Salin Artikel

Masuk Musim Hujan, Jawa Tengah Siaga Hadapi Bencana

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan, sejumlah persiapan menghadapi musim hujan tahun ini sudah dilakukan secara matang.

"Sudah siap, sejumlah dinas dan instansi terkait sampai kepada masyarakat tingkat bawah sudah kami persiapkan untuk menghadapi kemungkinan terjadinya bencana alam," kata Ganjar, Sabtu (11/11/2017).

Dinas ESDM, imbuhnya, sudah menyampaikan titik-titik rawan bencana. Selain itu, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyampaikan informasi mengenai perkembangan cuaca.

"Instansi lain seperti Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) juga sudah memiliki peta dan data terkait daerah-daerah yang rawan bencana sehingga kesiapan sudah matang," ujarnya.

Saat ini, Pemerintah Jawa Tengah terus mendorong masyarakat khususnya komunitas pengurangan resiko bencana di semua daerah agar waspada.

"Saya juga meminta kepala daerah mulai Bupati/Walikota hingga tingkat RT yang daerahnya masuk daerah rawan agar selalu waspada," katanya.

Ganjar juga meminta masyarakat Jawa Tengah waspada dengan berbagai kemungkinan di musim hujan.

Angin puting beliung di Banjarnegara yang merobohkan pohon beringin besar serta menimbulkan korban jiwa beberapa waktu lalu mesti dijadikan pembelajaran. Saat hujan disertai angin kencang terjadi, ia melanjutkan, sebaiknya warga tidak berteduh di bawah pohon.

"Selain perintah langsung kepada pejabat daerah agar melakukan pengawasan dan kesiapan,  Saya selalu mewanti-wanti mereka untuk menggunakan media sosial dalam menyebarkan informasi kebencanaannya. Jadi, masyarakat lebih sadar dan siaga akan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi," katanya.

Lima daerah rawan bencana

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Tengah telah menetapkan lima daerah di Jawa Tengah yang rawan bencana saat musim penghujan tahun ini.

Lima kabupaten tersebut yakni Purworejo, Banyumas, Kebumen, Banjarnegara dan Cilacap.
"Di Banjarnegara misalnya, potensi bencana longsornya telah merata di 18 kecamatan," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Tengah, Sarwa Pramana.

Tingginya kemungkinan bencana di lima daerah itu lanjut Sarwa disebabkan karena adanya pergerakan tanah di sejumlah rumah warga. Apalagi, data dari citra satelit BMKG mendeteksi curah hujan yang mengguyur di lima wilayah tersebut cukup tinggi.

"Kenapa kami menetapkan lima daerah itu rawan longsor, karena disana ada gerakan tanah di rumah-rumah warga," ungkapnya.

Namun, ia memastikan bahwa jalur evakuasi menuju areal aman telah dibuat oleh para relawan BPBD. Pun demikian dengan proses sosialisasi bahaya longsor, kata Sarwa saat ini sudah dilakukan secara berkelanjutan.

Pihaknya juga telah mengoptimalkan early warning system (EWS) untuk mendeteksi tanah longsor sedini mungkin di lima kabupaten itu.

"Namun kami baru bisa memasang satu EWS di tiap wilayah karena terbentur mahalnya alat tersebut serta terbatasnya alokasi APBD dari pemerintah provinsi. Kemampuan dana kami membuat kami tidak bisa berbuat banyak," terangnya.

Meski begitu, ia berharap dengan daya dukung yang serba terbatas, masyarakat mulai meningkatkan kewaspadaan terhadap bencana tersebut. BPBD, menurutnya untuk saat ini sudah memperkuat persediaan logistik di gudang kantornya.

"Dana logistik senilai Rp 486 juta juga sudah digelontorkan ke setiap kabupaten/kota. Kami punya cadangan (logistik) sangat banyak untuk mengatasi longsor saat hujan lebat," ujarnya.

(KONTRIBUTOR JAWA TENGAH/ ANDI KAPRABOWO)

https://regional.kompas.com/read/2017/11/11/16481721/masuk-musim-hujan-jawa-tengah-siaga-hadapi-bencana

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke