Salin Artikel

Ramai-ramai Warga Bersihkan Jeroan Hewan Kurban di Sungai Kulon Progo

Tidak hanya pria dewasa dan pemuda, tapi anak-anak usia pelajar tampak gembira melibatkan diri dalam kegiatan ini.

Aktivitas kelompok-kelompok warga itu terlihat dari Jembatan Putih, sebutan warga setempat, di Jalan Pahlawan, Dusun Wonosidi Kidul, Wates, Kulon Progo, sampai di kejauhan.

"Habis dari potong kurban, warga bawa jeroan ke sungai sini. Kebanyakan usus yang dibersihkan," kata Parno, 36 tahun, sambil menyaksikan teman-temannya dari tepi sungai, Rabu (22/8/2018).

Warga kemudian membawa jeroan hewan-hewan kurban itu ke tepi Sungai Serang tidak jauh dari tempat menyembelih. Mereka mencucinya di sana.

"Sudah biasa. Tahun yang lalu juga begitu. Setelah dicuci, dibagi," kata Parno.

Rupanya banyak kelompok warga lain di Sungai Serang sepanjang pagi hingga siang tadi. Mereka datang dari tempat-tempat penyembelihan hewan kurban.

Di situ, mereka berendam di air sungai setinggi sekitar 100 sentimeter sambil membersihkan jeroan..

Seorang warga asal Wonosidi bernama Wahyu CM mengatakan, jeroan yang ia bersihkan berasal dari hewan kurban yang disembelih di Masjid Masfa, tak jauh dari sungai.

Sebanyak 8 sapi dan 4 kambing disembelih di sana. Wahyu dan kawan-kawannya membawa jeroan ke Sungai Serang di bawah Jembatan Putih. Mereka bertugas membersihkan jeroan itu di sungai.

"Tidak ada tempat (bersihkan jeroan di masjid). Setelah dari sini (sungai) nanti dibilas di masjid lalu dibagikan," kata Wahyu.

Beberapa anak tampak berada di pinggir sungai bertugas membalur jeroan yang sudah bersih dengan kapur sirih. Jeroan lantas dibilas lagi di sungai.

"Kapur ini untuk merontokkan kotoran, gajih, lemak. Kalau tidak dilabur dengan kapur ini tidak bersih," kata Rivan, warga Wonosidi Kidul.

Kegembiraan warga terlihat sepanjang hari mereka membersihkan jeroan di sungai.

Dimasak lebih lama

Kepala UPTD Pusat Kesehatan Hewan Wilayah Selatan Kulon Progo, Drh Eko Sulistyadi mengatakan, ada banyak risiko mencuci jeroan di sungai, di antaranya kontaminasi bakteri e-coli.

Bakteri ini bisa mengakibatkan infeksi usus serius yang mengakibatkan diare, sakit perut, dan demam.

Eko mengharapkan warga yang ingin mengonsumsi jeroan nanti perlu memasak hingga benar matang.

"Kita matikan bakteri e-coli. Kalau tidak dimatikan bisa kena diare. Memasaknya di suhu sampai 90 derajat atau sekitar 20 menit," kata Eko.

Pemerintah sebenarnya rutin menyosialisasi cara penanganan daging dan bagian-bagiannya secara higienis, utamanya untuk hari raya kurban. Ia meyakini kesadaran warga berangsur semakin baik dari waktu ke waktu.

Ia mengatakan, dalam 3 tahun penyuluhan, sudah cukup banyak perubahan perilaku warga.

"Dulu memotong sambil merokok, sekarang sudah tidak ada. Perlu memanfaatkan alas untuk hewan yang dipotong, sekarang sudah pakai plastik. Membawa daging pakai tas plastik transparan. (Peningkatan kesadaran) perlu proses dan waktu," kata Eko.

Ke depan, pihaknya berharap kesadaran warga membaik dalam menangani jeroan secara higienis, tidak lagi di sungai.

"Harusnya dicuci di air mengalir, seperti air keran. Bukan sungai mengalir," kata Eko. 

Ia mengatakan, sosialisasi dari kantornya banyak berlangsung pada warga di wilayah kerjanya di Kecamatan Temon, Panjatan, Galur, dan Wates. Semua ini dilaksanakan agar penanganan daging di masyarakat lebih baik dari waktu ke waktu.

https://regional.kompas.com/read/2018/08/22/20450641/ramai-ramai-warga-bersihkan-jeroan-hewan-kurban-di-sungai-kulon-progo

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke