Salin Artikel

Armanoe, Kakek yang Setia Sewakan 11.000 Komik dan Buku Koleksinya

Meski terlihat biasa, cobalah masuk ke dalam rumah tersebut. Ribuan komik dan buku tertata rapi di ruang depan. Sang pemilik rumah, Armanoe (75), dengan ramah mempersilahkan Kompas.com, melihat koleksi komik dan bukunya, Rabu (3/1/2018).

"Saya mengelola persewaan komik ini sejak tahun 1999, melanjutkan peninggalan anak pertama saya yang sudah meninggal. Namanya BB Rental. BB ini singkatan dari Bina Baca. Sekarang koleksinya hampir 11.000 komik dan buku," ujar pensiunan guru seni rupa tersebut sambil tersenyum.

Awalnya, menurut Armanoe, dia dan keluarganya memang pecinta buku. Sedangkan anak pertamanya, Galuh, suka mengoleksi komik. Hingga suatu hari, Galuh merintis persewaan komik kecil-kecilan dan VCD film.

Setelah Galuh meninggal karena sakit, Armanoe berniat untuk meneruskan cita-cita anak sulungnya tersebut. Galuh mempunyai impian memiliki persewaan buku. 

Dengan modal Rp 150.000, Armanoe membeli 74 komik baru. Semakin lama koleksinya semakin banyak. Namun koleksi awal milik Galuh yang berjumlah puluhan tidak ia sewakan. Komik milik anaknya itu tersimpan rapi di bagian rak atas.

"Ini bukan hanya tentang uang yang didapatkan dari menyewa buku, tapi bagaimana orang-orang mudah mendapatkan bacaan. Dulu ramai sekali yang sewa tapi lima tahun terakhir jumlahnya berkurang sekali. Bahkan satu hari hanya satu orang yang datang untuk sewa," ucapnya.

Lelaki lulusan Akademi Seni Rupa Yogyakarta jurusan reklame tersebut bercerita, pada tahun 2009, perhari rata-rata orang yang datang untuk menyewa sekitar 15 orang. Buku yang keluar saat itu pun hampir 80 buku perhari.

Dia kemudian menunjukkan sebuah catatan berisi tulisan tangannya. "Saya selalu mencatatnya berapa buku yang keluar, berapa orang yang meminjam. Berapa rupiah yang dihasilkan dan berapa uang untuk belanja buku," tuturnya sambil menunjukkan tulisan tangannya yang rapi kepada Kompas.com.

Armanoe tidak sendiri, istrinya ikut membantu menyampuli buku dengan plastik agar tidak mudah kotor dan rusak. Satu buku ia sewakan antara Rp 500 hingga Rp 2.500 dengan masa sewa seminggu.

Saat masih jaya, sambung Armanoe, setiap bulan, Toko Buku Gramedia rutin datang ke rumahnya untuk mengirimkan buku. Rata-rata tiap bulan dia membeli 75 sampai 80 buku baru untuk menambah koleksi.

"Ada juga yang cari di Jember dan Surabaya. Yang banyak peminatnya adalah komik Jepang dan Korea. Pernah saya beli komik Amerika dan komik Indonesia yang cetakan baru seperti Si Buta dari Gua hantu, Pandji Tengkorak, tapi nggak ada yang mau baca," ucapnya.

Saat ini, BB Rental, satu-satunya persewaan komik dan buku yang masih bertahan di Kabupaten Banyuwangi.

Armanoe mengaku bukan dilahirkan dari keluarga yang berkecukupan. Namun ayahnya yang berdagang kecil-kecilan selalu rutin berlangganan buku untuk sembilan anaknya.

Bahkan, saat menikah, ibu kandung Armanoe tidak bisa membaca. Ayahnya lah yang mengajari ibunya membaca.

"Ibu saya lebih kutu buku dibandingkan saya. Dulu kalau datang ke Banyuwangi, semua buku koleksi saya dibaca," katanya mengenang almahumah ibunya.

Setelah menyelesaikan sekolah di bangku SMA, dia kemudian melanjutkan kuliah di Yogyakarta. Saat itu, kebiasaannya membaca sempat turun karena kesibukan barunya sebagai mahasiswa.

Bahkan salah satu penyesalannya adalah tidak pernah menjadi anggota perpustakaan saat menjadi mahasiswa.

"Padahal di Jogja banyak perpustakaan bagus dan koleksinya lengkap. Menyesalnya sekarang kenapa zaman itu kok ya nggak jadi anggota perpustakaan. Padahal buku bagus dan gratis juga," ungkapnya.

Setelah lulus kuliah, Armanoe muda yang lahir di Sidoarjo 24 Desember 1943, mengadu nasib ke Banyuwangi. Ia mendaftar menjadi guru SMA lalu mengajar di SMAN 1 Genteng sejak 1967 hingga dia pensiun.

"Saat itu kawan satu angkatan kuliah di Akademi Seni Rupa Jogja semuanya banyak ke Jakarta. Saya bilang pengabdian masyarakat ngajar jadi guru gambar di Banyuwangi," katanya sambil tertawa.

Dia kemudian menikah dan memutuskan untuk tinggal di Banyuwangi. "Di mana saya hinggap di situ saya membuat sarang," jelasnya.

Di usianya yang sudah senja, Armanoe masih tetap rutin membaca di meja yang diletakkan di antara rak-rak yang berisi ribuan komik dan buku koleksinya. Ada lampu baca dan juga kaca pembesar untuk membantu Armanoe membaca.

"Sekarang saya banyak membaca buku agama walaupun tidak menolak membaca buku lainnya. Tapi bacanya pakai ini, kaca pembesar," katanya sambil mengacungkan kaca pembesar di tangan kanannya.

Dia sendiri mengaku akan terus membuka rumahnya untuk mereka yang datang menyewa komik dan buku. Menurutnya, jika ada yang datang untuk membaca dia sangat senang, apalagi yang datang adalah anak-anak muda atau pelanggannya yang lama.

Saat menunggu pelanggannya, Armanoe yang yang tinggal dengan Susilaningsih (67) istrinya dan cucunya banyak menghabiskan waktu untuk beribadah dan membaca buku,

"Saya tidak ingin lepas shalat wajib dan shalat sunnah. Sudah tua ingin banyak beribadah dan banyak baca buku," katanya.

Dia juga mengaku sedih, jika saat ini sudah jarang orang membaca buku padahal menurutnya buku sangat penting untuk menambah ilmu pengetahuan dan melatih otak manusia agar tidak mudah lupa.

"Sekarang orang lebih suka dengan gadget, main handphone sampai lupa baca buku. Bahkan di sekitar rumah saya ini saja nggak ada yang pinjam buku. Nggak ada yang suka baca. Kadang kalau ingat gitu sedih. Dan sampai sekarang saya masih belum berpikir siapa yang nanti akan merawat buku-buku ini," pungkasnya. 

https://regional.kompas.com/read/2018/01/04/13361211/armanoe-kakek-yang-setia-sewakan-11000-komik-dan-buku-koleksinya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke