Salin Artikel

Postingan Soal Seblak Viral, Desy Beri Klarifikasi

Postingan itu menuai ragam tanggapan. Ada yang turut waspada dan prihatin, ada pula yang justru menghujat Desy lantaran unggahannya itu dinilai menyudutkan para tukang seblak.

Desy pun memberikan klarifikasi atas unggahannya itu di Rumah Sakit Imanuel Bandung, Senin (16/10/2017).  Klarifikasi itu difasilitasi Humas RS Imanuel Yocaf Oktora yang dihadiri juga oleh dokter spesialis bedah anak RS Imanuel, Edward Simamora.

"Saya mau bilang mohon maaf untuk tukang seblak di Bandung maupun dimana saja. Tidak ada maksud sedikit pun untuk menyalahkan seblaknya," ucap Desy.

Desy menuturkan kronologis yang menimpa Salma. Ia bercerita, pada 6 Oktober 2017 sepulang sekolah, Salma tiba-tiba mengerang kesakitan di bagian perut hingga ia tak sanggup berdiri tegak. Karena khawatir, ia membawa Salma ke RS Imanuel Bandung.

"Pas di bawa ke IGD, dokter sarankan untuk cek USG, tes darah, dan rontgen. Sampai di IGD Salma mengalami muntah sampai buang air besar di celana," ujar Desy.

Setelah hasil USG keluar, Salma dinyatakan mengalami usus buntu. Setelah ditelisik penyebabnya, Desy ingat jika anaknya gemar mengkonsumsi jajanan seblak yang ada di sekolahnya.

Dugaan Desy diperkuat oleh hasil analisa dokter. Setelah mendapat penanganan sekitar empat hari, Salma dipulangkan dengan kondisi sudah membaik tanpa harus menjalani operasi pemotongan usus.

"Dari pihak rumah sakit curiga, karena sudah beberapa kali mengoperasi (kasus serupa) teman juga banyak yang komentar sama," kata Desy.

Pada 8 Oktober 2017, Desy menceritakan kisah yang ia alami pada akun Facebook.

"Saya pertama share untuk teman di FB karena akun saya di privat. Saya heran mengapa bisa sampai viral kayak gini. Sampai sekarang postingan saya ada 13.000 komentar dan telah dibagikan sebanyak 43.000 kali," ucap Desy.

Desy pun mencoba meluruskan perkara tersebut. Dia mengaku, postingan itu dibagikan tak lebih untuk sekedar mengingatkan bagi para orangtua agar tak mengalami nasib serupa.

Dia mengakui, jika tidak semua kerupuk seblak menjadi sebab penyakit usus buntu. Namun, dalam kasus anaknya, seblak yang dikonsumsi Salma terbuat dari bahan kerupuk yang sangat keras serta tak melalui tahap pengolahan yang baik.

Akibatnya, kerupuk seblak yang dikonsumsi anaknya sulit dicerna dalam usus. Ia lalu memperlihatkan jenis kerupuk yang biasa Salma bawa dari sekolah.

Kerupuk itu berwarna-warni dengan ragam bentuk. Teksturnya cukup keras dibanding kerupuk yang lazim dipakai dalam olahan seblak.

"Tidak semua kerupuk bisa menyebabkan usus buntu, tapi dalam kasus anak saya ada satu jenis kerupuk yang saya curigai sering dibawa Salma ke rumah," tuturnya.

"Kalau dulu kan kerupuk seblak itu direndam (kerupuknya) baru diolah kalau sudah mengembang (kenyal). Kalau sekarang beberapa tukang seblak membuat kerupuk mentah dimasukin langsung ke wajan, bahkan mungkin dicuci saja belum tahu," tutur Desy.

Sementara itu dokter spesialis bedah anak, Edward Simamora menjelaskan, kasus yang dialami Salma bukan kali pertama ia tangani. Bahkan, beberapa kali ia harus melakukan tindakan operasi.

Pada dasarnya, kata Edward, bahan kerupuk dalam seblak tidak berbahaya jika diolah secara benar.

"Cara pengolahan kerupuk itu harus bagus, artinya dimasak yang betul sampai dia berbentuk seperti kerupuk yang mudah hancur, sudah matang," ucapnya.

Kerupuk seblak yang tak diolah secara benar (masih keras), berpotensi menyumbat usus. Dalam kasus Salma, Edward mengaku tak mengetahui bentuk kerupuk yang sudah diolah dan dikonsumsi.

Namun, berdasar cerita Desy serta jenis kerupuk mentah yang diperlihatkan, besar kemungkinan usus Salma tersumbat gara-gara kerupuk yang dimasak namun masih keras.

"Kalau informasi dari ibunya dia sering makan kerupuk yang istilahnya dimasak terlalu cepat. Tapi kalau dilihat dari gambar bentuk kerupuknya itu perlu hancur berapa jam tuh. Dan terkadang beberapa tukang seblak memasak kerupuknya terlalu cepat," tuturnya.

"Jadi kalau menurut saya masak (kerupuk seblak) yang betul, kerupuknya jangan yang terlalu tebal. Kalau ada yang masih menggumpal (keras) bagi saya seorang dokter itu menakutkan," ungkapnya.

Sebab, Edward sudah beberapa kali menangani pasien anak yang mengalami usus buntu dengan latar belakang mengkomunikasi seblak.

"Pokoknya pasien yang saya operasi khususnya perempuan itu makan kerupuknya pasti ada seblaknya terutama anak SD. Soal dia menyebabkan usus buntu tentu perlu diteliti lebih lanjut. Tapi pasien saya punya latar belakang ibunya bercerita suka habis makan seblak, jajannya seblak melulu. Kasusnya lebih dari satu," jelasnya. 

https://regional.kompas.com/read/2017/10/16/19074111/postingan-soal-seblak-viral-desy-beri-klarifikasi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke