Salin Artikel

Musik Bambu Dayak Lundayeh yang Tak Lagi Iringi Pengibaran Bendera Merah Putih

Pria yang sudah lebih dari 20 tahun menjaga dan melakukan regenerasi kebudayaan Dayak Lundayeh yang mulai punah ini berharap, musik khas tradisional diikutsertakan sebagai pengiring dalam pengibaran bendera merah putih.

“Dulu pernah ada tahun 2003, tapi sudah belasan tahun musik khas Dayak Lundayeh tidak lagi disertakan dalam upacara bendera memperingati HUT Kemerdekaan RI,” ujarnya, Minggu (19/08/2018).

Elyas menambahkan, kegiatan mengiringi pengibaran bendera merah putih dalam rangka memperingati HUT Kemerdekan RI sempat berjalan 4 tahun. Namun karena sejumlah siswa SMAN 1 Krayan yang merupakan anggota band bambu yang dipimpinnya lulus sekolah dan meninggalkan Krayan untuk meneruskan pendidikan, membuat keberlangsungan band bambu mati suri.

Sayangnya, guru pengganti di SMN 1 Krayan juga tidak lagi melanjutkan keberlangsungan band bambu tersebut.

“Regenerasinya susah. Seharusnya anak-anak di sini diperkenalkan dengan musik tradisional sejak SD,” imbuhnya.

Pada perngatan HUT ke-73 Kemerdekaan RI yang dilaksankaan di Lapangan Kecamatan Krayan Tengah Elyas Yesaya membawa sebagian peralatan bandnya untuk ditampilkan dalam pawai.

Pria yang sempat mendapat penghargaan dari lembaga kesenian Perancis karena menemukan alat musik keng dari bambu tersebut berharap, Dinas Pendidikan Kabupaten Nunukan bisa memasukkan musik bambu khas suku Dayak Lundayeh ke dalam muatan lokal sekolah dasar.

“Banyak generasi muda yang lebih menyukai musik modern, padahal ini merupakan kekayaan budaya asli dari Suku Dayak Lundayeh yang perlu dilestarikan,” ucapnya.

https://regional.kompas.com/read/2018/08/20/10182581/musik-bambu-dayak-lundayeh-yang-tak-lagi-iringi-pengibaran-bendera-merah

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke