Salin Artikel

Selamat Jalan Mgr Ludovikus Simanullang, Uskup yang Berani Buat Perubahan dan Tak Segan Ikut Mengelap Meja

Sejak awal September lalu, laki-laki berumur 63 tahun itu berjuang melawan sakit ginjal komplikasi. Misa pagi di kapel mengantarkan perjalanan jenazahnya menuju Kota Sibolga, Sumatera Utara.

Sekretaris Keuskupan Sibolga Pastor Blasius S Yesse membenarkan kabar tersebut.

Menurut Yesse, sebagai pimpinan di Keuskupan Sibolga, Ludovikus adalah pimpinan kelima. Sebagai uskup, dia yang ketiga karena pimpinan sebelumnya hanya pastor.

Ludovikus dikenal sebagai orang yang sederhana dan rendah hati, punya semangat pelayanan yang luar biasa. Selama menjadi uskup, sudah tiga kali diadakan sinode atau sidang yang membahas semua karya pastoral di Keuskupan Sibolga.

"Inilah tugas dan tanggung jawab beliau melaksanakan tugas dan karya pastoral yang baik di Keuskupan Sibolga," kata Yesse, Kamis (20/9/2018).

Terkait penyakit yang dideritanya sebelum meninggal dunia, Yesse mengatakan, selama ini tidak pernah mengeluh dan selalu sehat.

"Sebulan terakhir dia sakit, sejak akhir Agustus-lah sudah terganggu kesehatannya," ucapnya.

Setelah dinyatakan meninggal dunia, jenazah Ludovikus diberangkatkan ke Kota Sibolga dan rencananya akan dimakamkan di sana.

"Pagi tadi diberangkatkan dari RS Santa Elisabeth, singgah sebentar di seminari tinggi di Pematangsiantar. Ada misa di situ, baru diberangkatkan ke Sibolga," imbuh Yesse.

Soal rencana pemakaman, dia mengaku pihaknya belum memutuskan. Pastinya almarhum akan disemayamkan beberapa hari di Gereja Katolik Saint Theresia Lisieux-Paroki Katedral di Jalan Brigjen Katamso Nomor 21, Kota Sibolga.

"Mungkin Sabtu atau Minggu pemakamannya, tapi belum pasti ini, masih kami bicarakan lagi. Prosesi pemakaman ada kebaktian, lebih spritual-lah penjagaan kami. Hari terakhir akan ada upacara kegerejaan..." pungkasnya.

Sekretaris Program Pusat Pastoral Keuskupan Sibolga, Elvina Simanjuntak, punya kenangan sendiri kepada uskup yang dikenal baik itu. Baginya, Uskup Ludovikus adalah laki-laki yang lembut, ramah dan begitu ke-bapa-an.

Perempuan berkaca mata itu mengagumi masa kepemimpinan sang uskup yang menurutnya sangat singkat.

Hanya 11 tahun empat bulan, banyak keberhasilan dan perubahan mendasar yang terjadi di keuskupan. Contohnya program gereja yang selama ini hanya fokus pada ibadah (kultis), di 2009 pada sinode pertama ditetapkan program-program yang transformatif.

"Beliau konsisten mengajak kita untuk tetap menjalankan perubahan dan pembaharuan itu selama 10 tahun ini. Cuma itulah, cepat sekali beliau pergi, masih gantung ini sebenarnya program," kata Elvina.

Keheranan dan keterkejutan dilontarkannya karena selama 10 tahun bersama Ludovikus, tidak ada yang mengetahui beliau menderita sakit. Paling hanya sakit-sakit biasa, seingatnya hanya sekali bedrest.

Tiba-tiba kemarin, sang uskup mengalami demam tinggi dan muntah. Sempat dirawat di salah satu rumah sakit di Sibolga, tapi karena tidak diketahui apa penyakitnya, Ludovikus dibawa ke Medan.

"Setelah diperiksa lengkap, ternyata empedunya yang bermasalah. Itu dulu yang dibereskan, katanya ada batu, sudah ditembak laser. Rupanya makin tidak beres karena sudah bernanah, operasi lagi. Sesudah itu, eh, organ-organ tubuh lain ikut-ikutan melemah, jantungnya melemah, ginjal bermasalah, hatinya juga ada gangguan. Pendarahan terus, tensi tidak stabil, ini yang buat dia drop terus," ungkapnya sambil menahan tangis.

"Tadinya mau dibawa ke Singapura, sudah direncanakan, tapi kondisinya lemah sekali, tidak memungkinkan lagi. Akhirnya subuh tadi berangkat beliau..." tambahnya kemudian.

Dia akan melakukan penyambutan khusus saat jenazah sampai. Biasanya jika pastor atau uskup yang meninggal dunia, akan disambut dengan suara lonceng gereja.

"Kami umat sudah standby di sini. Enggak menyangka sekali, masih terhitung muda, 63 tahun masih bapak ini...," ucapnya.

Elvina lalu mengingat kerendahan hati Ludovikus. Kalau makan bersama, lanjut dia, uskup selalu ikut mengangkati piring kotor ke belakang, mengelap meja dan menyimpan makanan ke lemari.

"Dia paling suka giliran mengelap meja. Ya..., senanglah memang, adem kalau di dekat Bapak Uskup ini. Aku berharap pembaharuan yang sudah dilakukan beliau bisa dilanjutkan terus. Apalagi, keuskupan kami ini, terletak di wilayah-wilayah termiskin di Sumut. Kebanggaan ku itu, meski kami di daerah miskin tapi uskup kami berani membuat pembaharuan..." ujar Elvina.

Mgr Manullang menjadi Uskup Sibolga pada 14 Maret 2007, mengisi sede vacante Keuskupan Sibolga. Kemudian ditahbiskan menjadi Uskup Sibolga pada 20 Mei 2007 oleh Penahbis Utama Duta Vatikan untuk Indonesia Uskup Agung Leopoldo Girelli.

Pria kelahiran Sogar, Barus, Kabupaten Tapanuli Tengah, 23 April 1955, ini mengikrarkan kaul kekal sebagai Kapusin pada 2 Agustus 1981, lalu menjadi Imam Kapusin pada 10 Juli 1983.

Seusai tahbisan, tugas perdananya adalah berkarya di Paroki Tarutung Bolak. Dia juga sempat mengenyam pendidikan lanjutan di Universitas Antoniaum Roma pada 1988-1993, lulus dalam program doktoral.

Kembali ke Indonesia, dia menjadi Magister Postulan Mela dan Moderator Paroki Tarutung Bolak mulai 1993 sampai 1997.

Selama menjadi imam, Mgr Manullang juga aktif sebagai formator bagi para calon imam di Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi (STFT) Santo Yohanes Pematangsiantar, Sumatera Utara.

https://regional.kompas.com/read/2018/09/21/15403331/selamat-jalan-mgr-ludovikus-simanullang-uskup-yang-berani-buat-perubahan-dan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke