Salin Artikel

Pelaku Penyerangan Gereja Santa Lidwina Dikenal Punya Suara Merdu

Bahkan, rumah dengan bangunan semipermanen tersebut belum teraliri listrik dan masih menumpang dari listrik milik tetangga.

Di dalam rumahnya ada tiga kamar berukuran kecil dengan ruang tamu yang sederhana dan dilengkapi dengan kursi-kursi kayu yang sudah tua.

Rumahnya berjarak sekitar 80 kilometer dari pusat Kota Banyuwangi dengan jarak tempuh sekitar tiga jam. Rumah itu sehari-hari ditempati pasangan Mistadji (58) dan Edi Susiyah (54), orangtua kandung Suliono. Sementara keempat anaknya tinggal di luar Banyuwangi.

"Yang pertama di Papua, yang kedua di Sulawesi, ketiga Suliono itu, dan yang keempat mondok di Banyuwangi kota. Keempat-empatnya pintar semua walaupun berasal dari keluarga yang tidak mampu," ucap Yono, tetangga keluarga Suliono, kepada Kompas.com, Minggu (11/2/2018). Sehari-hari, ayah dan ibu Suliono bekerja sebagai buruh tani.

Kepala Desa Kandangan Riyono mengatakan, Suliono bersekolah di SDN 5 Kandangan, SMPN 1 Pesanggaran, lalu enam bulan mondok di Ponpes Ibnu Sina milik Kiai Maskur Ali, Ketua PCNU Banyuwangi. Dia kemudian pindah ke Sulawesi ikut kakak kandungnya menyelesaikan SMA.

"Dia jarang pulang ke Banyuwangi dan kepulangan terakhirnya saat puasa tahun lalu," kata Riyono.

Pakaian yang digunakan Suliono juga berbeda dengan masyarakat sekitar karena menggunakan jubah warna hitam. Beberapa warga juga melaporkan, saat pulang, Suliono beberapa kali melarang tetangganya melakukan selamatan dan ritual saat musim panen.

"Tetapi, dia dikenal sangat baik, pendiam, dan memiliki suara yang merdu, terutama saat dia mengaji. Orang sini mengakui semua karena dulu saat masih di sini, dia sering diminta jadi qori saat ada acara pengajian," ucap Riyono.

Keluarga menutup diri

Keluarga Suliono pertama kali tahu bahwa anaknya menjadi pelaku penyerangan gereja saat dihubungi anak pertamanya pada Minggu (11/2/2018) pagi. Saat itu, tokoh masyarakat setempat sedang berada di rumah Suliono untuk meminta data keluarga.

"Kami meminta data keluarga dengan alasan pendataan. Mau tanya langsung enggak tega karena kondisi orangtuanya yang orang tani," kata Mubarok, mantan kepala desa yang juga tetangga Suliono.

Beberapa jurnalis yang datang ke rumah Suliono juga diminta keluar rumah oleh Edi Susiyah dan berharap tidak menggangu keluarganya dan bertanya lagi tentang kondisi anaknya.

Bahkan, saat polisi datang memeriksa keluarga Suliono pada Minggu malam, Edi Susiyah berteriak histeris serta membanting tubuhnya ke lantai dan menyuruh polisi dan semua orang yang datang ke rumahnya keluar.

Diberitakan sebelumnya, seorang pria melakukan penyerangan dengan senjata tajam saat ibadah misa di Gereja Santa Lidwina di Bedog, Desa Trihanggo, Kecamatan Gamping, Sleman, Yogyakarta, Minggu (11/2/2018) pagi. Akibatnya, tiga umat, satu romo, dan satu anggota polisi mengalami luka akibat sabetan pedang.

https://regional.kompas.com/read/2018/02/12/10221961/pelaku-penyerangan-gereja-santa-lidwina-dikenal-punya-suara-merdu

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke