Salin Artikel

Saat Prajurit TNI Menyulap Rumah Reyot...

Di sampingnya beberapa prajurit TNI dan pejabat kecamatan menemani.

Sebuah tenda digelar sederhana di depan rumah bercat warna kuning kontras itu.

Rumah itu berukuran 5 x 5 meter. Di dalam rumah, Jafar menunggu bersama istri dan keluarganya.

Sebelumnya, akhir bulan lalu, Fadjar menerima laporan dari bintara pembina desa bahwa terdapat rumah tidak layak huni di desa itu. Rumah itu berkontruksi dinding bambu dan sudah nyaris rubuh.

Pria ini langsung bekerja sama dengan seorang relawan, Desi, membuka donasi lewat media sosial. Sejak saat itu, bantuan dari para dermawan mengalir deras.

“Untuk tukang, langsung prajurit TNI yang bekerja. Saya intruksikan langsung dipimpin oleh komandan rayon militer di wilayah ini untuk mengawasi pembangunannya,” sebut Letkol Fadjar.

Bagi prajurit TNI, membangun rumah bukan pekerjaan sulit. Mereka terbiasa terjun dalam program TNI masuk desa, sehingga terbiasa memotong papan hingga memasang dan mengecatnya.

Sebelumnya rumah itu beratap rumbia diganti seng, dinding bambu diganti sebagian semen dan sebagian papan (semi permanen), begitu juga lantai tanah diganti menjadi lantai semen.

Sepanjang tahun ini, kata Fadjar, sebanyak 15 rumah kumuh milik warga sudah diperbaiki. Semua rumah itu tersebar di sejumlah desa dalam Kabupaten Aceh Utara.

“Program bedah rumah ini kita canangkan untuk meringankan beban masyarakat kita. Sumber dananya dari berbagai pihak, semisal perorangan yang menjadi donatur, perusahaan swasta dan BUMN dan pihak lainnya,” terang Fadjar.

Dia berharap, bantuan rehab rumah itu dapat membahagiakan kedua warga kurang mampu itu.

“Jangan biarkan saudara kita menempati rumah tidak layak, kumuh dan tidak sehat. Mari sama-sama membantu mereka,” katanya.

Sementara itu, Jafar mengucapkan terima kasih atas bantuan tersebut. Dia terlihat terharu dan beberapa kali keluar kalimat alhamdulillah dari mulutnya.

Air mata menggenang di kelopak matanya. Rasa haru biru menyatu dalam kebahagia.

“Semoga kebaikan ini diterima Allah SWT, amin,” kata Jafar.

Mengetuk nurani

Desi, relawan penggerak pembangunan rumah itu tersenyum ketika diwawancarai, Minggu (2/9/2018).

Gadis ini baru berusia 20 tahun. Namun, semangatnya berbagi dengan sesama begitu luar biasa.

Bahkan, dia mengumpulkan informasi tentang rumah kumuh atau tidak layak huni. Informasi itu lalu disebar lewat aplikasi whatsapp group dengan harapan mendapat respons dari masyarakat.

“Alhamdulillah, satu respons itu dari komandan Kodim Aceh Utara. Lalu kita cek rumah yang akan direhab, soal status tanah dan lain sebagainya. Ini bentuk upaya kita bersama tentara mengetuk nurani sesama warga, saling meringankan beban antar sesama,” sebutnya.

Pada bagian lain, Ketua Komunitas Albirru, Lhokseumawe, Ikhwansyah, menyebutkan hal yang sama. Ikhwan berkali-kali bekerja sama dengan TNI untuk merehab rumah warga.

“Ada yang cerita ke Dandim 0103 Aceh Utara, Pak Fadjar, ada Dandenpom Lhokseumawe juga. Mereka urunan membangun rumah duafa bersama komunitas kami,” terang Ikhwansyah.

Dia menyatakan, Al Birru memfokuskan diri merehab rumah dengan syarat pemilik rumah menumpang di tanah orang lain.

Namun, relawan dan Al Birru memastikan ke pemilik tanah agar bisa dibangun rumah dan diizinkan ditempati dalam jangka panjang.

"Pak Dandim misalnya bantu semen, perkakas kerja seperti cangkul, skop, paku dan lain sebagainya. Untuk satu rumah, kita butuh maksimal 20 juta rupiah. Itu dibantu sebagian besar dari keluarga besar TNI dan masyarakat,” terangnya.

Program Al Birru selaras dengan program Kodim Aceh Utara untuk merehab rumah duafa. Menggerakan nurani warga untuk terus berbagi dengan sesama,

Pertahanan semesta

Di tempat terpisah, Kepala Bagian Pengabdian Masyarakat, Universitas Malikussaleh (Unimal) Aceh Utara, Zulfikar Syarif, menyatakan program pengabdian TNI untuk masyarakat menjadi keniscayaan sejarah.

TNI, sambung pria yang akrab disapa Pak Dol ini, lahir dari rahim rakyat era kemerdekaan.

“Dulu Jenderal AH Nasution mengampanyekan konsep pertahanan semesta, ini juga konsep perang gerilya yang diampu oleh Jenderal Besar Sudirman. Konsep ini melibatkan seluruh rakyat dalam sistem pertahanan nasional, kemudian disahkan oleh Presiden Jokowi dalam PP No 97/2015 tentang kebijakan umum pertahanan negara 2015-2019,” kata Pak Dol.

Pengabdian institusi TNI dalam pembangunan sekaligus menegaskan konsep pertahanan semesta itu.

Hubungan humanis prajurit TNI dan rakyat sejatinya akan menguatkan pertahanan semesta.

“Kita patut apresiasi institusi TNI pro aktif meringankan beban warga. Idealnya, mengentaskan kemiskinan memang tanggungjawab kita semua, bukan hanya pemerintahan sipil, begitu juga institusi militer dan badan usaha,” sebutnya.

Dia menyatakan, sikap TNI humanis bersama rakyat akan memantik semangat rakyat membela bangsa, jika suatu saat negara dalam kondisi genting.

Pertahanan ini pula, menurut Pak Dol, kelebihan dari sistem keamanan nasional Indonesia.

“Sejarah mencatat, rakyat bersama TNI berjuang merebut kemerdekaan, mempertahankannya era revolusi dan mengisi kemerdekaan. Ini harus terus dipupuk, agar tumbuh subur dan mengakar,” ujarnya.

Lalu, sampai kapan Komandan Distrik Militer Kodim 0103/Aceh Utara Letkol Kav Fadjar Wahyudi Broto merehab rumah warga?

“Sampai kapan pun, selagi saya mampu, kita ajak semua prajurit membantu warga. Meringankan beban mereka itu bagian ibadah kita,” pungkasnya.

https://regional.kompas.com/read/2018/09/02/15243181/saat-prajurit-tni-menyulap-rumah-reyot

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke