya isu-isu tersebut semakin mengkhawatirkan karena muncul bersamaan dengan agenda konstitusional, yakni pemilu. Lebih parah lagi, isu tersebut disemarakkan dengan berita-berita hoaks.

"Berita hoaks itu dikapitalisasi dengan sedemikian rupa, dan tampaknya ada yang mengorganisir. Bahkan yang kita dengar ada yang bayar juga," ungkapnya.

"Itu untuk memecah belah kita, dan ini sungguh sangat mengkhawatirkan. Bagi orang awam, hoaks itu diterima apa adanya," katanya lagi.

Untuk itu, Gerakan Suluh Kebangsaan ini melawannya dengan mengedepankan dialog dan sering berkumpul dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

"Kami sering berkumpul dan berdiskusi kalau dibiarkan tidak bagus, tetapi kalau kami menumpang program pemerintah kami dicuriga lagi, membawa pesan pemerintah. Kami lantas membikin sebuah gerakan suluh kebangsaan," paparnya.

Gerakan suluh kebangsaan ini dimulai dari Yogyakarta. Bentuk acaranya berupa sarasehan kebangsaan.

"Untuk pertama di Yogyakarta, dan kami akan melakukan perjalanan ke berbagai daerah di Indonesia mulai hari ini. Di mana nanti akan dibuat forum-forum seperti ini, yang hadir didaftarkan itu sekitar 50-60 orang di setiap daerah, karena hanya memang dipilih tokoh-tokoh," ujar Mahfud MD.

Dengan gerakan suluh Kebangsaan ini diharapkan memperkuat rasa nasionalisme, memperkokoh persatuan dan kesatuan demi kejayaan Indonesia.

"Mulai tanggal 23 Januari kami akan melakukan jelajah kebangsaan melalui kereta api. Di setiap stasiun kami akan berhenti, tokoh-tokoh lokal kita ajak diskusi bicara tentang kebangsaan," kata Mahfud MD di Yogyakarta, Rabu (9/1/2019).

"Karena sayang sungguh sayang, kalau negara yang seindah ini, merdeka atas berkat Allah Yang Maha Kuasa hancur karena hoaks, karena perbedaan politik," kata Mahfud.
Menurut Mahfud, Pemilu hanyalah memilih pemimpin selama lima tahun. Sedangkan Negara Kesatuan Republik Indonesia ini untuk selamanya.

"Kita rawat negara Republik Indonesia karena sungguh nyaman kita hidup di Indonesia ini. Berdosa kita kalau kita abaikan negara ini, karena nanti anak cucu kita tidak akan menikmati kenyamanan seperti ini mana kala kita lalai sekarang ini menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia," tandasnya.

Sumber: KOMPAS.com (Wijaya Kusuma)

https://regional.kompas.com/read/2019/01/10/17355911/5-fakta-di-balik-gerakan-suluh-kebangsaan-ancaman-perpecahan-bangsa-hingga

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke