Salin Artikel

Perahu Patah karena Ombak Besar Pantai Selatan, Satu Nelayan Terluka

Perahu itu terbelah menjadi dua karena terjangan ombak itu.

Seorang nelayan bernama Ngudi Warno (50), warga Dusun Sangetan, Glagah, mengalami patah tulang betis pada kaki kiri, dan sobek pada bagian kaki kanan dalam insiden ini.

Sedangkan rekannya asal Dusun Tawangsari, Pengasih, Erik Riyanto (28), tak mengalami luka apa pun.

"Kaki kiri yang retak ini tertimpa kapal. Yang kanan sobek kena baling-baling," kata Ngudi, di rumahnya, sepulang dari rumah sakit terdekat, Selasa (27/11/2018).

Pantai Glagah berada di Selatan Yogyakarta. Pantai itu menghadap ke samudera lepas.

Ombak di sana tinggi dan besar, angin kencang, dan suara deburnya cukup merontokkan nyali. Selasa pagi, lima kapal dari kelompok nelayan "Ngudi Mulyo" hendak melaut.

Ngudi mengatakan, aktivitas melaut dilakukan mulai pukul 06.00. Seperti biasa, mereka berniat menangkap lobster dan bawal putih.

Kebetulan ombak pagi itu tidak tinggi. Dua kapal pertama berhasil berlayar ke tegah laut.

Kapal ketiga di mana Ngudi dan Erik berada di posisi ketiga. Seperti nelayan lain, kapal yang mereka gunakan jenis perahu jukung di mana terdapat sayap di kanan kirinya.

Perahu dengan nama lambung Dirgahayu itu tak berhasil melewati deretan ombak. Mereka memutuskan kembali.

"Posisi kapal sudah menyerong, ombak datang dan menggulung kami dan perahu terbalik," kata Ngudi.

Badan perahu mengenai kaki Ngudi dan menyebabkan tulang betis kaki kirinya patah. Punggung luar kaki kanan juga robek akibat teriris baling-baling mesin kapal.

Perahu pun terus digulung dan didorong ombak. Perahu sampai patah menjadi dua karena benturan sana sini.

Sayap dan tiang-tiang pun patah. "Ditutuki (bahasa Jawa dari dipukul berulang) ombak sampai patah," kata Ngudi.

Ngudi sendiri segera mendapat pertolongan para nelayan lain. Mereka melarikan Ngudi ke rumah sakit terdekat. "Yang kena baling-baling ini dijahit 7," kata dia.

Insiden ini menyebabkan Ngudi mengalami kerugian besar, yakni kapal seharga Rp 15 juta, mesin 15 PK seharga Rp 250.000, dan jaring yang sebagian rusak seharga Rp 300.000.

Ia pun berencana istirahat tidak melaut dalam tempo cukup lama. Nelayan lain mengungkapkan, inilah Pantai Selatan yang selalu sulit ditebak.

Kejadian serupa sebenarnya cukup banyak terjadi. Mereka mesti selalu hati-hati ketika mulai melaut. "Kejadian seperti ini memang makanan sehari-hari. Penuh tantangan," kata Ahmad Icas (32), di lain kesempatan.

Pantai di Selatan Kulon Progo merupakan kawasan pantai sekaligus daerah pertanian. Nelayan sekaligus petani banyak menghuni desa-desa di sana.

Pada musim tertentu, seperti di bulan Agustus-Februari, mereka baru melaut. Bila angin Timur tiba, mereka memilih bertani.

Glagah sendiri banyak dihuni nelayan dan petani seperti ini. Sekitar 70 nelayan yang terbagi 2 kelompok ada di Glagah.


https://regional.kompas.com/read/2018/11/27/17563401/perahu-patah-karena-ombak-besar-pantai-selatan-satu-nelayan-terluka

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke