Salin Artikel

Dokter Gigi, Cita-cita Bocah Nursaka yang Bolak-balik Malaysia-Indonesia demi Sekolah (5)

Sebuah buku gambar dan pensil berwarna dikeluarkannya dari dalam tas. Saka kemudian berupaya mengingat petunjuk dari gurunya yang memberi PR menggambar di sekolah tadi pagi. Sembari mengernyitkan dahi, Saka kemudian menggoreskan pensil berwarna membuat pola gambar.

Kedua adiknya ingin mengikuti aktivitas abangnya itu. Namun selalu dicegah oleh sang ibu maupun ayah mereka.

Malam itu, Rabu (12/9/2018), waktu menunjukkan pukul 19.30 waktu setempat. Julini, sang ibu kemudian menyuruh Saka beserta adiknya untuk makan malam. Saka kemudian membereskan bukunya lalu memasukkannya kembali ke dalam tas. Mereka pun makan bersama saat itu.

Setengah jam kemudian, saat selesai makan malam, Saka kembali mengambil tasnya. Kali ini, Saka akan belajar matematika dipandu oleh ibunya.

Buku dengan lembaran kotak-kotak kecil dibukanya satu per satu sampai menemukan halaman yang kosong. Tak lama kemudian, sang ibu mulai menyebutkan angka-angka serta pembagi bilangan.

“Delapan belas dibagi dua, dua belas dibagi tiga, sembilan dibagi tiga,” Julini menyebutkan sejumlah angka dengan menggunakan rumus pembagi matematika.

Bocah kelahiran Maret tahun 2010 itu pun menuliskan apa yang diucapkan ibunya. Saat soal sudah diberikan, Saka kemudian satu per satu mengerjakan soal yang diberikan ibunya itu, sementara sang ibu menggendong adiknya yang paling kecil ke halaman rumah.

Bersambung ke halaman 2: Alasan di balik cita-cita jadi dokter gigi

 

Sepuluh menit kemudian, Saka keluar membawa bukunya. Sang ibu kemudian mengoreksi satu per satu jawaban yang dituliskan Saka.

Begitulah gambaran aktivitas Saka saat berada di rumahnya pada malam hari. Dengan telaten, baik ibu maupun ayahnya bergantian menemaninya belajar.

“Saka kalau sudah besar mau jadi apa?”

“Mau jadi dokter,” jawabnya.

“Jadi dokter apa?”

“Dokter gigi. Supaya kalau orang sakit gigi, giginya dicabut. Kan kalau sakit gigi, mau makan kan susah,” jawabnya polos.

Keinginan Saka untuk menjadi dokter, menurut sang ibu, berawal ketika Saka pernah menjalani perawatan di rumah sakit. Saat itu, dia memperhatikan secara detail aktivitas para dokter maupun perawat yang merawatnya.

“Supaya bisa jadi dokter, Saka harus belajar yang giat,” ucap Saka saat ditanya upayanya untuk mewujudkan cita-citanya itu.

Saka juga sosok yang gemar menabung. Setiap mendapatkan uang, dia selalu memasukkan uang itu ke dalam celengan.

“Untuk biaya sekolah nanti,” ujar Saka polos.

Darsono, ayah Saka, bercerita, bahwa anaknya memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Saat sang ayah sedang mencangkul di kebun, misalnya.

“Dia tanya, kenapa dicangkul. Habis dicangkul diapakan lagi, begitu seterusnya sampai rasa penasarannya terjawab,” ucap Darsono.

Sang ayah menaruh harapan yang sangat besar terhadap anaknya itu. Paling tidak seperti nama yang diberikannya untuk putra sulungnya, Nursaka. Nur artinya cahaya dan Saka berarti bersinar atau tonggak, selain karena dia lahir bertepatan dengan Tahun Baru Saka.

Dan secepatnya, jika Tuhan berkehendak, Darsono ingin membawa Nursaka dan keluarganya kembali ke Indonesia....

BERSAMBUNG: Terpendam Lama, Bocah Nursaka yang Bolak-Balik Indonesia-Malaysia demi Sekolah Ingin Bertemu Jokowi (6)

https://regional.kompas.com/read/2018/09/17/08335841/dokter-gigi-cita-cita-bocah-nursaka-yang-bolak-balik-malaysia-indonesia-demi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke