Salin Artikel

Sedang Tren, Bisnis Jual Barang Kuno yang Hasilnya Menggiurkan

Ada komunitas atau orang-orang yang memiliki minat khusus dengan barang tempo dulu. Mereka rela membeli meski harganya fantastis.

Ini menjadi peluang bisnis menggiurkan bagi sebagian orang. Salah satunya, Muhammd Sani Lais, warga Desa Rejosari, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

Menurut Sani, barang-barang lawas tidak pernah kehilangan pasar, dan selalu menjadi buruan penggila barang lawas. Sekedar untuk koleksi atau dijual kembali dengan harga yang bisa lebih tinggi.

"Barang lawas semakin hari malah menjadi trend. Peminatnya semakin banyak, tidak hanya untuk koleksi pribadi, bisnis, juga untuk dekorasi rumah, restosan dan sebagainya," ujar Sani, Sabtu (28/7/2018).

Sani berujar, mengoleksi barang kuno memiliki kepuasan tersendiri yang tidak bisa dinilai dengan rupiah. Sebagian ada yang membeli karena bentuknya antik, usia barang, tapi ada juga yang karena memiliki kenangan tertentu.

"Orang tidak melulu mencari barang yang lawas atau tua, tetapi barang yang mempunyai kenangan pada masa lalu orang tersebut," ujar Sani.

"Pernah ada pembeli yang saya tawari mesin ketik tua dan klasik, malah memilih mesin ketik yang lebih muda, karena pada masa remajanya mempunyai kenangan dengan mesin ketik jenis itu. Dan bisa dikatakan orang tersebut membeli kenangan,” sambung Sani.

Sani sendiri mengaku gemar mengoleksi barang kono sejak 2003 silam. Ketika itu dirinya barumemulai dengan mengkoleksi sepeda tua. Sampai kemudian didapuk menjadi Ketua Komunitas Sepeda Tua Indonesia (Kosti) Koordinator Wilayah Magelang.

Kecintaannya pada sepeda kuno berkembang ke barang antik lainnya, seperti televisi, kamera tua, mesin ketik, jam dinding dan barang-barang lainnya yang identik dengan classic, vintage dan retro.

"Dari situ saya mulai berfikir untuk menjual atau bisnis dari koleksi barang-barang kuno," ucapnya.

Tidak sekedar menjual, Sani membekali diri dengan pengetahuan yang mendalam tentang setiap koleksi miliknya. Pria itu selalu mencari informasi tambahan di internet, guna sebagai refrensi sejarah barang lawasan tersebut.

"Saya ada helm tentara perang dunia pertama, terbuat dari baja, hingga magnet tidak mau nempel, dan saya carikan referensi di internet barangnya sama. Dengan demikian pembeli tidak hanya membeli barang, tetapi juga sejarahnya, karena setiap barang antik selalu punya cerita,” kisahnya.

Sani memaparkan, harga barang bisa terdongkrak jika barang tersebut memiliki kisah sejarah tersendiri.

Kolektor dan pedagang lainnya, Fendi, warga Dusun Brojonalan Desa Wanurejo Kecamatan Borobudur, menjadikan barang kuno sebagai kesempatan bisnis cineratama bagi wisatan di Candi Borobudur.

“Kebetulan saya mempunyai home stay dengan desain joglo jawa, dan pada ruang tamunya saya isi dengan barang lawasan.

Harapannya tamu saya tertarik dan membelinya, dan rata-rata tamu yang menginap tertarik membeli barang jadul dengan harga yang berlipat,” ungkap Fendi.

Sementara Suradji, warga Kampung Jagoan, Kota Magelang, mengaku berbisnis barang kuno karena kebutuhan pasar yang meningkat signifikan. Menurutnya, saat ini banyak permintaan dari hotel, rumah makan, tempat wisata dan lain-lain, yang ingin membangun ruang dengan tema klasik.

“Sebagian barang lawasan tidak hanya masuk ke kolektor saja, tetapi juga ke hotel, rumah makan dan tempat usaha lainnya yang ingin mempunyai desain dengan tema klasik. Karena tema lawasan saat ini memang masuk tema untuk dunia pariwisata, sebab tema lawasan memiliki keunikan tersendiri, ditengah perkembangan jaman yang modern ini," tutur Suradji.

Pria itu menambahkan mengoleksi barang lawasan itu seperti investasi, tidak ada ruginya, sebab suatu saat bisa dijual kembali dengan harga lebih.

https://regional.kompas.com/read/2018/07/28/18300071/sedang-tren-bisnis-jual-barang-kuno-yang-hasilnya-menggiurkan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke