Salin Artikel

Relawan Gempa Lombok Juga Perlu Psikolog untuk Atasi Trauma

Namun, akibat gempa yang terus menerus terjadi selama tiga minggu ini, relawan banyak yang mengalami trauma meski tugas mereka sebenarnya membantu para korban gempa.

Hal itu diungkapkan oleh Dedi Aryo, salah satu relawan di Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Nusa Tenggara Barat.

"Kami juga mengalami trauma, ada getaran sedikit saja, bahkan kucing lari di plafon rumah bisa bikin kami siaga sampai lari," jelas Dedi, Selasa (21/8/2018). 

Dedi yang juga aktivis lingkungan setempat menceritakan sejumlah kejadian yang mendorong  perlunya relawan mendapatkan trauma healing. 

Salah satu kejadian tersebut, dirinya pernah menemukan relawan dari Jawa Timur yang tidur mengigau berteriak meminta tolong karena gempa sambil berlari. 

Kejadian tersebut, menurut Dedi terjadi pada Minggu (19/8/2018) malam setelah gempa magnitudo 7,0 mengguncang Lombok.

"Saat itu saya berada di salah satu perkampungan bersama relawan dari Jawa Timur. Mereka datang hari Sabtu malam, setelah gempa 7,0.  Saya tidur di mushala darurat bersama beberapa relawan dan warga. Tiba-tiba kami dikagetkan teriakan gempa dan minta tolong seorang relawan. Relawan tersebut berteriak sambil berlari keluar mushala. Akhirnya kami kejar dan tepuk pundaknya, ternyata dia bermimpi," kata Dedi.

Menurut Dedi, lebih bagus jika para relawan dan pemuda di daerah gempa juga mendapat pelatihan terapi psikologis agar para relawan juga bisa menolong korban yang mengalami trauma.

"Saya juga pernah mendapatkan pelatihan terapi psikologis dari psikolog dari HIMPSI di kantor BPBD NTB," katanya.

Dandi Birdy, anggota Himpunan Psikolog (HIMPSI) Jawa Barat mengungkapkan, HIMPSI bersama biro konsultasi psikologi Westaria Bandung dan Dandiah Human Resource dan Konsultan yang dipimpinnya di Lombok ini menggelar program Psychological Trauma Healing.

"Salah satunya adalah melatih para relawan untuk bisa melakukan terapi dengan metode DEPTH, sebelum dilatih mereka juga diterapi terlebih dahulu," katanya.

Pelatihan ini, dilaksanakan di dua tempat yaitu di kantor BPBD Provinsi NTB dengan peserta para relawan dan di lokasi bencana di Desa Dangiang Kecamatan Kayangan yang pesertanya relawan di lokasi dan warga dan tokoh agama setempat.

"Para psikolog tentu tidak bisa terus mengawal mereka, makanya ilmunya kita tularkan, metodenya gampang," katanya.

Ustad Wildah (45), warga Desa Tanjung, Kecamatan Tanjung, Lombok Utara, yang mengikuti pelatihan di Desa Dangiang mengaku, metode terapi yang diajarkan sangat mudah diaplikasikan dan sangat logis. 

"Senin pagi saya ikut pelatihan, sore harinya saya praktikkan langsung terapi massal didampingi psikolognya, malam harinya saya bisa sendiri mimpin terapi massal," katanya. 

https://regional.kompas.com/read/2018/08/21/16192221/relawan-gempa-lombok-juga-perlu-psikolog-untuk-atasi-trauma

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke