Salin Artikel

Kenapa Ada 17 Jenis Jenang pada Peringatan Ulang Tahun Solo?

Pertama mencicipi jenang yang ada di wadah dari daun pisang (takir) itu, perempuan berparas ayu ini pun heran dengan rasanya.

Menurut dia, jenang grendul buatan warga Kota Bengawan ini berbeda dengan yang dia beli di pasaran.

"Rasa jenangnya itu beda sama yang saya beli di pasaran. Jenang ini rasanya enak," kata Karinka di pelataran benteng, Sabtu.

Dia mengaku, baru pertama kali mencicipi jenang grendul di Solo. Awalnya, dari Malang, dia hanya ingin liburan bersama keluarga.

Pada saat melintas di Jalan Jenderal Sudirman, dia melihat banyak kerumunan orang di kawasan itu. Karena penasaran, Karinka menghentikan laju kendaraannya dan memarkirkan di sekitar kawasan itu.

"Tadi kebetulan saja. Pas saya melintas di depan Benteng Vastenburg kok banyak orang. Saya penasaran terus ke sini (Benteng Vastenburg)," ujar dia.

Dia menambahkan, jenang merupakan makanan tradisional yang sudah mulai dilupakan. Masyarakat lebih memilih makanan cepat saji dan instan. Oleh sebab itu, dia meminta kepada pemerintah untuk melestarikan keberadaan jenang.

"Menurut saya, kegiatan ini sangat baik. Karena merupakan bagian untuk melestarikan makanan tradisional dan keberadaan jenang," tutur Karinka.

Hal senada juga diungkapkan Angga Widyo Prasetyo (13), warga Solo. Pelajar dari SMPN 2 Surakarta ini berharap ada perhatian dari pemerintah terkait makanan tradisional itu. Menurut dia, makanan itu sudah mulai jarang ditemukan di pasaran.

"Dari dulu saya suka jenang. Dulu masih banyak orang yang jual jenang. Tapi sekarang sudah jarang," tuturnya.

Makna di balik jenang

Semarak Jenang Sala merupakan rangkaian peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-273 tahun Kota Solo yang diselenggarakan Pemerintah Kota (Pemkot) Surakarta.

Ada 17 macam jenis jenang yang disajikan dalam acara yang dihadiri ribuan pengunjung, mulai dari jenang grendul, majemukan, salaka, koloh, pati, sumsum, taming warna papat, sengkala, abang putih, katul, procot, hingga sambal goreng.

Semarak Jenang Sala diawali dengan kirab 17 macam jenis jenang dari Balai Kota Surakarta. Kirab 17 jenang diikuti Wali Kota Surakarta FX Hadi Rudyatmo, Wakil Wali Kota Surakarta Achmad Purnomo, Anggota DPRD Surakarta, Kepala Dinas Perdagangan sekaligus ketua panitia Subagiyo, seniman, dan tokoh masyarakat.

Sampai di pelataran benteng, 17 macam jenis jenang itu diletakkan di sebuah gazebo yang telah disiapkan di pelatan Benteng Vastenburg. Jenang itu diletakkan oleh wali kota dan wakil wali kota disaksikan warga.

Setelah itu Wali Kota didampingi Wakil Wali Kota Achmad Purnomo memarut kelapa, memeras parutan kelapa dan mengaduk jenang sebagai tanda dimulainya Semarak Jenang Sala.

"Peringatan ke 273 tahun Kota Solo ini ada kandungan makna bahwa semarak jenang Sala yang ragamnya ada 17 mempunyai makna dan filosofi dalam kehidupan manusia. Sejak manusia diproses sampai dilahirkan, dibesarkan, berkomunikasi sampai kembali ke Tuhan yang Maha Kuasa," kata Subagiyo.

Selain menampilkan 17 macam jenis jenang, ada 273 stan jenang turut memeriahkan acara itu. Peserta yang terlibat dalam kegiatan ini mulai dari lembaga pemerintah, budayawan, pasar tradisional, PKK hingga masyarakat.

"Tanpa stimulan, bantuan dan sebagainya mereka antusias mengikuti acara ini. Jenang yang mereka tampilkan pun tidak sama. 273 stan ini menggambarkan 17 ragam jenang yang ada di Solo," ungkap dia.

https://regional.kompas.com/read/2018/02/17/16311501/kenapa-ada-17-jenis-jenang-pada-peringatan-ulang-tahun-solo

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke