Salin Artikel

5 Fakta Gempa dan Tsunami Sulteng, 1.763 Korban Jiwa hingga 7 Gardu Listrik Pulih

KOMPAS.com - BMKG mencatat, hingga 7 Oktober 2018 telah terjadi gempa susulan sebanyak 546 kali pascagempa utama magnitudo 7,4 pada Jumat (28/9/2018).

Hal tersebut terjadi karena terjadi penyesuaian di segmen sesar Palu Tengah menuju keadaan stabil.

Selain itu, bantuan makanan bagi para pengungsi di hari ke-10 juga masih belum merata. Kemensos pun mempriotitaskan untuk menyalurkan bantuan ke sejumlah titik yang belum terjangkau di Donggala.

Berikut sederet fakta terbaru tentang gempa dan tsunami di Palu dan Donggala.

Bantuan yang akan dikirimkan melalui jalur laut adalah tenda gulung atau terpal, tenda serba guna, selimut, matras, dan peralatan atau kebutuhan untuk dapur umum.

“Insya Allah hari ini kami bersama Tim Kemensos, Bupati Donggala, Dinsos (Dinas Sosial) Sulteng, akan menuju Kecamatan Balaesang (kabupaten Donggala), sekalian mau mengunjungi para pengungsi,” kata Hartono, Sekretaris Jenderal Kemensos RI Hartono Laras, kepada Kompas.com, Senin (8/10/2018).

Hartono mengatakan, akses menuju lokasi tidak bisa ditembus melalui darat lantaran medan yang sulit dan terputus, khususnya di wilayah Kabupaten Donggala.

Bantuan tersebut melalui jalur laut dari Pelabuhan Pantoloan, Palu Utara.

“Karena hari ini kami akan cukup banyak bantuan ke lokasi tersebut, maka diputuskan untuk menggunakan jalur laut,” kata Hartono.

Menurut petugas BMKG Wilayah IV Makassar, Emelda Meva Elsera, hingga 7 Oktober 2018, Sulteng diguncang 546 kali gempa susulan. Hal ini dikarenakan segmen sesar Palu Karo tengah dalam proses stabilisasi.

“Ketika terjadi gempa bumi besar, berarti energi yang dilepaskan juga besar. Sehingga, stabilisasi harus terjadi untuk kembali ke kondisi normal," ujar Emelda dalam keterangan tertulisnya, Senin (8/10/2018).

"Jadi gempa susulan tersebut merupakan bagian dari proses untuk menuju titik stabilnya lagi,” bebernya.

Namun demikian, Emelda menegaskan, gempa susulan di Sulteng, tidak berpengaruh pada gempa kecil di sejumlah daerah lain di Indonesia.

“Gempa susulan di Sulteng tidak memengaruhi gempa bumi di sejumlah daerah lainnya, karena tetap terdistribusi di sepanjang segmen sesar Palu Karo,” tegasnya.

3. Informasi 100 bayi berada di Antang, hoaks

Informasi di media sosial tentang 100 bayi korban gempa di Palu yang berada di tempat penampungan di Antang, Makassar, Sulawesi Selatan, dinyatakan hoaks oleh polisi.

Kabar tersebut tersebar melalui media sosial Facebook, khususnya dalam grup jual-beli online yang diunggah oleh salah satu anggota dari grup tersebut.

Unggahan itu menggunakan akun "Ibu Ilmu" sebagai narahubung. Dalam unggahannya, Ibu Ilmu menginformasikan sebagai berikut:

"Assalamualaikum...siapa tahu ada keluarga yang mau adopsi anak dari Palu, ada 100 lebih anak bayi di tempat penampungan di Antang, korban gempa Palu yang sudah tidak ada orangtuaya. Ibu Ilmi 081343538888,"

Pihak kepolisian memastikan bahwa informasi tersebut dipastikan tidak benar atau hoaks.

"Dari hasil patroli cyber setelah diklarifikasi dan konfirmasi ternyata tidak ada," ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat, Brigjen Dedi Prasetyo saat dihubungi Kompas.com, Senin (8/10/2018).

PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) berhasil memperbaiki tujuh dari 10 Gardu Induk di Palu, Sigi dan Donggala, Sulawesi Tengah.

Sebelumnya, 10 gardu induk listrik di Sulteng rusak akibat gempa dan tsunami yang melanda Palu dan sekitarnya beberapa waktu lalu.

Tujuh gardu induk yang sudah aktif kembali adalah GI Talise, GI Sidera GI Silae, GI Poso,GI Pamona, GI Pasangkayu, dan GI Parigi.

"Sabtu (6/10/2018), sebelum azan subuh berkumandang tim gabungan PLN berhasil menyalakan sebagian listrik di Donggala," ujar Direktur Bisnis Regional Sulawesi PLN Syamsul Huda dalam keterangan tertulis, Minggu (7/10/2018).

Setelah itu, Syamsul mengatakan, PLN akan fokus memperbaiki seluruh infrastrukur di Donggala. Wilayah ini memilik medan yang lebih berat.

"Saat ini kami juga berfokus untuk secara bertahap dapat memperbaiki seluruh infrastruktur kelistrikan di Donggala dikarenakan medan yang dilalui juga cukup berat," beber Huda.

Berdasar data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), jumlah korban jiwa akibat gempa dan tsunami mencapai 1.763 orang.

Dari jumlah tersebut, sebanyak 1.519 jenazah ditemukan di Palu. Sementara, sebanyak 159 jenazah ditemukan di Donggala.

Di Sigi, ditemukan 69 korban tewas; 15 jenazah di Parigi, dan 1 jenazah ditemukan di Pasangkayu.

Menurut BNPB, korban jiwa paling banyak ditemukan di Kota Palu. Hal itu disebabkan gempa dan tsunami yang terjadi di kota tersebut.

Hingga saat ini, diperkirakan masih banyak korban yang tertimbun dan belum diketahui keadaannya.

Jumlah korban yang sudah dimakamkan adalah sebanyak 1.755 jenazah. Paling banyak dimakamkan di area pemakaman keluarga sebanyak 923 jenazah.

Kemudian, sebanyak 753 jenazah dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Paboya, Palu, dan 35 jenazah dimakamkan di TPU Pantoloan, Palu. Untuk jumlah pengungsi, tercatat 62.359 jiwa di 147 titik.

Sumber: KOMPAS.com (Abba Gabrillin, Ambaranie Nadia Kemala Movanita, Retia Kartika Dewi, Hendra Cipto, Reza Jurnaliston)

https://regional.kompas.com/read/2018/10/08/14320621/5-fakta-gempa-dan-tsunami-sulteng-1763-korban-jiwa-hingga-7-gardu-listrik

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke