Salin Artikel

Dianiaya Teman-temannya di Sekolah, Seorang Siswa Alami Gegar Otak

Orangtua korban, Iskandar, mengatakan, peristiwa ini bermula saat anaknya bersekolah seperti biasa, Rabu (21/2/2018). Waktu memasuki jam istirahat, korban tak sengaja menyenggol salah satu temannya. Korban kemudian dihajar oleh beberapa temannya di dalam kelas. Tak hanya satu kelas, tetapi siswa kelas lain ikut memukuli korban.

"Ditonjok di kelas saat jam istirahat pertama, dan kemungkinan dilanjutkan jam kedua. Cerita dia (korban), (pelaku) empat atau lima," kata Iskandar di Dusun Selo, Desa Sidomulyo, Kecamatan Bambanglipuro, Bantul, Senin (26/2/2018).

Setelah menghajar korban, para pelaku lantas mengancamnya agar tidak melaporkan kejadian tersebut ke guru ataupun orangtuanya. Jika nekat melapor, maka korban akan dianiaya lebih parah dibandingkan dengan sebelumnya.

Hal ini dituruti oleh Fajar, meski tubuhnya terasa sakit dan kepalanya pusing, dia tetap tak melaporkan kejadian tersebut ke sekolah dan rumah. Fajar masih bisa mengikuti pelajaran sampai akhirnya waktu pulang sekolah.

"Anak saya pusing-pusing, sakit tangannya itu. Kalau luka yang di luar tidak ada, tangan kiri sakit, mungkin memar," ujar Iskandar.

Saat ini korban masih dirawat intensif di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul karena luka gejala gegar otak. "Kata dokter, itu (Fajar) gejala gegar otak," imbuhnya.

Ibu korban, Rumiyati (34), menambahkan, dia tidak mengetahui anaknya menjadi korban penganiayaan. Namun, anaknya sempat mengaku sakit karena terjatuh.

"Tangannya dimasukin jaket, katanya sakit kalau dilepas. Saya tanya, 'Kenapa tangane, Le (Kenapa tangannya, Nak)? Sakit, Mak, tibo (jatuh)," ucap Rumiyati.

Selain itu, saat mencuci baju ada darah, tetapi Fajar tetap tidak mengakui penganiayaan itu karena takut dianiaya. "Anaknya sudah takut karena kena ancaman," tuturnya.

Keluarga korban memilih menempuh jalur hukum karena sejak dilaporkan ke pihak kepolisian dan masuk rumah sakit, tidak ada iktikad baik dari keluarga para pelaku.

Sementara itu, Kepala Sekolah SMPN 2 Sanden, Mujiyana, mengakui hal itu. Saat ini anak yang terlibat dugaan penganiayaan dibawa ke Mapolsek Sanden untuk dimintai keterangan.

"Pengakuannya lima anak, mungkin lebih ya. Lima anak itu posisinya di Polsek (Sanden) sekarang, dari jam 10.00 WIB, yang satu (terduga pelaku) tadi tidak hadir, takut, terus dijemput," ucap Mujiyana.

Pihaknya menyerahkan masalah hukum ke polisi, tetapi tetap akan ada mediasi antara pelaku dan korban. "Kepolisian yang menyanksi karena urusannya hukum. Nanti (sanksi sekolah) akan mediasi antara korban dengan pelaku," katanya.

Adapun Kanit Reskrim Polsek Sanden Aiptu Purwanta mengakui menerima laporan kasus ini sejak Jumat (23/2/2018). Saat ini pihaknya sedang mendalami dan memeriksa saksi. Pemeriksaan pun dipastikan tidak akan mengganggu sekolah.

"Nanti diihat pasalnya, kita lihat ke mana arahnya, nanti diversi atau bagaimana," tuturnya.

https://regional.kompas.com/read/2018/02/26/17335021/dianiaya-teman-temannya-di-sekolah-seorang-siswa-alami-gegar-otak

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke