Salin Artikel

Cerita Aryanti, Atlet Lari Peraih 2 Medali Perak Asian Para Games (1)

Aryanti bangga bisa membentangkan Sang Merah Putih saat Asian Para Games yang berlangsung di Jakarta pada awal Oktober 2018.

Gadis asal Banjar Lantangidung, Batuan, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar, Bali ini, mempersembahkan dua medali perak untuk Indonesia.

Saat ditemui Kompas.com di UNS Solo, Sabtu (20/9/2018), putri kedua dari pasangan I Nyoman Setiawan dan Ni Made Suri, menceritakan perjuangannya mengikuti Asian Para Games 2018.

Ia terpaksa tidak mengikuti kuliah selama 10 bulan untuk menjalani pemusatan latihan nasional (Pelatnas) di Solo.

"Selama 10 bulan saya tidak mengikuti kuliah karena ikut Pelatnas. Begitu tahu saya dapat medali perak, orangtua saya bangga dan senang. Katanya perjuangan saya tidak sia-sia. Semua di luar dugaan dari awal targetnya medali perunggu," kata Aryanti.

Di nomor lari 100 meter, Aryanti bersaing melawan atlet lari dari berbagai negara Asia. Aryanti meraih perak setelah berhasil menduduki peringkat kedua pada babak final.

Sementara, untuk lari nomor 400 meter, Aryanti juga menempati posisi kedua, setelah pelari asal Jepang.

"Di nomor lari 400 meter juara pertama dari Jepang. Karena track record-nya (rekam jejak) Jepang ini bagus. Juara keduanya saya (Indonesia) dan ketiga Iran," kata dia.

Mahasiswi jurusan Pendidikan Luar Biasa (PLB) FKIP Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Jawa Tengah ini, menjelaskan, keberhasilannya di Asian Para Games 2018 juga berkat dukungan civitas akademika UNS dan National Paralympic Commitee (NPC).

Dari prestasi yang diraihnya, Aryanti mendapat bonus dari Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) sebesar Rp 1 miliar.

Ia mengaku masih bingung untuk mengalokasikan penggunaan uang bonus tersebut.

"Masih shock, karena jumlahnya terlalu banyak. Bingung uang itu mau digunakan untuk apa nanti. Belum ada rencana sama sekali. Masih terlalu kecil aku mempunyai uang sebanyak itu," kata dia.

Low vision sejak lahir

Gadis berkaca mata ini bercerita, ia menderita low vision sejak lahir.

Aryanti pernah tiga kali menjalani operasi, dua di Bali dan sekali di Australia. Saat menginjak usia delapan tahun, Aryanti mengalami perlakuan yang tidak nyaman.

Ada seorang guru yang mengatakan kalau ia tidak cocok sekolah di umum.

"Saya sempat marah. Akhirnya saya pindah sekolah di SLBN 1 Denpasar," kata Aryanti.

Setelah lulus SD, ia melanjutkan ke SMPLB Negeri 1 Denpasar dan selanjutnya di SMALB Negeri 1 Denpasar.

"Dari SD sampai SMA saya tinggalnya di asrama Yayasan Pendidikan Dria Raba Denpasar. Di sini saya ditempa menjadi seorang atlet lari. Umur 13 tahun saya sudah mewakili sekolah untuk mengikuti perlombaan," kata Aryanti.

Dia mengatakan, tak mudah terpilih menjadi atlet nasional. Seleksinya sangat ketat. Namun, Aryanti tidak putus asa.

Ia ingin membuktikan bahwa penyandang disabilitas bisa berprestasi di bidang olahraga.

Kerja keras Aryanti akhirnya membuahkan hasil.

Selain meraih dua medali perak pada Asian Para Games 2018, segudang prestasi pernah diraih Aryanti di tingkat nasional maupun internasional.

Prestasi itu antara lain, menyumbang satu perak dan satu perunggu pada kejuaran lari nasional tingkat pelajar tahun 2009 di Yogyakarta.

Kemudian, menyumbang tiga emas kejuaraan Papernas tahun 2012 di Riau, satu perunggu dalam kejuaran Asian Youth Para Games 2013 di Malaysia, tiga medali perak cabor lari dalam ASEAN Para Games 2017 di Malaysia dan sederet prestasi lainnya.

https://regional.kompas.com/read/2018/10/20/15413211/cerita-aryanti-atlet-lari-peraih-2-medali-perak-asian-para-games-1

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke