Salin Artikel

Cerita 7 Gunung Tertinggi Indonesia dari Sudut Pandang Perempuan

"Saya ga bisa berdiri lama. Kalau ada yang pingsan saat upacara, itu pasti Jessica," ujarnya kepada Kompas.com, di Eiger Bandung, belum lama ini.

Namun semangatnya sangat besar. Kecintaannya pada dunia outdoor kerap membuatnya nekat hiking, berkemah, dan berkegiatan ekstrem.

Hingga akhirnya ia lulus SMA dan kuliah Seni Peran di salah satu perguruan tinggi di Jakarta.

Di saat yang bersamaan ia diperkenalkan dengan dunia outdoor lebih banyak saat menjadi presenter acara travelling di slaah satu stasiun televisi swasta.

Selama empat tahun ia berkecimpung di dunia outdoor, membuatnya tergelitik. Ia ingin mewujudkan impian. Mendaki tujuh gunung tertinggi di Indonesia, seorang diri.

"Saya ingin meraih serpihan-serpihan mimpi dan memilih keluar dari zona nyaman. Belajar di alam terbuka, melihat sisi lain feminis negeri ini dari dekat dan merasakan langsung hidup berdampingan dengan mereka," ungkapnya.

"Untuk mencintai negeri ini adalah juga mencintai keberagamannya, baik suku, adat istiadat, agama, dan lainnya. Tentunya dengan tetap mengacu pada ideologi Pancasila," tambahnya.

Ia mengaku kurang puas menikmati dunia outdoor sebagai seorang presenter televisi. Karena menyelami dunia outdoor dalam acara televisi terlalu banyak settingan.

Sedangkan ia ingin lebih merasakan kehidupan nyata di pegunungan termasuk mengenal dirinya lebih jauh. Sebab ia percaya, lebih dari tiga hari di gunung, sikap asli seseorang akan terlihat.

Lewat gunung juga ia belajar banyak tentang usaha, kerja keras, untuk mencapai tujuan, yakni puncak.

"Hal itu bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Sama halnya seperti ke puncak gunung, cita-cita harus diraih dengan kerja keras," katanya.

Seven Summit

Kini, mimpi itu ada di depan mata. Dimulai 18 Agustus 2018 hingga tahun depan, Jessica akan berupaya menaklukkan tujuh gunung tertinggi di Indonesia.

Untuk tahun ini, Jessica rencananya akan mendaki tiga gunung yakni Kerinci, Bukit Raya, dan Semeru. Tahun depan ia akan mendaki Latimojang, Binaya, Cartensz, dan Rinjani.

"Kisah perjalanan ini nantinya akan tertuang dalam film dokumenter," ungkap Jessica.

Perjalanan seven summit ini, sambung Jessica, akan berbeda. Selain karena dilakukan oleh orang yang berbeda, sebagai seorang perempuan, persiapannya pun berbeda. Apalagi Jessica tetap ingin tampil cantik meski di gunung.

"Saya suka make up dan saya ingin tetap cantik di gunung dengan segala keterbatasan yang ada. Makanya ada perintilan peralatan perempuan yang bisa dibawa namun tetap ringkas," tuturnya.

Perjalanan ini pun, bagi Jessica, sebagai pembuktian sekaligus life achievement untuknya maupun perempuan di dunia.

Selama ini, masih ada yang menganggap perempuan lembek, membuat repot, dan lainnya. Lewat perjalanan ini, Jessica ingin memperlihatkan bahwa perempuan mampu, bisa, fleksibel, walaupun dengan persiapan yang sedikit lebih rumit.

"Karena ada hal-hal yang memang tidak bisa dihindari. Misalnya haid saat naik gunung,tentunya harus dipersiapkan," ucapnya.

Selain itu, ia ingin mengedukasi naik gunung yang benar. Selama ini masih ada anggapan naik gunung urusan yang sederhana. Padahal naik gunung itu complicated, butuh banyak persiapan.

Karena itu, ia mulai mempersiapkan diri dari sekarang, mulai dari persiapan fisik, mental, dan barang yang akan dibawa.

"Tantangan terbesar adalah diri sendiri. Bagaimana mengatasi capek, emosi, dan lainnya," katanya.

Jessica mengatakan, ekspedisi kali ini ia beri nama A Life Journey. Ia dibantu beberapa pihak, di antaranya Eiger Tropical Adventure.

https://regional.kompas.com/read/2018/08/15/08511401/cerita-7-gunung-tertinggi-indonesia-dari-sudut-pandang-perempuan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke