Salin Artikel

Ajak Warga Robohkan Rumah Reyot Berisi 12 Orang, Dedi Mulyadi Singgung Meikarta

Kegiatan itu dilakukan Dedi saat melakukan blusukan di Kampung Bokang. Awalnya, Dedi diberi tahu ketua RW setempat ada rumah warga yang akan roboh. Dedi pun menengok rumah tersebut.

Rumah berukuran sekitar 6 meter x 3 meter itu gentengnya terlihat sudah miring sebelah dan disangga bambu yang sudah lapuk. Mantan bupati Purwakarta itu pun memasuki rumah tersebut lalu bertemu nenek renta dan suaminya yang tak bekerja karena sudah berusia lanjut.

Seusai mendapat izin dari sang pemilik untuk merobohkan rumah, Dedi pun berkonsultasi ke anggota Panwaslu setempat, apakah mengajak warga bergotong royong itu melanggar atau tidak.

"Nih, tanya ke anggota Panwaslu, mengajak warga bergotong royong seperti ini masuk pelanggaran atau tidak? Bisa, kan, tak masuk pelanggaran. Kasihan, ini diisi 12 orang, rumah reyot ini, bagaimana kalau roboh? Apalagi, sekarang lagi musim hujan," kata Dedi kepada wartawan seusai bergotong royong merobohkan rumah tersebut, Selasa siang.

Terkait biaya pembangunan kembali rumah Nek Rieum, Dedi sudah berkoordinasi dengan rekan-rekannya di Bekasi untuk membantu.

"Tadi juga saya tanya ke Panwaslu, saya sudah menghubungi rekan saya untuk udunan membantu perbaikan rumah ini," katanya didampingi beberapa anggota Panwaslu di Bekasi.

Dedi mengatakan, kedatangannya ke Kampung Blokang bukan dalam rangka kampanye membagi-bagikan brosur atau kaus. Ia mengaku hanya memenuhi undangan tokoh warga.

Singgung Meikarta

Dedi berpendapat selama ini para pakar atau pemimpin hanya terus meributkan pembangunan kota baru Meikarta di Bekasi. Mestinya, kata Dedi, yang harus diperhatikan adalah penggunaan pajak dari pembangunan Meikarta untuk penataan perkampungan di pelosok Bekasi.

"Jangan terus meributkan Meikarta karena sudah ada izinnya. Yang harus dipikirkan adalah pajak dari Meikarta yang besar itu untuk membangun rumah di perkampungan di pelosok seperti ini. Jangan orang pendatang saja yang tinggal di Meikarta enak, tapi warga setempat ini juga sama harus enak dan menikmati pajak dari Meikarta itu. Ini baru tugas pemimpin," tambahnya.

Sementara itu, Nek Rieum selama ini tinggal bersama suami, 4 anaknya, dan 6 cucunya. Ia adalah asli warga Blokang yang sudah puluhan tahun tinggal di rumah reyot.

Selama ini, di kampungnya selalu banjir jika musim hujan karena luapan Sungai Cikarang yang tak jauh dari perkampungan.

"Nenek, bapak, 4 anak, dan cucu 6 di sini. Ya, tidur di mana saja berimpitan, soalnya di rumah kan enggak ada kamar," ungkap Nek Rieum yang saat itu memakai kebaya warna ungu.

Nek Rieum pun sempat panik dan heran kenapa rumahnya langsung dirobohkan dan didatangi Dedi Mulyadi bersama warga. Tetapi setelah dijelaskan, Nek Rieum pun langsung menitikkan air mata karena rumahnya ada yang memperbaiki. "Alhamdulillah, terima kasih," katanya.

Selama masih rumahnya dalam perbaikan, Nek Rieum bersama seluruh keluarganya akan tinggal sementara di rumah kontrakan hasil patungan warga.

"Sementara tinggal di kontrakan yang sudah dibayar sama warga di sini selama masih rumahnya diperbaiki," kata ketua RW setempat, Pipin.

https://regional.kompas.com/read/2018/03/13/14275931/ajak-warga-robohkan-rumah-reyot-berisi-12-orang-dedi-mulyadi-singgung

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke