Salin Artikel

Sempat Viral, Masjid Namira Kini Tak Pernah Sepi dari Pengunjung

Kondisi tersebut membuat masjid yang dibangun pasangan Helmy Riza dan Eny Yuli Arifah itu, dikunjungi banyak orang. Tidak hanya warga Lamongan dan sekitarnya, namun dari berbagai penjuru nusantara yang berkunjung.

Seperti rombongan Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri 1 Blitar. Salah seorang guru MTs Negeri 1 Blitar, Faqih Hidayat (45) mengaku datang ke Masjid Namira untuk mengobati rasa penasaran terhadap masjid yang viral di medsos tersebut.

“Kebetulan saya bersama guru-guru MTs Negeri 1 Blitar ada rekreasi ke WBL (Wisata Bahari Lamongan), jadi mampir saja ke sini sekalian. Hitung-hitung mengobati rasa penasaran melihat Masjid Namira, yang banyak dibicarakan orang di medsos,” tutur Faqih saat ditemui, Selasa (14/11/2017).

Dilihat sepintas, sebenarnya bangunan Masjid Namira tidak terlalu berbeda dengan masjid-masjid besar yang ada di Indonesia.

Hanya ada sedikit keunikan dalam tatanan ruang wudhu dan interior masjid, yang tampak terjaga keindahan dan keasriannya. Termasuk, keberadaan kiswah ka’bah di tempat imam.

Sementara potongan kiswah berukuran kecil, terbingkai rapi dan dipajang pada dinding masjid, di sebelah kiri dan kanan mihrab.

“Saya lihat tadi, di depan kiswah itu yang kebanyakan menjadi favorit para pengunjung. Mungkin sama seperti saya, kebanyakan pengunjung Masjid Namira awalnya penasaran ingin melihat setelah ramai dibicarakan di medsos,” ucapnya.

Tidak jauh dari jalan, menuju tempat wudhu, terdapat kulkas berisi penuh air mineral dalam kemasan gelas. Bagi yang tidak suka dingin, takmir masjid juga menyediakan air mineral kemasan tersebut di kardus yang berada di sebelahnya.

“Bagi para pengunjung yang kehausan, bisa langsung mengambil air mineral yang kami sediakan dan gratis. Begitu juga bagi para jamaah yang tidak membawa sarung atau mukena, bisa meminjam di tempat yang kami sediakan,” ujar salah seorang takmir Masjid Namira, Suliono (40).

Ruangan tersebut terletak di samping masjid, yang bersebelahan dengan kantor takmir. Selain peminjaman sarung dan mukena, tempat tersebut digunakan sebagai loket penitipan barang, yang sekaligus terdapat mesin absensi sidik jari elektronik bagi para petugas Masjid Namira.

“Kami juga menyediakan beberapa unit kursi roda, yang bisa dipinjam para jemaah difabel secara gratis. Sama, peminjaman itu juga satu tempat dengan penitipan sarung dan mukena,” jelas Suliono.

Selain pengunjung dari luar kota, para kaum muda yang ada di Lamongan kerap mendatangi Masjid Namira. Lebih-lebih pada akhir pekan atau Sabtu-Minggu.

“Kalau dirata-rata, jumlah pengunjung muda yang paling banyak itu ya Sabtu dan Minggu, bisa mencapai sekitar 2.000 orang setiap harinya,” papar Suliono.

Tidak hanya pengunjung yang penasaran dan ingin berswafoto, para pengurus Masjid Namira juga banyak menerima kunjungan tamu dari luar Lamongan yang ingin melakukan studi banding, baik mengkaji bangunan maupun pengelolaan.

“Di sini kadang-kadang digunakan untuk menggelar akvitas lain di luar shalat, seperti untuk resepsi pernikahan atau untuk pengajian dan aneka kegiatan anak muda lain yang sifatnya positif. Tempatnya di sebelah pos keamanan yang dulunya dipakai bangunan masjid lama,” kata dia.

Masjid Namira lama dibangun pada 2013 dan berdiri di atas lahan seluas 0,9 hektar dengan luas bangunan mencapai 1.100 meter persegi. Kondisi ini membuat masjid hanya mampu menampung sekitar 500 jemaah.

Namun sejak 2 Oktober 2016, Masjid Namira memiliki bangunan baru yang terletak sekitar 300 meter dari bangunan lama di lahan seluas 2,7 hektar. Dengan luas bangunan 2.750 meter persegi, masjid ini diklaim mampu menampung 2.500 jemaah.

Para pengurus Yayasan Masjid Namira menggagas program Aku Cinta Masjid. Tujuannya, untuk merangsang anak muda rajin shalat berjamaah.

Untuk setiap anak muda yang melaksanakan shalat berjamaah di Masjid Namira, akan mendapatkan satu poin. Namun khusus untuk shalat subuh berjamaah, nilainya berlipat menjadi dua poin.

“Untuk mencatat kehadiran anak muda yang melakukan shalat berjamaah di sini, kami sudah menyediakan mesin sidik jari yang ada di tempat penitipan sarung dan mukena,” beber Ketua Takmir Masjid Namira, Waras Wibisono.

Nantinya, bagi anak muda yang rajin melakukan shalat berjamaah di Masjid Namira dan mengumpulkan 90 poin dalam satu bulan, bakal mendapatkan beasiswa sebesar Rp 100.000.

Tak hanya itu, bagi sepuluh anak dengan poin terbanyak setiap bulannya, mendapatkan beasiswa tambahan senilai Rp 100.000. Selain beasiswa, masjid ini menyediakan minuman gratis untuk para pengunjung.

Para jemaah bisa memilih makanan kesukaan yang disediakan. Mulai dari nasi bungkus, lontong sayur, mie instan, aneka gorengan, hingga teh, kopi, dan susu.

“Untuk dana operasional masjid, berasal dari infaq dan pendapatan masjid, yang selebihnya ditanggung ketua yayasan (Helmy Riza),” tutur Suliono.

Dalam catatan pengurus Masjid Namira, operasional masjid per bulan membutuhkan biaya sekitar Rp 200 juta. Sedangkan dana infaq yang didapat dari para pengunjung dan jemaah, sekitar Rp 150 juta-an setiap bulannya.

Pembiayaan itu digunakan untuk berbagai kebutuhan. Mulai dari tagihan rekening listrik, air bersih, biaya perawatan dan kebersihan, serta upah 25 pekerja.

“Wajar bila pembiayaan sebesar itu, karena melihat perawatan dan jumlah pekerjanya memang membutuhkan biaya yang sangat besar. Sebab saya dengar, untuk setiap harinya Masjid Namira membutuhkan pasokan air tak kurang dari 40 truk tangki,” ucap Muji Santoso, salah satu warga Lamongan.

https://regional.kompas.com/read/2017/11/16/07243261/sempat-viral-masjid-namira-kini-tak-pernah-sepi-dari-pengunjung

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke