Salin Artikel

"Kujang Itu Simbol Kedaulatan Sebuah Negara..."

Budi menjelaskan, pemahaman masyarakat tentang kujang sebagai senjata harus diubah. Menurut dia, kujang memiliki nilai yang lebih tinggi dari sekadar senjata.

"‎Kujang itu adalah simbol kedaulatan sebuah negara. Yang disebut pakarang atau senjata itu bedog (golok) Saya mempertahankan satu argumen bahwa kujang adalah simbol atau pusaka bukan pakarang‎," kata Budi kepada Kompas.com.

Alasan lainnya Budi mengatakan, kujang tidak disebut senjata karena ‎bentuknya yang penuh estetika namun jauh dari bentuk ergonomis sebuah senjata. Bahkan dalam beberapa literatur kesundaan yang dipelajarinya, Budi sama sekali tidak mendengar kujang digunakan untuk perang. Kalau pun dibawa, kujang hanya untuk menunjukan kasta seseorang dalam perang.

"‎Coba saja diadukan bedog (golok) dengan kujang. Pasti kujang kalah, da kujang mah ga enakeun (karena kujang tidak nyaman). ‎ Kalau kata orang senjata, sangat tidak ergonomis. Mau dipakai ngadek (memotong) kayu enggak bisa, mau buat nusuk gimana nusuknya, mau ngupas bawang juga enggak bisa. Maka dari itu mengapa kujang penuh estetika karena itu adalah simbol," tuturnya.
 
"Yang diperlukan sekarang kita mengakui kembali eksistensi kujang dulu, tidak usah jauh-jauh ke nilai. Kujang ini ada sebagai simbol, kujang itu pusaka. Hilangkan pandangan kujang senjata agar mengubah mindset orang," sambungnya.‎

Terlalu panjang jika ingin mengetahui lebih dalam terkait nilai-nilai luhur yang terkandung dalam sejarah kujang. Namun menurut penelitian Budi, kujang dahulu kala merupakan simbol kejayaan sebuah negara ‎bernama Kerajaan Pajajaran yang konon kekuasaannya meliputi seluruh nusantara.

"‎Ketika kita memahami tatanan negara lama ada yang disebut Tritangtu yakni Rama, Ratu, dan Resi. Kujang ini simbol karatuan ‎atau keraton atau negara atau presiden‎," ucap dia.

‎Pasca runtuhnya Kerajaan Pajajaran lanjut Budi, orang-orang terdahulu pun akhirnya menyimpan dan menyembunyikan kujang. Bahkan, sejak saat itu pula kujang tidak pernah muncul dalam kegiatan-kegiatan yang bersifat seremonial.

"‎Pada saat dinyatakan Pajajaran runtuh di 1578, semenjak itu juga kujang tidak ‎ada di dalam seremmonial atau apapun karena dianggap eksistensi atau kedaulatan sebuah negara sudah tidak ada. Semenjak itu pula kujang jadi benda pusaka," kata salah seorang seniman Bandung ini.

"Kalau kita main ke kabuyutan atau tempat-tempat lama atau ketemu orangtua dan kita mau lihat kujang, kita harus ngobrol lama sampai dalam baru diliatin itu kujang ‎walaupun cuma sebentar kemudian dibungkus lagi kain putih. ‎Mereka paham ‎buat apa ditunjukin karena (Pajajaran) sudah tidak daulat lagi. Karena ini mah simbol kedaulatan‎," tambah dia.

Hingga akhirnya pada saatu dekade ke belakang eksistensi kujang mulai kembali dimunculkan oleh budayawan sunda serta pemerhati benda pusaka yang mulai mengidentikkan kujang dengan Jawa Barat atau Sunda.

"‎Maka dari itu pada saat kujang mau muncul lagi memang tantangannya berat karena‎ ini berkaitan dengan kondisi eksistensi kedaulatan sebuah negara. Risikonya tinggi. Mungkin banyak orang tidak setuju kalau melihat tatanan lama. Kalau sekarang sebetulnya hanya menggali nilai-nilai kesejarahan bukan artinya negara harus dipegang oleh orang sunda. Tapi ada yang mengkhawatirkan seperti itu," sebut dosen pengajar di Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung ini.

Padahal sebut Budi, kemunculan kujang justru ingin menunjukan kedaulatan NKRI dari sisi kebudayaan asli. "Berarti nilai-nilai ini sudah mulai digali lagi ‎dan mereka sudah paham kalau kita butuh kedaulatan dari sisi budaya. Dalam hal ini budaya sunda ingin memperlihatkan lagi eksistensinya bahwa kujang ini masih ada," ungkapnya.

Dari segi estetika, ada beberapa jenis menurut bentuknya seperti kujang ciung, kujang bango, kujang Naga, kujang wayang dan kujang rajamala. Sementara dari segi jenis kujang dibagi beberapa nama di antaranya adalah kujang pangarak, kujang pakarang, kujang pusaka, dan kujang sajen.

Lubang-lubang di sisi belakang kujang pun ternyata memiliki arti dimana makin banyak lubang maka semakin tinggi tingkatan derajat orang-orang yang membawanya.

"‎‎Di wilayah barat kebanyakan lubangnya 4. Puncaknya adalah liang (lubang), 7 artinya orang itu ada di puncak tertinginya. ‎Hitungan sunda tidak ada 8, delapan itu kembali ke nol langsung ke sembilan. Maka kujang lubang delapan itu biasanya kujang tanpa lubang atau  kujang Buta. Masa di mana dia menuju ke lubang sembilan. Pada saat lubang sembilan, maka dia sudah tidak disimbolkan sebagai pemimpin tertingi (yang masih berapi-api) tapi dia sudah diam tidak jadi apa-apa," tuturnya.

Apakah kujang hanya digunakan oleh laki-laki‎? Ternyata tidak, menurut Budi, dalam sebuah cerita kesundaan ada tokoh perempuan yang sering menggunakan kujang berbentuk kecil.

"‎Kalau perempuan ada namanya kujang balati. Dongengnya kujang ini dipegang oleh Dyah Pitaloka. Jadi tidak aneh menurut statment kesejarahan Dyah Pitaloka bunuh diri dengan kujang balati berbentuk kecil yang diselipkan di rambut. Jadi tusuk kondenya kujang balati ternyata," ungkapnya.

Budi menambahkan, perajin kujang di Jawa Barat saat ini sudah mulai ‎banyak bermunculan meski cara pembuatan dan bahan baku yang digunakan tidak sama dengan kujang peninggalan jaman kerajaan Pajajaran. Bahkan, sebagai bentuk eksistensi, kujang saat ini sudah diproduksi dalam bentuk pin yang sering dipakai oleh pejabat Pemerintah Daerah (Pemda) atau budayawan sunda sebagai identitas.

Namun dia berharap kujang tidak hanya dimaknai sebagai identitas kesundaan saja melainkan dipahami sebagai simbol sebuah kedaulatan sebuah negara.

‎‎"Produksi ada tapi by order. Kalau di barat memproduksi karena ada kepentingan ekonomi. Tapi tragisnya saya lihat di sebuah pameran di belakang pin kujang sudah made in China. Kondisi Kujang saat ini ada pendangkalan makna atau nilai secara fisik. Memang masih banyak diproduksi, tapi alangkah sayangnya kujang ini cuma sebagai simbol di baju Pemda atau dipake diacung-acung, karena bukan seperti itu sebenarnya‎," papar dia.

https://regional.kompas.com/read/2017/10/16/11373941/kujang-itu-simbol-kedaulatan-sebuah-negara

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke