Salin Artikel

5 Fakta Bencana Longsor di Cisolok, Ridwan Kamil Angkat Anak Asuh hingga 132 Kali Longsor

KOMPAS.com - Tim Search and Rescue (SAR) gabungan terus melakukan pencarian korban longsor di Desa Sirnaresmi, Cisolok, Sukabumi. Tercatat hingga hari Kamis (3/1/2019), sudah 18 korban meninggal ditemukan.

Saat ini, petugas terus bekerja keras untuk mencari 15 korban lainnya. Sementara itu, sebanyak 16 korban telah berhasil teridentifikasi.

Wacana relokasi warga terdampak longsor semakin menguat. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menjelaskan, dalam 10 tahun terakhir wilayah Sukabumi paling sering terjadi bencana longsor.

Berikut ini fakta baru bencana longsor di Sukabumi:

Petugas penyelamatan kembali menemukan 5 korban meninggal di lokasi longsor di Kampung Garehong, Sukabumi, Jawa Barat, Kamis (3/1/2019).

"Hasil operasi hari ini ditemukan lima korban," kata Direktur Operasi Basarnas, Brigjen (Mar) Budi Purnama.

"Kelima korban yang ditemukan hari ini terdiri dua berjenis kelamin perempuan, dan tiga laki-laki yang salah satunya anak kecil," sambung dia.

Untuk itu, hingga Kamis petang, sudah 18 korban ditemukan. 16 korban diantaranya sudah teridentifikasi dan dua korban masih dalam proses identifikasi tim Disaster Victim Identification (DVI).

Hari kelima, Jumat (4/1/2019), ratusan petugas SAR masih melakukan pencarian 15 korban bencana longsor di Kecamatan Cisolok.

"Proses pencarian masih seperti kemarin dengan dibagi dua shift. Pagi hingga siang, dan siang hingga sore," ungkap Kepala Kantor SAR Jakarta, Hendra Sudirman kepada wartawan, Jumat (4/1/2019).

Bencana tanah longsor dari lereng perbukitan Gunung Surandil itu terjadi pada Senin (31/12/2018) sekitar pukul 18:00 WIB.

Longsor tersebut mengakibatkan 29 unit rumah tertimbun dan 30 kepala keluarga (KK) dengan jumlah 100 jiwa.

Kepala Kantor SAR Jakarta, Hendra Sudirman, menjelaskan, proses pencarian tetap seperti sehari yang lalu dengan dibagi enam sektor. Setiap sektor mempunyai tugas masing-masing.

"Hari ini mendapatkan tambahan satu alat berat, sehingga semuanya ada tiga alat berat," kata Hendra yang juga sebagai SAR Mission Coordinator (SMC).

Sementara itu, Hendra juga berharap cuaca pada hari kelima cerah. Hal ini akan mempermudah proses pencarian korban.

"Kemarin cuaca cerah, sehingga, proses evakuasi bisa maksimal. Mudah-mudahan hari ini juga bisa cerah," katanya.

Diberitakan sebelumnya bencana tanah longsor dilaporkan terjadi di wilayah Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Senin (31/12/2018) petang.

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengangkat Hengki dan Farel sebagai anak asuh. Hengki dan Farel merupakan kakak beradik yang ditinggal kedua orangtuanya yang turut jadi korban longsor di Kampung Sinar Resmi, Cisolok, Kabupaten Sukabumi.

Gubernur Jawa Barat tersebut sempat bertemu dengan keduanya saat meninjau korban longsor di Sukabumi, Rabu (2/1/2018) kemarin.

"Di dalam urusan kebencanaan selalu ada peristiwa yang menyedihkan. Ada dua anak selamat karena pas kejadian dia lagi pergi ke masjid. Jadi, Allah menyelamatkan dua anak itu karena mau ngaji dan shalat maghrib. Sementara, kedua orangtuanya masih tertinggal di rumah. Maka, dia selamat orangtuanya enggak," tutur Emil, di Bandung, Kamis (3/1/2019).

"Dia jadi yatim piatu. Karena masih usia ini (sekolah) saya berinisiatif di lokasi saya urusi nanti hidupnya, saya asuh sampai dewasa insya Allah," tambah Emil

Kepala Pusat Data, Informasi dan Hubungan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana ( BNPB) Sutopo Purwo Nugroho, menyebutkan, sudah 132 kali bencana tanah longsor terhadi di Sukabumi dalam kurun waktu 10 tahun terakhir.

"Jadi selama 10 tahun terakhir longsor adalah bencana yang paling banyak di Kabupaten Sukabumi," kata Sutopo saat konferensi pers di Graha BNPB, Jakarta Timur, Rabu (2/1/2018).

Kejadian tanah longsor terakhir terjadi di Dusun Cimapag, Kecamatan Cisolok, Sukabumi, sekitar pukul 17.00 WIB, pada Senin (31/12/2018).

Jika mengacu pada pada data dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), daerah Sukabumi memang rawan terhadap bencana tersebut.

Sementara, masyarakat di daerah tersebut dan daerah lain yang berpotensi terjadinya tanah longsor belum mendapatkan pendidikan kebencanaan.

Sumber: KOMPAS.com (Devina Halim, Dendi Ramdhani, Budiyanto)

https://regional.kompas.com/read/2019/01/04/15450251/5-fakta-bencana-longsor-di-cisolok-ridwan-kamil-angkat-anak-asuh-hingga-132

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke