Salin Artikel

Kisah Masjid Menara Kudus yang Pernah Dicetak di Uang Kertas Rp 5.000 (2)

‎Masjid yang didirikan oleh Sunan Kudus atau Sayyid Ja'far Shadiq Azmatkhan pada tahun 956 Hijriah atau 1549 Masehi menyisakan nilai historis yang tinggi.

‎Menara di masjid yang juga kerap disebut Masjid Al Aqsha ini difungsikan oleh Sunan Kudus sebagai tempat mengumandangkan azan dan tempat untuk memukul beduk setiap kali bulan Ramadhan datang. ‎

Sunan Kudus juga menekankan kepada umat pada saat itu untuk mengutamakan toleransi dengan umat beragama lainnya dalam kehidupan sehari-hari, misalnya melarang umat menyembelih sapi yang adalah hewan suci bagi umat Hindu.

"‎Ini bentuk apresiasi Gubernur Bank Indonesia yang dijabat oleh Arifin Siregar saat itu. Hal ini dilakukan karena mengingat keindahan dan nilai sejarah Menara Kudus," ‎kata Denny Nur Hakim, Staf Dokumentasi dan Sejarah Yayasan Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus (YM3SK), akhir Mei lalu.‎

"Selain itu, Menara Kudus merupakan peninggalan sejarah Indonesia yang perlu dilestarikan dan diperkenalkan kepada masyarakat baik dalam dan luar negeri. ‎Menara Kudus berbentuk candi dan hanya satu-satunya peninggalan sejarah di dunia," lanjut dia.

Bersambung ke halaman dua: 2.000 pengunjung per hari penasaran dengan pesan toleransi...

 

Berdasarkan data yang tercatat dari ‎Yayasan Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus (YM3SK), rata-rata per hari, jumlah pengunjung yang berdatangan ke Masjid Menara Kudus mencapai sekitar 2.000 orang.‎

"Selain penasaran dengan bangunan Menara Kudus, pengunjung juga shalat, berziarah atau berwisata religi. Di samping itu mereka ingin belajar lebih dalam tentang ajaran-ajar‎an Sunan Kudus," ungkap Denny.

Selain menikmati suasana di masjid ini, para pengunjung, lanjut dia, ingin mengetahui sejarah dan pesan toleransi yang disampaikan Sunan Kudus.

"‎Strategi dakwah Sunan Kudus adalah suatu hal yang melampaui zamannya. Kenapa disebut demikian karena dakwah dengan mengusung nilai-nilai akulturasi saat itu belumlah jamak dipraktikkan di Indonesia pada umumnya," ujar Denny.

‎Yayasan, lanjut dia, akan terus berupaya untuk melestarikan nilai-nilai luhur ajaran Sunan Kudus, termasuk ‎juga menjaga dan merawat peninggalan-peninggalan Sunan Kudus.

"Perawatan dan melestarikan Masjid Menara Kudus adalah tugas rutin kami. Saat Ramadhan kegiatan keagamaan seperti pengajian dan dakwah lebih ditingkatkan," kata Denny.

Moh Rosyid, Dosen IAIN Kudus, Pemerhati Sejarah, juga mengatakan bahwa bangunan Masjid Menara Kudus secara tidak langsung telah membuktikan bahwa ajaran Islam yang diajarkan oleh Sunan Kudus bersifat toleran.

"Pada Menara Kudus ciri khas Hindu tergambar di bodi bangunan‎ dan ciri khas islam pada bagian atap. Di dalam masjid dan serambi masjid ada dua pura ciri khas Hindu yan dilestarikan. Ini membuktikan Sunan Kudus toleran dengan tidak memusnahkan ciri khas Hindu," kata Rosyid.

BERSAMBUNG: Kisah Masjid Menara Kudus yang Bikin Ciut Nyali Pejabat Nakal (3)

https://regional.kompas.com/read/2018/06/16/09300971/kisah-masjid-menara-kudus-yang-pernah-dicetak-di-uang-kertas-rp-5000-2

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke