Salin Artikel

Pemetik Teh Keluhkan Rumah Tak Layak Huni pada Hasanuddin

Dalam kegiatan sederhana tersebut, para buruh menumpahkan keluh kesah hidup mereka kepada pria yang akrab disapa Hasanuddin itu.

Mereka mengeluhkan upah kecil yang diterima hingga berdampak pada tidak terpenuhinya kebutuhan hidup para buruh termasuk rumah yang sudah tidak layak.

"Rumah saya sering bocor dan dindingnya sudah banyak mengelupas," kata Yati, salah seorang buruh teh dalam dialog bersama Kang Hasan di Desa Patengan, Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung, Rabu siang.

Yati mengatakan, sebagai buruh pemetik teh, buruh yang ia terima sesuai UMK sebesar Rp 1,6 juta per bulan. Pendapatan tersebut sulit untuk memenuhi kebutuhan hidup dan mendapat tempat tinggal layak.

"Kalau bonus itu dari premi, syaratnya hasil teh sehari harus lebih dari 50 kilogram," ungkap Yati.

Usup S (49), mandor besar perkebunan teh Rancabali I menjelaskan, upah sesuai UMK bisa diperoleh asalkan dalam satu hari bisa menghasilkan 200 kilogram teh. Jumlah tersebut, digarap lima orang yang memiliki tugas masing-masing.


"Operator 1 orang, mistar 1 orang, pengangkut 1 orang, dan pegang mesin 2 orang," jelas Usup.

Meskipun sudah beralih menggunakan mesin dalam pengolahannya, hal tersebut tidak mengganggu terhadap berkurangya jumlah pekerja. Pekerja bisa dialihkan, misalnya ke bagian pemeliharaan teh.

"Cuma sekarang nyari pekerjanya yang sulit," ungkap Usup.

Setelah menerima keluhan buruh pemetik teh, Hasan berjanji, jika kelak diizinkan memimpin Jawa Barat, dia bersama wakilnya Anton Charliyan bakal menjalankan sejumlah program untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat termasuk renovasi rumah.

"Rumah bocor atau yang rusak kami ada program Imah Rempeug. Mudah-mudahan program tersebut bermanfaat," ujar mantan wakil Ketua Komisi I DPR RI tersebut.

Dalam bidang pendidikan dan kesehatan, pasangan yang dikenal dengan nama Hasanah tersebut memiliki program Sakola Gratis, serta pelayanan kesehatan gratis.

"Itu adalah kewajiban negara," jelasnya.

Lebih lanjut Hasan menjelaskan, sekarang rata-rata usia pekerja buruh pertanian di atas 40 tahun. Usia paling rendah 37 tahun.

"Program Presiden Jokowi (Joko Widodo) mengembangkan desa sangat cocok. Back to basic. Pemuda jangan ke kota, yang tua juga sama jangan, mengajarkan yang muda (tetap) di desa," tandasnya. 

https://regional.kompas.com/read/2018/04/25/16541341/pemetik-teh-keluhkan-rumah-tak-layak-huni-pada-hasanuddin

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke