Salin Artikel

Fakta di Balik Populernya Capres-Cawapres Fiktif, Nurhadi-Aldo

Poster pencalonan Nurhadi-Aldo bertebaran di berbagai media sosial. Nurhadi mengenakan baju berwarna merah terang, sementara wakilnya Aldo, mengenakan baju berwarna putih. Dalam poster, keduanya terlihat kompak mengenakan peci hitam.

Pasangan yang diusung oleh Partai Kebutuhan Iman dan mengusung tagline "Tranjal Tronjol Maha Asyik" ini kerap mengeluarkan pernyataan-pernyataan satire politik yang bersifat menggelitik.

Setelah menjadi viral di tengah masyarakat, terkuak beberapa fakta di balik pasangan capres-cawapres imajiner ini. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut.

Nurhadi tidak kenal Aldo

Meskipun dikenal luas oleh masyarakat sebagai pasangan Nuirhadi-Aldo, ternyata sang sosok capres Nurhadi tidak mengenal Aldo yang menjadi pasangannya.

Hal ini diketahui saat Nurhadi didatangi oleh Kompas.com beberapa waktu lalu. Sambil tertawa, ia mengaku tidak mengenal Aldo sang cawapres pendampingnya.

"Tidak, lah itu gagasan dari mana saya juga enggak ngerti. (Sampai sekarang) enggak ngerti,” kata Nurhadi.

Setelah namanya banyak dikenal, dan sosoknya mendapat tempat di hati masyarakat dunia maya, sosok penggerak di balik Nurhadi-Aldo membuka pemesanan kaus kampanye.

Kaus itu berlatar warna putih, dengan gambar khas Nurhadi yang mengenakan baju koko merah dan terdapat tulisan #McQueenYaQueen melengkung persis di atas gambar.

Berdasarkan keterangan Nurhadi saat ditemui di kediamannya oleh Kompas.com, ia mengaku sudah berhasil menjual 100-200 lembar kaus bergambar dirinya. Kaus tersebut dijual dengan harga satuan Rp 150.000.

Arti "Tronjal-Tronjol"

Tronjal-tronjol, itulah tagline yang selalu digunakan oleh capres-cawapres Nurhadi-Aldo beserta tim relawannya dalam berkampanye di media sosial.

Banyak yang bertanya-tanya apa sebenarnya arti dari "tronjal-tronjol"? Istilah ini diambil dari ungkapan atau istilah dalam bahasa Jawa yang berarti sembarangan.

Ini menggambarkan kebiasaan orang-orang jaman sekarang yang sembarangan dalam bertingkah laku di media sosial, sehingga kerap merugikan pihak lain.

“Tronjal-tronjol itu seperti kondisi sekarang. Banyak orang asal ngomong dan timbul berita hoaks di sana-sini. Kata itu untuk orang bodoh. Ya sindiran saja biar orang lebih berhati-hati kalau ngomong di publik,” kata Nurhadi.

Berawal dari komunitas Facebook

Semua keriuhan di media sosial hari ini berawal dari grup Facebook yang dibentuk Nurhadi sejak lima tahun lalu. Dalam grup itu, Nurhadi kerap membagikan kata-kata motivasi, berbagi cerita kehidupan, dan promosi jasa pijat yang ia tekuni.

Dari situlah, kemudian ada seorang pemuda yang berasal dari Sleman, Yogyakarta, menghubungi Nurhadi dan meminta ijin untuk menjadikannya sosok capres fiktif melalui berbagai bentuk poster di internet.

Inilah awal mula terkenalnya sosok Nurhadi sebagai capres dagelan, terlepas dari latar belakangnya sebagai tukang pijit dan penjaja obat tradisional yang tidak memiliki singgungan sama sekali dengan dunia politik.

Pengikut di media sosial

Pasangan ini mulai dibuatkan akun media sosial oleh para relawannya pada akhir Desember 2018 lalu. Mulai dari Instagram, Twitter, dengan nama @nurhadi_aldo dan halaman Facebook dengan nama @DildoforIndonesia.

Masing-masing akun tersebut sudah berhasil mendapatkan pengikut sebesar 245.000 di Instagram, 51.000 di Twitter, dan 139.000 di Facebook. Semua itu didapat kurang lebih hanya dalam waktu dua pekan sejak pertama kali dibentuk, akhir Desember 2018.

Pengikut Nurhadi-Aldo di media sosial pun bukan sekadar pengikut pasif. Mereka sangat aktif memberikan komentar, berpartisipasi membuat konten, menyebarluaskan dan bahkan menjadi relawan dari pasangan ini.

https://regional.kompas.com/read/2019/01/07/14344781/fakta-di-balik-populernya-capres-cawapres-fiktif-nurhadi-aldo

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke