Salin Artikel

Udara Panas, Anak-anak Nyebur ke Sungai Cimahi meski Keruh dan Kotor

Seperti Senin (30/7/2018) siang ini. Sejumlah anak warga Kampung Kamandoran, Desa Karangtengah, Kecamatan Cibadak memilih sungai untuk mendinginkan tubuh dari udara panas. Mereka asik bermain di aliran sungai Cimahi.

Selain anak-anak yang berasal dari Kampung Kamandoran, juga sejumlah anak dari kampung seberang sungai, dari Kampung Sekarwangi, Kelurahan Cibadak juga ikut berenang di aliran sungai yang berhulu di gunung Gede Pangrango itu.

Meskipun airnya keruh dan kotor sepertinya tidak menjadi halangan bagi anak-anak yang mayoritas masih duduk di Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) itu.

Air sungai berwarna coklat muda yang begitu pekat ini selain karena debit air mulai surut pada musim kemarau ini, juga dampak pembuangan sampah atau limbah rumah tangga dan fasilitas komersial di sepanjang aliran sungai dari daerah hulu.

''Ya Pak, tadi baru pulang sekolah. Karena gerah, langsung saja ke sungai untuk berenang, dan memang sudah biasa Pak,'' aku Ardi Dwi Dita yang berusia 15 tahun saat berbincang dengan Kompas.com di pinggir sungai, Senin sore.

Selain Ardi yang berstatus pelajar kelas 3 SMP di Kecamatan Cibadak, ada sekitar tujuh anak lainnya berenang di sungai kotor dan keruh tersebut. Untuk menuju sungai, mereka harus menuruni jalanan tanah yang cukup jauh dari kampung halamannya.

Namun, bagi anak-anak di Kampung Kamandoran ini sudah terbiasa naik turun menuju ke sungai. Bahkan beberapa anak di antaranya sambil membawa kompan untuk mengambil air bersih yang ada di mata air di pinggiran sungai.

''Di kampung kami memang sekarang air sumur sudah banyak yang mengering. Sehingga harus mengambil air bersih untuk memasak dan minum dari mata air. Sumber mata airnya ada di sebelah sana,'' aku Ardi sambil menunjuk ke arah bawah rimbunan pohon bambu.

Selain anak-anak, kaum ibu dan bapaknya dari kedua kampung berbeda desa dan kelurahan ini juga banyak yang memanfaatkan aliran sungai Cimahi untuk keperluan mandi dan mencuci, baik pakaian maupun peralatan rumah tangga.

Namun, pada musim kemarau ini kegiatan sehari-hari mandi dan mencuci di aliran sungai Cimahi mulai dikurangi warga. Karena airnya kotor dan keruh selain sampah rumah tangga, fasilitas komersial juga diduga terpapar limbah pencucian pasir kuarsa yang sudah berlangsung lebih dua tahun.

''Kondisi kotor dan keruh ini sudah lebih dari dua tahun. Dan sangat terasa bila musim kemarau tiba,'' ungkap salah seorang warga Kampung Sekarwangi, Bubuh Mulyadi (30) saat berbincang dengan Kompas.com saat menunjukkan aliran sungai Cimahi.

Saat musim hujan, masyarakat tidak banyak mengeluh persoalan air. Karena sumur-sumur yang dimiliki warga masih banyak airnya. Meskipun ada juga warga yang memanfaatkan air sungai Cimahi pada saat musim hujan.

Namun saat musim kemarau ini, air sumurnya banyak kering dan masyarakat pun mengeluhkan aliran sungai Cimahi yang kotor dan keruh. Aktifitas memanfaatkan sungai untuk mandi dan mencuci sudah berlangsung turun temurun.

Musim kemarau ini, warga memanfaatkan air sungai Cimahi hanya sekitar pukul 06:00 hingga 08:00 Wib. Karena lebih dari pukul 08:00 Wib airnya kembali semakin keruh dan pekat yang diduga berasal dari limbah pembuangan pencucian pasir kuarsa.

''Saya setiap pagi ke sungai untuk mencuci pakaian, juga mencuci piring dan alat memasak dan makan. Karena air sumur sudah kering,'' aku seorang ibu rumah tangga, Nurhayati (42) di Kampung Sekarwangi.

Warga sangat mengharapkan aliran sungai Cimahi kembali dapat dimanfaatkan seperti sebelumnya dan juga mendapatkan bantuan air bersih untuk memenuhi keperluan sehari-harinya.

''Sekarang kami sangat mengharapkan air sungai ini bisa bersih dan kembali seperti semula, airnya bisa digunakan untuk mandi dan mencuci,'' harap Bubuh juga warga lainnya di sepanjang aliran sungai Cimahi.

Perlu diketahui juga, beberapa hari lalu, tepatnya Jumat (27/7/2018) telah diperingati Hari Sungai Nasional. Hal ini merujuk pada Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2011 pasal 74 yang menetapkan setiap tanggal 27 Juli diperingati sebagai Hari Sungai Nasional.

Dalam peringatan Hari Sungai Nasional tahun ke 7, Menteri Lingkungan Hidup Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya Bakar dalam akun instagramnya mengajak semua warga untuk menjaga dan melindungi sungai.

''Saya mengajak masyarakat sahabat lingkungan untuk menjaga dan melindungi sungai-sungai di Indonesia,'' pesan Siti Nurbaya dalam akun instagramnya.

''Terutama dari gangguan pencemaran limbah dan sampah serta meningkatkan penghijauan di hulu sungai, guna mendukung ketersediaan air bersih pada sungai,'' sambungnya.

Ia menyatakan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan juga berkomitmen untuk memulihkan 15 Daerah Aliran Sungai (DAS) prioritas, yaitu Citarum, Ciliwun, Serayu, Solo, Brantas, Cisadane, Kapuas, Siak, Musi, Asahan Toba, Jeneberang, Saddang, Moyo, Way Sekampung dan Limbot, melalui rehabilitasi hutan dan lahan di bagian hulu, dan penanganan pencemaran limbah dan sampah di bagian tengah dan hilir.

''Selamat Hari Sungai. Bersama kita wujudkan sungai yang bersih dan DAS yang sehat,'' tutup menteri dalam akun instagramnya.

https://regional.kompas.com/read/2018/07/31/12000071/udara-panas-anak-anak-nyebur-ke-sungai-cimahi-meski-keruh-dan-kotor

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke