Salin Artikel

Limbah di Citarum Berpotensi Kotori Laut hingga Merusak Generasi Bangsa

"Kami bertekad bersama-sama untuk mengatasinya. Kerja sama ini akan menjadi jalan karena menteri perindustrian juga akan mengumpulkan industri-industri untuk tak membuang limbah," kata Luhut di sela Lokakarya Penataan Sungai Citarum di Bandung, Rabu (22/11/2017). 

"Sehingga cost limbah itu harus dimasukkan ke dalam cost produksi dia sehingga tak akan membebani dan tak akan merusak kualitas air," tambahnya.

Menurutnya, ada 27 juta orang atau hampir 90 persen masyarakat Jabar yang hidup di bantaran Sungai Citarum yang membentang dari Provinsi Jabar dan DKI Jakarta.

Apabila air sebagai sumber kehidupan masyarakat terkontaminasi, maka akan mempengaruhi kualitas hidup masyarakatnya. "Nah kalau kontaminasi ini terjadi akan merusak generasi akan datang. Karena air yang mengairi tadi terkontaminasi," jelasnya.

Luhut mencontohkan, seperti sampah plastik yang tergenang di sungai berubah menjadi mikro plastik kemudian dimakan ikan. Lalu ikan yang terkontaminasi itu dikonsumsi masyarakat, maka akan berpengaruh pada kesehatan masyarakat itu sendiri.

"Ikan itu dimakan ibu hamil, pasti akan membawa generasi yang tidak sehat, bisa kuntet dan semacamnya. Jadi ini masalah nasional yang menjadi perhatian bersama," tandasnya.

Untuk itu, pihaknya ingin melibatkan seluruh pihak baik instansi terkait, Kepolisian, TNI, pegiat lingkungan, perguruan tinggi, alim ulama, untuk melihat persoalan ini dan mengatasinya bersama-sama.

"Tadi Bapak Kapolda juga tidak mengizinkan dan tidak dibenarkan oleh agama untuk membuang sampah sembarang dan berakibat merusak masa depan," bebernya.

Pihaknya juga telah membahas penanganan limbah di Sungai Citarum dua bulan lalu bersama Polda Jabar, Gubernur Jabar, dan kementerian terkait. "Sekarang terintegrasi dan semua punya program," tutupnya.

https://regional.kompas.com/read/2017/11/22/17213161/limbah-di-citarum-berpotensi-kotori-laut-hingga-merusak-generasi-bangsa

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke