Salin Artikel

Kisah Bocah Peraih Prestasi Internasional, di Malaysia Tidur di Rumah TKI karena Kekurangan Uang

Dyo berhasil meraih juara 1 untuk kategori anak- anak dalam olahraga tersebut.

Orangtua Dyo, Hendro Widodo, menceritakan, bakat yang dimiliki oleh anaknya itu mulai terlihat saat usia tiga tahun.

“Waktu itu anak saya suka sekali naik sepeda, dan lama kelamaan kok sukanya naik sepeda yang tidak pedalnya,” kenang Hendro, Kamis (7/6/2018).

Dia pun memutuskan untuk terus melatih bakat yang dimiliki anaknya tersebut.

“Saya latih sendiri, kebetulan saya juga pernah turun di dunia balap motor, seperti road race. Alhamdulillah, lama kelamaan, bakatnya (Dyo) semakin terasah,” tambahnya.

Akhirnya, pada bulan Mei Tahun 2017 silam, Dyo mulai ikut kompetisi tingkat nasional di Sleman, Yogyakarta.

“Alhamdulillah, saat itu Dyo meraih juara tiga untuk kategori usia 4 tahun. Dua bulan berikutnya, bulan Juni 2017, Dyo ikut event Internasional Strider Cup di Bali. Dan, waktu itu, Dyo berhasil meraih juara satu,” ungkap Hendro.

Puncaknya, lanjut Hendro, pada Bulan Oktober tahun 2017 lalu, Dyo mengikuti kejuaraan internasional di Malaysia, dan saat itu dia keluar sebagai juara satu, untuk kategori usia 4 tahun.

“Alhamdulillah, di luar dugaan saya, Dyo jadi juara pertama saat itu,” kenangnya.

Sebelum berangkat mengikuti kejuaraan di Malaysia, Hendro mengaku sempat mengalami kendala, terutama saat berangkat dan selama mengikuti kejuaraan di Malaysia.

“Waktu itu saya bingung yang mau berangkat, akhirnya saya minta bantuan ke mana-mana. Alhamdulillah, waktu itu dibantu Pak Bupati, KONI Bondowoso, Pak Irwan, dan sejumlah donatur. Waktu berangkat saya bawa uang Rp 6 juta,” katanya.

Namun, begitu tiba di Malaysia, ternyata uang yang dia bawa tidak cukup untuk mengikuti kejuaraan selama satu minggu.

“Ya, kalau sudah kejuaraan, sehari semalam minimal habis Rp 1,5 juta. Belum lagi ditambah dengan transportasinya. Akhirnya waktu di Malaysia, saya tidak menginap di hotel, saya nginep di kontrakan TKI asal Bondowoso yang ada di Malaysia,” tambahnya.

Meski demikian, Hendro mengaku tidak putus asa, karena justru dengan kondisi yang serba terbatas itulah, dia terpacu untuk lebih berprestasi.

“Alhamdulillah, doa kami terjawab, waktu itu Dyo juara satu. Dan, insya Allah akhir bulan ini, kami akan berangkat ke Malaysia lagi, untuk ikut kejuaraan internasional lagi,” katanya.

Sementara, Dyo saat ditanya sejumlah wartawan mengaku senang dengan olahraga tersebut.

“Seneng main sepeda, didorong-dorong terus ngebut,” katanya dengan polos.

Dia mengatakan, kelak saat dewasa nanti, ia bercita-cita menjadi seorang prajurit TNI.

“Ingin jadi tentara, biar hebat dan pegang tembak,” kata Dyo.

Sementara itu, Bupati Bondowoso Amin Said Husni mengaku bangga dengan prestasi yang diraih Dyo dalam ajang internasional tersebut.

“Dyo itu punya talenta yg luar biasa, dan setiap kejuaraan dia selalu tampil prima, dan tampil sebagai juara. Saya tentu sangat bangga dengan Dyo,” ungkap Amin.

Untuk itu, lanjut Amin, Pemkab Bondowoso melalui KONI akan memberikan perhatian serta akan mendukung penuh pengembangan prestasi Dyo.

“Ini generasi emas, harus kita dorong dan perhatikan untuk pengembangan karirnya,” tambahya.

Amin juga berpesan kepada orangtua Dyo untuk tetap memperhatikan pendidikan anaknya. Mengingat usianya yang masih balita.

“Saya titip sama orangtuanya agar juga memperhatikan pendidikannya. Terutama di rumah dan lingkungan bermainnya," tutup Amin.

https://regional.kompas.com/read/2018/06/07/12425001/kisah-bocah-peraih-prestasi-internasional-di-malaysia-tidur-di-rumah-tki

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke