Salin Artikel

Kisah Kedekatan Polisi dengan Warga di Perbatasan RI, Brigpol Kresna Sudah Dianggap Keluarga

Di bawah pohon waru, persis di pojok jalan ke Dusun Weain, Desa Kenebibi, Kecamatan Kakuluk Mesak, Kabupaten Belu, NTT, Brigpol Kresna tengah berkumpul bersama puluhan warga eks Timor Timur (Timtim).

Jarum jam menunjukan pukul 9.00 Wita, namun udara terasa mulai panas. Meski terlihat sedikit lelah, tetapi semangat Brigpol Kresna langsung mengubur rasa kepenatan, dengan terus mencerahkan pikiran warga tentang pesta demokrasi yang akan diikuti oleh warga.

Tanggung jawabnya sebagai seorang Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Bhabinkamtibmas) Desa Kenebibi membuatnya harus meninggalkan sementara urusan penting lainnya, demi membantu warga agar bisa mengetahui tentang pemilihan gubernur dan wakil gubernur NTT.

Kresna harus sabar memberi pemahaman kepada warga yang tinggal berbatasan dengan Negara Timor Leste tersebut. Maklumlah, sebagian besar warga tidak pernah mengenyam pendidikan di bangku sekolah sewaktu masih di Timor Timur.

Desa Kenebibi sendiri berada di sekitar 34 kilometer arah utara Kota Atambua, ibu kota Kabupaten Belu dan 304 kilometer arah timur dari Kota Kupang, ibu kota Provinsi NTT

Warga yang semula buta huruf, namun berkat kerja keras Brigpol Kresna yang terus mengajari mereka tanpa bayaran, akhirnya sedikit demi sedikit mulai bisa mengenali huruf dan angka.

Pendekatan humanis yang dilakukan Brigpol Kresna membuatnya sangat dekat dengan warga yang sudah bermukim di wilayah itu sejak tahun 1999 silam, pasca-referendum di Timor Timur.

Sorot matanya yang lembut, tutur katanya yang halus dan dibarengi sikapnya yang sopan, membuat warga pun segan kepadanya dan telah menganggap Kresna bagian dari keluarga mereka, sehingga apa yang disampaikannya semua dituruti warga.

Mengenakan pakaian dinas lengkap dan sebuah tas kulit berwarna cokelat yang melingkar di pinggang sebelah kanan, Brigpol Kresna menyapa satu per satu warga yang hadir.

Senyum manis pria kelahiran Desa Kolimasang, Kecamatan Adonara, Kabupaten Flores Timur, NTT, 6 Juni 1985, terus tersungging membuat suasana yang panas seolah-olah menjadi adem

Sekitar 60 warga, laki-laki dan perempuan, berbaur bersama, duduk rapi di kursi plastik berwarna hijau dan putih yang terlihat sudah luntur termakan usia.

Sosialisasi pilkada

Mereka dengan saksama mendengar secara detail setiap kalimat yang keluar dari mulut Brigpol Kresna yang sudah tiga tahun lebih menjadi Bhabinkamtibmas dan mendampingi mereka.

"Ada empat pasangan calon gubernur dan wakil gubernur yang akan bertarung dalam Pilkada NTT. Semua figur baik adanya. Bapak dan Mama sekalian, tentu sudah punya pilihan masing-masing dan silakan menggunakan hak pilihnya dengan baik," ucap Kresna, sembari memperkenalkan nama-nama pasangan calon gubernur dan wakil gubernur NTT serta program kerja kepada warga, Kamis (21/6/2018).

Kalah menang dalam pilkada, kata Kresna, itu adalah hal yang biasa. Oleh sebab itu, semua warga, terutama para pendukung dan tim sukses, harus menerimanya dengan ikhlas hasil apapun.

"Toh yang nanti terpilih jadi gubernur dan wakil gubernur nanti, orang kita juga dan akan kerja untuk kita semua warga NTT. Karena itu, saya minta Bapak dan Mama semua agar kita bersama-sama jaga dan sukseskan pilgub di NTT ini dengan aman dan damai," kata Kresna.

Menurut Kresna, pilkada yang berjalan aman tentu menjadi bagian penting untuk menjaga keutuhan NKRI, apalagi di wilayah yang berbatasan langsung dengan Timor Leste.

Kresna pun yakin, ketika diberi pemahaman dengan cara humanis, masyarakat akan semakin sadar ketika ikut berpartisipasi dalam setiap pagelaran pemilihan umum, baik legislatif, kepala daerah maupun presiden.

Kresna juga punya alasan menggelar sosialisasi tentang pemilihan kepala daerah kepada masyarakat.

"Alasan saya menggelar kegiatan sosialisasi terkait pilkada, karena masyarakat masih belum paham tentang pilkada yang sesuai dengan hati nurani, tanpa paksaan dari siapapun. Saya lihat mereka cenderung ikut arus, lantaran terprovokasi sama kubu tertentu. Intinya mereka selalu dibodohin," ucapnya kepada Kompas.com, Kamis (21/6/2018).

Selain berbicara tentang pilkada damai, Kresna pun menjelaskan tentang berita bohong atau hoaks yang disebar oleh oknum tak bertanggung jawab, melalui media sosial, pesan pendek berantai di telepon genggam, maupun dari mulut ke mulut.

Kresna pun berharap, apa yang telah disampaikannnya kepada masyarakat Desa Kenebibi tentang pilkada damai dan berita hoaks, bisa menjadi embrio yang positif dan menyebar kepada masyarakat lainnya di Kabupaten Belu dan NTT secara keseluruhan.

"Harapan saya agar warga tidak dibodohi atau ditipu oleh kubu tertentu demi kepentingan politik mereka. Saya hanya ingin agar warga memilih calon yang bisa memberikan manfaat buat warga, memajukan warga ke depan dengan cara-cara yang positif," kata Kresna.

Keinginan Brigpol Kresna disambut antusias masyarakat Desa Kenebibi. Mereka semakin percaya diri dalam mengikuti pilkada.

Masyarakat mulai sadar untuk memilih figur yang tepat dalam pilkada, sesuai dengan program kerja yang ditawarkan oleh para calon yang logis dan bersentuhan langsung dengan kebutuhan masyarakat.

"Pak Kresna ini sudah banyak bantu kami warga di sini. Beliau sudah mengajari kami baca dan tulis. Sekarang beliau bantu beri pemahaman terhadap warga tentang pilkada, sehingga kami bisa memilih calon gubernur yang tepat dan benar-benar bisa mensejahterakan kami masyarakat miskin," ungkap Ketua RT Dusun Weain, Laurindo Dos Santos.

Dianggap anak

Santos mengaku, Brigpol Kresna sudah dianggap sebagai anak sendiri oleh semua warga di desanya, sehingga apa yang disampaikan oleh Kresna akan diikuti oleh masyarakat.

Menurut Santos, masyarakat setempat hampir tak pernah diberi pemahaman tentang pilkada, sehingga banyak yang belum mengerti dan akhirnya hanya ikut arus saja.

Santos berharap, semua aparat pemerintah baik sipil maupun militer bisa melakukan kegiatan yang sama seperti yang dibuat Brigpol Kresna, sehingga bisa menghasilkan pilkada yang berkualitas, yang ujungnya masyarakat lah yang langsung merasakan manfaatnya.

https://regional.kompas.com/read/2018/06/23/11414501/kisah-kedekatan-polisi-dengan-warga-di-perbatasan-ri-brigpol-kresna-sudah

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke