Salin Artikel

Jika Hujan, Sekolah Ini Pulangkan Siswanya Lebih Awal

UNGARAN, KOMPAS.com - Kegiatan belajar mengajar di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 3 Banyubiru, yang terletak di Desa Wirogomo, Banyubiru, Kabupaten Semarang, belakangan kembali terusik. Pasalnya, bebatuan dari bukit Gunung Kelir kembali berjatuhan menimpa atap mushala, ruang kepala sekolah, dan perpustakaan.

Beruntung, peristiwa tersebut berlangsung pada malam hari sehingga tidak ada korban jiwa. Kerugian material masih dihitung, tetapi yang jelas puluhan genteng mushala pecah.

"Kejadiannya Jumat malam kemarin, sekitar jam 22.00 WIB. Material longsoran berupa bebatuan mengenai genteng musala. Selain itu, lompatan batu mengenai ruang kepala sekolah dan perpustakaan," kata Kepala SMPN 3 Banyubiru, Purnomo, Senin (19/2/2018).

Ia merinci atap genteng yang pecah akibat tertimpa batu-batu yang meluncur dari tebing di belakang sekolah, masing-masing untuk mushala 25 buah, ruang kepala sekolah 3 buah, dan perpustakaan 5 buah.

Kejadian longsor yang menimpa sekolahnya ini bukanlah yang pertama kali, melainkan sudah beberapa kali. Bahkan, pada kejadian Maret 2015, pihak sekolah sempat mengungsikan kegiatan belajar siswa di SDN Wirogomo 02 selama tiga bulan.

Pasca kejadian longsor tahun 2015 tersebut, sekolah membangun bronjong batu untuk menahan material longsor dari atas tebing.

"Setelah kejadian tersebut, kami selalu memantau cuaca. Kalau hujan deras, orang tua siswa juga khawatir," jelasnya.

Purnomo mengatakan, pasca kejadian Maret 2015 tersebut, pihak sekolah mendapatkan kebijakan khusus dari Dinas Pendidikan untuk memulangkan siswanya lebih awal jika hujan turun. Hal itu sebagai langkah antisipatif pihak sekolah terhadap siswanya dari ancaman longsor dan perasaan waswas.

"Kekhawatiran itu ya karena sekolah pernah mengungsi. Tapi untuk musim penghujan ini, kami belum pernah memulangkan lebih awal," ucapnya.

Purnomo menambahkan, kejadian longsor yang terakhir ini sudah dilaporkan ke Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikbudpora) Kabupaten Semarang. Pihak Pengawas Sekolah sudah mengecek lokasi dan berjanji akan melaporkannya ke pimpinan.

"Semoga ada solusi," tuturnya.

Salah seorang siswa, Bayu Setiawan, mengaku selalu kahawatir jika terjadi hujan deras. Ia dan teman-temannya merasa gelisah karena takut terjadi tanah longsor.

"Takut kalau-kalau terjadi longsor lagi," kata Bayu.

Sebelumnya diberitakan, pada Maret 2015, ratusan siswa SMPN 3 Banyubiru diminta mengosongkan gedung sekolah. Saat itu kegiatan belajar mengajar sementara waktu bergantian kelas dengan puluhan siswa SDN 2 Wirogomo. Jarak antara SDN 2 Wirogomo dengan SMPN 3 Banyubiru ini sekitar 1,5 kilometer.

Keputusan memindahkan KBM 166 siswa SMPN 6 Banyubiru itu diambil pihak sekolah menyusul peristiwa longsor Gunung Kelir, Kamis (12/3/2015) siang, yang nyaris mengubur gedung sekolah.

Kejadian tersebut lantas dilaporkan ke Dinas Pendidikan, termasuk izin untuk menunda UTS. Pihak sekolah juga diberikan izin untuk memulangkan para siswa lebih awal jika turun hujan guna mengantisipasi kejadian serupa.

Dinas Pendidikan yang telah berkoordinasi dengan pihak Kecamatan Banyubiru akhirnya memutuskan kegiatan belajar para siswa sementara waktu dipindahkan ke SDN 2 Wirogomo yang berjarak 1,5 kilometer dari SMPN 3 Banyubiru.

https://regional.kompas.com/read/2018/02/20/06462691/jika-hujan-sekolah-ini-pulangkan-siswanya-lebih-awal

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke