Salin Artikel

Aris Tetap Semangat meski Keinginannya Bersekolah Kandas karena Lumpuh

Bagi pemuda asal RT/RW 2/4, Dusun Petuk, Desa Puhrubuh, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, ini membaca puisi bisa menjadi hiburan yang cukup berarti. Hiburan yang mampu membuat angannya bebas berkelana di tengah segala keterbatasan fisiknya.

Aktivitasnya di luar rumah bisa dihitung dengan jari. Itu karena kelumpuhan yang dia derita sejak lahir. Kaki-kaki hingga tulang punggung sebagai penopang tubuhnya mengalami kekakuan. Begitu juga dengan tangan, tidak bisa difungsikan secara normal.

Akibat kondisinya itu, Aris lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. Untuk sekadar mendapatkan angin segar, dia hanya duduk di lantai teras rumah, tempat favoritnya nongkrong.

Hampir semua kegiatan dan aktivitasnya membutuhkan campur tangan orang lain. Dia hanya bisa tersenyum saat para pemuda sebanyanya hilir mudik berseliweran di depan rumahnya, dengan segala aktivitasnya.

"Tapi saya tidak minder. Tetap semangat," ucap Aris dengan lantang, Rabu (7/3/2018).

Aris sempat menempuh pendidikan formal di sekolah luar biasa Bhakti Pemuda yang terletak beberapa kilometer dari tempat tinggalnya. Pendidikan terakhirnya hingga SMP. Keinginannya melanjutkan ke jenjang SMA pupus karena masalah keterbatasan fisik.

Pemuda supel dan rendah hati ini terpaksa tidak bisa melanjutkan sekolahnya karena beberapa hal. Selain biaya, selama ini untuk bisa bersekolah dia harus digendong karena kondisinya tidak memungkinkan untuk membonceng di motor.

Sementara orang yang biasa mengurus sekolahnya dan menggendongnya, yakni Sri Wahyuni (39), ibunya, sudah tidak kuat lagi mengangkatnya. Pertumbuhan Aris yang terus berkembang membuat ibunya kewalahan. Apalagi ibunya itu kini tengah hamil tua.

Padahal pada pendidikan formal itulah Aris menaruh harapan tinggi. Sekolah bukan hanya sebagai tempat bersosialisasi, tetapi juga sarana menggapai cita-citanya sebagai penyair.

Pada lembaga sekolah juga dia dahulu menemukan hobinya. Hobi yang menurutnya cukup membuat bahagia dan menyemai harapan, yaitu membaca puisi.

Membaca puisi itu pula yang sempat mengantarkannya sebagai juara pertama lomba seni membaca puisi di tingkat Kota Kediri pada tahun 2012. Juga peringkat sepuluh besar untuk lomba Porseni khusus anak berkebutuhan khusus di tingkat provinsi.

Sebagaimana pendidikan, hobinya itu pun kini kandas. Dia tidak bisa menyalurkan hobinya di rumah karena ketiadaan fasilitas dan akses. Tidak ada buku ataupun pengajar. Orangtuanya hanya warga biasa dan tinggal di sebuah kampung di lereng Gunung Wilis.

"Padahal saya ingin berbakti, ingin mengangkat nama orang tua saya," ujar Aris dengan senyum namun mata sembab.

Lumpuh sejak bayi

Sri Wahyuni (39) tidak pernah menyangka dikaruniai anak dengan kondisi seperti itu. Namun dia mengaku menerima dan menyadarinya karena semua itu adalah anugerah Tuhan.

Kelainan yang diderita anaknya itu baru disadarinya saat Aris menginjak usia 2 tahun. Saat itu, Wahyuni merasa curiga dengan perkembangan putranya yang cukup berbeda dengan anak lain seusianya.

"Saat itulah saya baru tahu," ujar Wahyuni.

Dari situ dia teringat kembali masa kelahiran putranya, yakni lahir saat kondisi kehamilannya belum sempurna. Lahir prematur yakni saat usia kandungan baru menginjak usia 5 bulan 2 minggu.

Wahyuni mengatakan, nama Aris Agustinus berasal dari pemberian dokter RS Baptis Kediri yang menolong persalinannya itu.

Selama ini Wahyuni sudah melakukan beberapa jenis pengobatan untuk Aris. Bahkan, terapi syaraf pun dilakukan di sebuah rumah sakit di Kota Kediri.

Namun upaya itu tidak bisa berlanjut karena Aris mengalami trauma. Aris merasa ketakutan yang amat sangat setiap kali melihat orang berpakaian putih-putih.

"Akhirnya terapi tidak lanjut," ujar Wahyuni.

Kondisi itu diperparah dengan situasi internal keluarganya. Suaminya mencerainya sehingga dia sempat sendirian menanggung beban keluarganya itu.

Namun kini kondisinya sudah lebih baik setelah ada seorang pria baik hati yang menyuntingnya. Sarni, pria itu, kini bersamanya mengurus keluarga. Mereka juga sedang dikarunia bayi yang kini sedang di kandungnya itu.

Perhatian lingkungan

Wahyuni merasa bersyukur tinggal di lingkungan yang baik dan penuh kepedulian. Banyak yang memberinya semangat dan tak jarang membantu untuk sekadar meringankan bebannya.

Para pemuda setempat juga cukup baik dengan Aris. Mereka kerap bertandang ke rumah untuk menemani Aris bermain.

Terlebih, juga ada Babinkamtibmas dan Babinsa yang kerap membantunya. Keduanya "ringan tangan" dalam membantu.

Bripka Eko Nur Arianto selaku Babinkamtibmas Puhrubuh tak canggung menggendong Aris ke puskesmas untuk suntik difteri beberapa waktu lalu.

Sebagai pemuda yang memasuki usia produktif, Aris mempunyai keinginan yang sama dengan teman-temannya. Namun dari semua itu, keinginan yang paling kuat adalah kembali bersekolah dan memiliki kursi roda untuk meringankan beban ibunya.

https://regional.kompas.com/read/2018/03/09/09102941/aris-tetap-semangat-meski-keinginannya-bersekolah-kandas-karena-lumpuh

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke