Salin Artikel

6 Cerita Seputar Banjir di Kampar Riau hingga Hari Ke-7, Warga Mengungsi hingga Belum Terima Bantuan

Banjir di Kabupaten Kampar Riau terjadi sejak Minggu (9/12/2018) lalu.

Hal itu setelah dibuka lima pintu air waduk PLTA Koto Panjang, sehingga air meluap dan masuk ke permukiman warga yang tinggal di sisi hilir sungai.

1. Tak Dapat Bantuan

Selama banjir akibat luapan air Sungai Kampar itu, warga mengaku tidak mendapatkan bantuan dari pemerintah setempat. Sehingga, para korban terpaksa memakan makanan seadanya.

Untuk memenuhi kebutuhan, warga memanfaatkan stok kebutuhan yang masih tersisa di rumah mereka.

Selain itu, warga menangkap ikan di lokasi banjir. Sebab selama air meluap, cukup banyak ikan yang berhasil ditangkap warga.

"Kami hampir setiap hari menangkap anak ikan buat makan. Di sini kami buat posko untuk tempat berkumpul dan makan sama-sama," kata Asnidar salah korban banjir di Desa Terantang, Kecamatan Tambang, Kampar.

Dia mengatakan, untuk kebutuhan memasak, warga mengumpulkan uang seadanya. Kemudian membeli sembako untuk dimasak.

2. Tidak Bisa Bekerja

Para korban banjir di Kabupaten Kampar mengaku tidak bisa bekerja seperti biasa. Sebab selain rumah, perkebunan dan sawah juga terendam air.

Tak hanya itu, akses menuju perkebunan juga tidak bisa dilewati. Untuk keluar rumah saja, warga menggunakan perahu tradisional.

Hal ini diakui Zulhendri (30) warga Desa Padang Luas Kecamatan Tambang, Kampar.

"Sejak banjir kami tidak bisa bekerja. Kebun sawit dan karet, itu hampir semuanya banjir. Apalagi perkebunan warga di sini rata-rata menyeberang sungai," kata Zulhendri.

3. Ketinggian Air 50-100 sentimeter

Banjir di sejumlah kecamatan di Kabupaten Kampar memang cukup parah. Bahkan ketinggian air dari 50 sentimeter hingga satu meter lebih.

Salah satunya di Dusun III Desa Pulau Rambai, Kecamatan Kampa. Di sini hampir semua rumah warga direndam air.

Kepala Desa Pulau Rambai Sahidun Firdaus mengatakan, ketinggian air di permukiman warga bervariasi, karena ada dataran rendah dan dataran tinggi. Sahidun menyebut ada sekitar 50-100 meter.

Sementara di Desa Padang Luas, Kecamatan Tambang, tinggi air di permukiman warga juga ada yang satu meter lebih. 

4. TNI Berikan Bantuan

TNI AD Kodim 0313/Kampar berinisiatif untuk memberikan bantuan kepada para korban banjir. Bantuan tersebut diberikan khusus untuk korban yang betul-betul sedang membutuhkan.

Pada Selasa (11/12/2018), Dandim 0313/Kampar Letkol Inf Aidil Amin memberikan bantuan beras secara pribadi kepada korban banjir.

"Bantuan seadanya dari saya pribadi. Ini sebagai bentuk keprihatinan saya kepada warga yang mengalami banjir," kata Aidil pada Kompas.com.

Dia mengatakan, bantuan diberikan kepada beberapa korban banjir di Desa Pulau Rambai, Desa Penyasawan dan Rumbio.

Kemudian pada Jumat (14/12/2018), bantuan kembali diserahkan Kodim 0313/Kampar melalui Koramil 07/Kampar di daerah terisolir Dusun II Langgam, Desa Rumbio Jaya, Kampar.

Sebanyak 50 paket sembako diserahkan Danramil 07/Kampar Kapten Inf Lilik Haryono bersama prajuritnya.

5. Mengungsi di TK

Memasuki hari keenam, korban banjir di Desa Penyasawan, Kecamatan Kampar, Kabupaten Kampar, Riau, mengungsi di tingkat dua sekolah Taman Kanak-kanak (TK) Aisyiyah yang terletak di pinggir jalan lintas Riau-Sumatera Barat, Jumat (14/12/2018).

"Sudah enam hari kami mengungsi di TK ini. Namun kami belum dapat bantuan dari pemerintah. Padahal kami sangat membutuhkan, baik makanan sehari-hari dan juga susu buat anak," kata Aini (26) salah satu pengungsi saat ditemui Kompas.com, Jumat.

Dikatakan dia, warga yang mengungsi di TK Aisyiyah sekitar 20 orang. Ada orang dewasa dan anak-anak.

Untuk makan sehari-hari, para korban masih memanfaatkan stok kebutuhan pokok yang masih ada tersisa. Namun, kian hari makin habis.

6. Bertahan di Rumah

Para korban banjir di Kabupaten Kampar Riau lebih banyak bertahan di rumah, meski sejumlah rumah hampir tenggelam.

"Kami masih bertahan di rumah. Karena banyak barang-barang dalam rumah, jadi takut ditinggal," kata Abdul Gani selaku kepala dusun I Desa Pulau Rambai, Kecamatan Kampa.

Dia mengaku, posko pengungsian dan posko kesehatan sudah ada didirikan pemerintah. Namun, posko pengungsian masih kosong.

"Posko pengungsian ada di seberang kampung kami. Untuk ke sana warga jadi sulit. Memang sekarang ada satu perahu mesin bantuan dari pemerintah, tapi warga takut juga untuk menyeberang," ujar Abdul.

Menurut dia, setiap kali banjir, warga memang lebih memilih untuk bertahan di rumah.

https://regional.kompas.com/read/2018/12/15/11163271/6-cerita-seputar-banjir-di-kampar-riau-hingga-hari-ke-7-warga-mengungsi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke