Salin Artikel

Shelter Tsunami Labuan, Dibangun Tapi Tidak Berfungsi karena Korupsi

Pantauan Kompas.com, Jumat (28/12/2018) bangunan berwarna kuning pudar tersebut berdiri kokoh di tengah padatnya pemukiman penduduk di Labuan. Jika melihat sekilas mungkin banyak yang tidak tahu jika bangunan ini adalah Shelter Tsunami, apalagi papan penunjuk tertutup lapak-lapak milik pedagang.

Rupa bangunan juga tidak meyakinkan untuk dijadikan sebagai hunian darurat oleh pengungsi saat tsunami datang. Setidaknya itu yang dikatakan oleh Ace, warga setempat.

Ace mengatakan, saat tsunami menerjang Sabtu (22/12/2018) kemarin, dirinya malah takut untuk menyelamatkan diri ke Shelter Tsunami.

"Saya malah takut bangunannya tidak kokoh, takut gempa malah roboh, lagi pula belum pernah ada sosialisasi sebelumnya kalau ada tsunami harus mengungsi ke sini," kata Ace kepada Kompas.com

Ace mengatakan, memang malam itu ada sejumlah warga menyelamatkan diri ke Shelter saat air laut mulai naik, namun tidak banyak dan mayoritas adalah anak-anak muda yang bertenaga.

"Kalau orang tua ngos-ngosan mas, tangganya sangat curam dan licin, saya saja yang masih segar malas naik ke atas, pikirkanlah kalau orang tua, tidak sanggup," ujar dia.

Shelter Tsunami Labuan, punya dua akses masuk ke lantai tertinggi, yakni lewat tangga dan ramp, namun pada Jumat (28/12/2018) akses ramp tertutup oleh material sehingga tidak bisa difungsikan. Sementara tangga, seperti yang dikatakan Ace, cukup curam dan licin saat hujan lantaran lantainya dari keramik.

Sementara warga lain, Johan, mengatakan sejak dibangun pada 2010 silam, sepengetahuan dia, Shelter Tsunami Labuan tidak pernah ada difungsikan. Bangunan tersebut seperti dibiarkan tanpa tuan dan banyak fasilitas yang rusak.

"Di atas itu ada toilet, tapi sekarang sudah rusak, ada ruangan juga, tapi sangat kotor, banyak sampah, jika hujan, di lantai paling atas juga sering banjir," kata Johan.

Kata dia, Shelter akan ramai jika pada akhir pekan saja menjelang malam. Saat itu, menurut dia, banyak anak-anak ABG yang nongkrong.

"Sering rame anak-anak ABG di sana, bahkan bisa sampai tengah malam, sudah sering sekali ditertibkan sama aparat, tapi mereka enggak kapok," ujar Johan.

Menanggapi Shelter yang tidak berfungsi, Bupati Pandeglang Irna Narulita menyebut jika bangunan ini memang pembangunannya tersendat lantaran kasus korupsi. Saat ini kasusnya tengah diusut oleh Polda Banten.

Irna mengatakan, jika proyek pembangunan Shelter tsunami di Labuan dikerjakan oleh pihak provinsi. Untuk itu, dia sudah meminta izin pada pemprov untuk diambil alih oleh Pemkab Pandeglang dan dilanjutkan pembangunannya.

"Saya juga sudah sampaikan ke Kapolres (Pandeglang) apakah boleh diambil alih, karena saat ini tengah tahap penyelidikan Polda Banten, saya tidak tahunsudah sampai mana prosesnya," kata Irna saat dikonfirmasi Kompas.com, di Labuan, Jumat (28/12/2018).

Harapan Irna, jika diambil alih oleh Pemkab Pandeglang, maka shelter tersebut bisa digunakan sebagaimana mestinya, yakni jadi tempat evakuasi warga seperti saat tsunami datang seperti Sabtu (22/12/2018) lalu.

Namun tentunya, kata dia, bakal dikaji terlebih dahulu, apakah strukturnya kokoh atau tidak jika menopang banyak pengungsi.

"Besok tim kami akan kaji memastikan apakah kuat menampung ratusan orang," kata dia.

https://regional.kompas.com/read/2018/12/28/22193761/shelter-tsunami-labuan-dibangun-tapi-tidak-berfungsi-karena-korupsi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke