Salin Artikel

Kisah Mantan Atlet Peraih Emas yang Kini Bergantung pada Bantuan Tetangga

Dalam foto tersebut, kakek berusia 68 tahun itu sedang merawat Astuti (75), istrinya yang sedang terbaring lemah di tempat tidur.

Astuti disebut menderita tumor otak jinak. Karena terlalu lama berada di tempat tidur, pantat Astuti mengalami infeksi parah.

Kondisi Soeharto mengundang banyak simpati masyarakat. Ia hidup sangat sederhana di Jalan Putat Jaya barat X nomor 69 Kelurahan Putat Jaya, Kecamatan Sawahan, Surabaya.

"Istri saya Minggu kemarin sudah dirawat di rumah sakit. Dijemput Linmas dan Satpol PP Surabaya," kata Soeharto, Selasa (24/7/2018).

Soeharto mengaku merawat Astuti sebisanya. Mulai dari menyeka, membersihkan luka, membersihkan kotoran, hingga menyuapi makanan.

"Sebisa mungkin saya bantu, lah wong saya saja tidak bisa melihat," jelasnya.

Soeharto hidup dari belas kasihan tetangganya yang biasa memberinya makanan dan keperluan lainnya.

Suami istri yang tidak memiliki anak ini juga tercatat sebagai penerima bantuan sosial berupa makanan setiap harinya dari Dinsos Kota Surabaya.

Soeharto tercatat sebagai atlet kelompok disabilitas berprestasi.

Pada 1976 di ajang Far East and South Games for Disabled (Fespic) Games yang merupakan pendahulu dari Asia Para Games atau ajang olahraga khusus menyandang disabilitas dan meraih emas nomor lari 100 meter.

Pada 1977 di ajang yang sama di Paramanta dan Holroyd, Australia, ia meraih medali emas cabang olahraga lempar lembing.

Pada 1981 Soeharto mewakili Indonesia dalam olahraga booth di kota Leicester, Inggris, dan memperoleh juara harapan sekaligus mendapat kesempatan bertemu Ratu Elizaberth.

Soeharto sempat memeroleh penghargaan dari Presiden Soeharto atas prestasinya di bidang olahraga pada tahun 1980.

Dia juga tercatat pernah mendapatkan sebuah rumah dari Kementerian Olahraga di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Rumah di Probolinggo Jawa Timur itu sempat membiayai hidup Soeharto dan istrinya karena dikontrakkan.

"Tapi sekarang masih kosong. Katanya ada yang ingin mengontrak lagi, tapi sampai saat ini belum ada kabar," jelasnya.

Di Surabaya, dia sempat membuka jasa pijat tuna netra, tapi karena sepi pelanggan, aktivitasnya berhenti dengan sendirinya. 

https://regional.kompas.com/read/2018/07/24/14021861/kisah-mantan-atlet-peraih-emas-yang-kini-bergantung-pada-bantuan-tetangga

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke