Salin Artikel

Narapidana Dilibatkan dalam Bedah Rumah di Kulon Progo

Bupati Kulon Progo, Hasto Wardoyo mengatakan, hal ini merupakan langkah inovasi.

Warga binaan suatu saat akan kembali ke masyarakat usai menjalani hukuman.

Pelibatan mereka diyakini menimbulkan multiplier effect, mulai dari penguatan pembinaan dalam rumah tahanan, peningkatan produksi dari hasil pembinaan, masyarakat turut menikmati hasil pembinaan dan pemberdayaan rutan, maupun membangun sikap terbuka masyarakat.

“Kami mencoba memberdayakan warga binaan agar bisa kembali ke masyarakat dengan memiliki keterampilan sekaligus bermanfaat bagi masyarakat,” kata Bupati Hasto saat memimpin bedah rumah milik Bambang Sugiyanto di Dusun Punukan, Wates, Sabtu (20/10/2018).

Menurut Hasto, para warga binaan juga belajar hidup dalam saling membantu dan gotong royong di tengah masyarakat.

“Mereka ini berlatih kembali ke masyarakat lewat gotong royong dengan masyarakat. Gotong royong ini penting. Gotong royong itu rohnya Indonesia,” kata Hasto.

Bedah rumah dengan bergotong royong berlangsung rutin di Kulon Progo. Pendanaannya melalui sumbangan warga, baik zakat, infaq dan persembahan, termasuk dalam bentuk uang maupun barang, dan penyalurannya melalui Baznas.

Selain bedah rumah yang murni sumbangan warga, pemerintah juga melakukan hal yang sama melalui pendanaan dari anggaran pemerintah baik di tingkat nasional maupun provinsi.

"Sekarang sudah lebih dari 5.000 (bedah) rumah selama 5 tahun,” kata Hasto.

Pada hari ini, bedah rumah berlangsung di rumah Bambang di Punukan.

Pembangunan itu melibatkan lebih dari 20 warga Punukan. Bambang beserta istri dan seorang anaknya akan menempati rumah yang terbuat dari batako baru seluas 32 meter persegi di atas lahan 40 meter persegi.

Di rumah itu, terdapat satu ruang keluarga dan dua ruang tidur. Kusen rumah untuk Bambang ini merupakan hasil karya para narapidana di Rutan Wates.

Ketua Panitia Pembangunan Supriharjo mengatakan, warga menyambut baik kebijakan pemerintah ini.

Meski sebelumnya warga khawatir dengan keterlibatan narapidana, terutama soal pengawasan dan bagaimana membangun kerja sama dengan mereka dalam bedah rumah ini.

“Tadinya sempat kawatir. Ternyata warga binaan itu sambil mendapat pendampingan dari  pegawai Rutan. Jadi tidak apa-apa,” kata Supriharjo.

Libatkan Napi

Kepala Rutan Deny Fajariyanto mengatakan, pihaknya menyambut baik pelibatan warga binaan dalam program bedah rumah di Kulon Progo.

Keikutsertaan mereka memiliki implikasi banyak bagi warga binaan dan Rutan.

“Para warga binaan ini kami namai Pasukan Merah Putih yang akan terjun langsung membantu masyarakat untuk menepis stigma negatif warga binaan," kata Deny.

Mereka akan mengalami proses pelatihan dan pembinaan sebagai bekal kembali ke masyarakat selepas dari penjara.

Dampak selanjutnya, banyak kegiatan di Rutan ikut terdorong, terutama kerajinan hingga keterampilan. Salah satunya, kusen yang digunakan dalam bedah rumah.

“Warga kami bisa membuat 10 (kusen pintu) dalam 4-5 hari. Tidak hanya itu, ada sapu lidi dan sapu lantai. Setiap minggu hasilnya satu mobil dibawa ke pasar,” kata Deny.

Tidak tiap warga binaan bisa memperoleh kelonggaran seperti ini. Deny mengatakan, perlu proses pemilihan yang tepat.

Beberapa syarat yang harus dipenuhi, di antaranya, narapidana itu sudah menjalani proses hukuman minimal separuh dari masa hukumannya.

Mereka yang dilibatkan bukan seorang residivis, terpidana korupsi, terlibat narkotika, hingga penipuan dan penggelapan.

“Melalu kegiatan ini mereka (warga binaan itu akan) membuktikan bahwa di dalam (Rutan) itu mereka tidak terkungkung,” kata Deny.

https://regional.kompas.com/read/2018/10/20/16473871/narapidana-dilibatkan-dalam-bedah-rumah-di-kulon-progo

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke