Salin Artikel

Jembatan Roboh, Siswa Seberangi Sungai Andalkan Perahu untuk Ikuti Ujian Nasional

Mereka harus menyeberangi sungai sepanjang 50 meter menggunakan perahu yang ditarik tangan manusia karena jembatan penghubung roboh diterjang banjir.

Selain itu, mereka juga harus berjalan kaki karena sepeda motor milik warga tidak bisa menyeberangi sungai.

Jika memutar arah menggunakan kendaraan bermotor, para siswa harus memutar hingga lebih dari 20 kilometer dengan melewati hutan wanagama yang akses jalannya rusak.

Seorang siswa, Danu Rahmadi, mengatakan, sebagian pelajar di Dusun Jelok memilih untuk menyeberang Sungai Oya menggunakan perahu karena jembatan rusak.

Sebagian pelajar lainnya harus memutar puluhan kilometer, yaitu melewati Kecamatan Playen baru ke Patuk.

Mereka harus bangun lebih pagi untuk berangkat ke sekolah akibat jembatan gantung roboh tersapu derasnya banjir pada 28 November 2017.

Danu pun harus berangkat lebih pagi karena harus meninggalkan motornya di rumah dan berjalan kaki seusai menyeberang. Padahal, hari ini siswa kelas III SMK 1 Patuk ini menempuh ujian nasional untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia.

"Waktunya tersita biasanya menggunakan motor langsung menyeberang jembatan, tetapi sekarang harus menggunakan perahu dan jalan ke sekolah," kata Danu saat berbincang di lokasi, Senin (2/4/2018).

Ia berharap agar jembatan tersebut bisa segera diperbaiki sehingga mereka tidak perlu lagi kerepotan hanya untuk berangkat ke sekolah.

"Semoga secepatnya diperbaiki," imbuh dia.

Warga lainnya, Sukri, mengatakan, akibat jembatan rusak karena banjir pada akhir November 2017, masyarakat beraktivitas menggunakan perahu untuk menyeberang Sungai Oya.

Meski cukup berat, masyarakat di Dusun Jelok memilih menyeberang dibandingkan harus memutar belasan kilometer untuk beraktivitas.

"Masyarakat mengandalkan perahu untuk penyeberangan. Hanya saja, saat terjadi banjir maka perahu akan diistirahatkan," ucap Sukri.

Pembangunan tiga jembatan

Tahun ini pemerintah akan membangun tiga jembatan gantung agar masyarakat bisa kembali beraktivitas normal.

"Tahun ini mulai dibangun tiga jembatan gantung mengganti jembatan yang rusak diterjang banjir," kata Kepala Dinas Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman (DPUPRKP) Gunung Kidul Edy Praptono.

Tiga jembatan tersebut yaitu di Jelok, Desa Beji, Patuk, jembatan yang dibangun sepanjang 84 meter; di Wonolagi, Desa Ngleri, Playen, jembatan gantung sepanjang 84 meter; dan di Mojorejo, Desa Katongan, Nglipar, jembatan sepanjang 60 meter.

Namun, pihaknya belum mengetahui anggaran yang diperlukan karena merupakan wewenang pusat.

Pembangunan ini, menurut dia, segera dilakukan setelah pemerintah daerah mengeluarkan kajian lingkungan dengan menyiapkan dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL-UPL).

"Pemerintah Gunung Kidul menyiapkan UKL-ULP, nanti setelah keluar kajiannya pemerintah pusat baru dibangun dan targetnya selesai akhir tahun," jelas Edy.

Edy menuturkan, pembangunan ini diharapkan bisa memudahkan masyarakat beraktivitas karena kerusakan infrastruktur akibat bencana tahun lalu.

"Nanti yang lain akan menyusul diperbaiki," imbuhnya.

https://regional.kompas.com/read/2018/04/02/09381081/jembatan-roboh-siswa-seberangi-sungai-andalkan-perahu-untuk-ikuti-ujian

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke