Salin Artikel

4 Fakta Baru Kecelakaan Lion Air JT 610, Radius Pencarian Diperluas hingga Nelayan Lihat Pesawat Terbang Miring

KOMPAS.com — Memasuki hari ketiga pasca-kecelakaan pesawat Lion Air JT 610 rute Jakarta-Pangkal Pinang, tim SAR gabungan belum menemukan tanda-tanda keberadaan badan pesawat.

Sementara itu, radius pencarian korban dan badan pesawat akan diperluas menjadi 15 mil laut.

Seorang nelayan di perairan Tanjung Karawang mengaku melihat pesawat Lion Air JT 610 terbang di atasnya sebelum terjadi kecelakaan. 

Berikut ini fakta baru kecelakaan pesawat di perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat.

Menurut Deputi Operasional Basarnas Nugroho Budi Wiryanto, Basarnas tak mau berspekulasi terkait kondisi pesawat sehingga sulit ditemukan oleh tim SAR gabungan.

"Kami tidak mau berandai-andai dulu (pesawat pecah berkeping-keping)," ujar Nugroho, dalam konferensi pers di Kantor Basarnas, Jakarta, Selasa.

Menurut Nugroho, yang terpenting saat ini adalah tim pencarian terus bekerja mencari badan pesawat Lion Air JT 610.

"Saat ini yang penting kami mencari dulu. Tugas pokok kami (Basarnas) yakni mencari dan mengevakuasi. Oleh sebab itu, kami akan memastikan dengan alat yang kami punya," kata dia.

Tim SAR akan menambah luas wilayah pencarian korban dan badan pesawat Lion Air JT 610 yang jatuh di Perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat, pada Senin (29/10/2018).

Rencananya, mulai hari Rabu (31/10/2018) atau pencarian hari ke-3, tim SAR akan menambah jangkauan seluas 15 mil laut dari lokasi awal.

"Besok kami akan melebarkan radius kami menjadi 15 nautical mile (mil laut)," ujar Deputi Operasional Basarnas Nugroho Budi dalam jumpa pers di Kantor Basarnas, Kemayoran, Jakarta Pusat, Selasa (30/10/2018).

Pada hari pertama, pencarian difokuskan pada radius 5 mil laut dari titik awal yang diduga lokasi jatuhnya pesawat. Kemudian, pada hari kedua, Selasa, pencarian diperluas menjadi 10 mil laut.

Menurut Nugroho, diharapkan perluasan lokasi pencarian dapat memaksimalkan upaya evakuasi korban dan badan pesawat. Salah satunya untuk menemukan kotak hitam pesawat.

Salah satu korban pesawat naas tersebut adalah Wahyu Susilo (31), warga Dukuh Geneng RT 017, RW 008, Kelurahan Palar, Kecamatan Trucuk, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.

Wahyu meninggalkan seorang istri yang tengah hamil tujuh minggu dan satu orang anak perempuan usia tiga tahun.

Sebelum kejadian, Wahyu sempat mengabarkan kepada istrinya, Isti Khasanah (30), bahwa dirinya sudah tiba di Bandara Soekarno-Hatta di Cengkareng.

"Kontak terakhir itu ya pas di bandara mau berangkat (terbang). Setelah itu sudah enggak (kontak) lagi," kata Wirawan, kakak ipar korban.

Wahyu selama ini sering bolak-balik menggunakan pesawat karena bekerja di perusahaan kelapa sawit di luar Jawa yang berkantor pusat di Jakarta.

Saat tengah mencari ikan di sekitar perairan Tanjung Karawang, Samin tiba-tiba melihat ada pesawat dengan posisi miring melewati perahunya.

"Saya sering lihat pesawat lewat sini. Tetapi, yang ini posisi pesawatnya miring sampai sayapnya ke bawah," ungkap Samin saat ditemui di rumahnya, Selasa (30/10/2018).

Samin tak sempat menyaksikan pesawat itu terjun ke laut. Pasalnya, saat itu posisinya membelakangi lokasi terjunnya pesawat naas itu.

Dia hanya mendengar suara keras seperti masuk ke laut kemudian meledak

Sumber: KOMPAS.com (Farida Farhan, Labib Zamani, Abba Gabrilin, Yoga Sukmana)

https://regional.kompas.com/read/2018/10/31/05531251/4-fakta-baru-kecelakaan-lion-air-jt-610-radius-pencarian-diperluas-hingga

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke