Salin Artikel

Cemas atas Maraknya Hoaks dan Isu SARA, Polisi Ini Dakwah dari Masjid ke Masjid

Namun, polisi yang akrab disapa "Pak Ustaz" ini tak lantas pulang ke rumah. Ia memilih bertahan dulu di kantornya, di Jalan Mabulilling Polewali Mandar, untuk menunggu waktu pelaksanaan shalat Jumat.

Maklum, usai tugas negara dalam menunaikan kewajibannya sebagai anggota polisi, Muhlis juga mendapat jadwal untuk khotbah Jumat di salah satu masjid di Kelurahan Mambulilling.

Setelah itu, usai shalat magrib, pria yang akrab menyebar senyum ini juga mendapat jadwal ceramah di masjid lain di wilayah tugasnya, pada hari yang sama.

Muhlis mengaku kian gencar melakukan dakwah di berbagai masjid karena cemas dengan maraknya berbagai isu kebencian bernuansa suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).

Selain itu, rasisme dan perang hoaks juga membuat Muhlis prihatin, terutama karena berpotensi menyulut konflik antar-massa pendukung di tahun penyelenggaraan Pilkada Serentak 2018.

"Menjelang pilkada banyak isu yang berpotensi menjadi sumber konflik horizontal. Nah, salah satu langkah prefentif yang menurut saya penting dilakukan adalah menyerukan dakwah dari masjid ke masjid," kata Muhlis saat ditemui Kompas.com, Jumat.

Tak heran jika setiap Jumat, anggota polisi ini rutin mendapat jadwal untuk membawakan materi khotbah Jumat. Momen pilkada yang rawan potensi konflik, malah dinilai Muhlis sebagai tantangan dalam menyerukan dakwah dan perdamaian.

Tema anti-kebencian dan waspada terhadap hoaks pun menjadi materi yang sering dia bawakan. Misalnya, saat dia menyampaikan khotbah Jumat di Nasjid Nurus Salihin, Lingkungan Mombi, Kelurahan Darma, Kecamatan Polewali.

Muhlis mengajak masyarakat untuk selalu berpikir kritis terhadap berbagai isu agama, rasisme, dan hoaks yang datag berseliweran. Ia mengajak masyarakat untuk tidak mudah terpecah belah dalam kutub yang berlawanan hanya karena isu sesat atau hoaks yang dibuat untuk memprovokasi masyarakat.

Dalam pandangan Muhlis, perbedaan itu indah. Sebab, perbedaan merupakan rahmat agar makhluk Tuhan bisa saling mencintai dan menyayangi satu sama lain.

Meski berbeda pilihan politik, beda partai, atau beda dukungan calon, namun bukan berarti masyarakat harus terpecah belah.

"Kami imbau masyarakat agar tetap kokoh dan tidak terpecah belah meskipun ada perbedaan pilihan dan pandangan. Tapi kita tetap bersatu dalam bingkai NKRI," ujar Muhlis.

Profesi ganda sebagai petugas polisi sekaligus juru dakwah yang menyerukan keselamatan dan perdamaian, diakui Muhlis membuat hidupnya terasa lebih tenang dan sejuk.

Meski begitu, Brigpol Muhlis mengaku masih menyimpan kecemasan dengan semakin maraknya ujaran kebencian dan hoaks. Karena itu dia berharap Pilkada Serentak 2018 tetap berlangsung aman, damai, dan tidak menyisakan kebencian di masa depan.

https://regional.kompas.com/read/2018/03/17/11314961/cemas-atas-maraknya-hoaks-dan-isu-sara-polisi-ini-dakwah-dari-masjid-ke

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke