Salin Artikel

Suasana Sebelum Terjadi Kepanikan di Dalam Pesawat Lion Air akibat Isu Bom

Hal ini terungkap berdasarkan cerita FN yang disampaikan salah satu tim kuasa hukum Theo Kristoporus Kamayo, Rabu (30/5/2018) usai menjenguk FN di sel tahanan Polresta Pontianak.

Awalnya, kata Theo, ketika FN tiba di dalam pesawat, posisi tempat duduk yang seharusnya di nomor 2A sudah diisi seorang ibu-ibu. Posisi bangku tersebut berada tepat di dekat jendela.

Persis di sebelah ibu tersebut, ada suaminya yang duduk di bangku tengah nomor 2B. Sang bapak itu kemudian meminta izin kepada FN untuk bertukar tempat duduk, karena istrinya itu ingin duduk di sebelah jendela.

"Si bapak itu minta izin sama dia (FN), karena istrinya ingin duduk dekat jendela. Dia (FN) bilang sama bapak itu silakan, jadi dia duduk di bangku nomor 2C di lorong," ungkap Theo.

Theo menambahkan, dirinya sempat menanyakan reaksi orang di sekitar tempat duduk FN ketika terjadi percakapan antara FN dengan pramugari.

"Mereka tidak ada reaksi apa dan biasa-biasa saja," kata Theo.

Sampai saat terjadi kepanikan pun, sambung Theo, penumpang bahkan ada memberitahukan kepada FN untuk tidak panik. Mereka juga mengajak FN untuk turun pelan-pelan dari dalam pesawat.

"Indikasi ini menyimpulkan bahwa mereka tidak ada ketakutan dengan FN," kata Theo.

Penyebab kepanikan versi pengacara FN

Sebelumnya, kuasa hukum lainnya, Marcelina Lin menyebut, kepanikan yang kemudian terjadi di dalam pesawat tersebut, bukan reaksi dari omongan FN yang disampaikan kepada pramugari.

"Tetapi kepanikan (terjadi) karena imbauan yang disampaikan pramugari kepada penumpang," kata Marcelina.

Saat menyampaikan imbauan kepada penumpang, pramugari sampai mengulangi sebagai empat kali.

Pada imbauan pertama dan kedua, penumpang masih tenang dan belum terjadi kepanikan. Karena dalam imbauan tersebut tidak menyebutkan adanya ancaman bom dan penumpang diminta untuk keluar dengan tenang melalui pintu depan.

"Untuk alasan keselamatan penebangan, para penumpang dimohon untuk meninggalkan pesawat melalui pintu depan," kata Marcelina menirukan pengumuman dari pramugari.

Namun, pada imbauan yang ketiga, barulah kepanikan di dalam pesawat tersebut terjadi. Karena, pada imbauan tersebut, pramugari menyebutkan adanya penumpang yang diduga membawa bahan bahan peledak.

"Untuk alasan keselamatan penerbangan, para penumpang dimohon untuk meninggalkan pesawat melalui pintu depan karena diduga ada penumpang yang membawa bahan peledak. Itu yang membuat penumpang panik," kata Marcelina.

Padahal, sebelum memberikan imbauan, sambung Marcelina, pramugari sudah meminta FN keluar dari pesawat dengan membawa tasnya untuk diperiksa.

"Pramugari bersama petugas bandara sudah melakukan pemeriksaan terhadap tas milik FN yang di dalamnya ada tiga buah laptop," jelas Marcelina.

Usai memeriksa isi tas, sambung Marcelina, pramugari tersebut kemudian meminta FN kembali ke tempat duduk dan menyimpan tas miliknya di kabin.

Pada saat FN kembali ke tempat duduknya, pramugari yang memeriksa isi tas tadi masuk ke ruang pilot. Tak lama kemudian, sang pilot keluar sembari memarahi FN.

"Pilot yang bule itu kemudian marah dalam bahasa Inggris. Dan, saya tanya ke FN, dia tidak paham apa yang diucapkan pilot dalam bahasa Inggris itu," kata Marcelina.

Usai memarahi FN, sambung Marcelina, pilot kemudian masuk kembali ke ruangannya.

"Setelah pilot marah dan masuk kembali, baru kemudian ada imbauan dari pramugari," katanya.

https://regional.kompas.com/read/2018/05/31/12111771/suasana-sebelum-terjadi-kepanikan-di-dalam-pesawat-lion-air-akibat-isu-bom

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke