Salin Artikel

Kisah Jono dan Joni, Dua Anjing Pemandu Pendaki di Gunung Agung

Kedua anjing tersebut tinggal di dekat Pura Tirta Giri Kusuma yang berjarak sekitar 4 jam perjalanan dari Pura Besakih. Kedua hewan ini dikenal sebagai anjing pemandu para pendaki gunung.

Wayan Mangku Badra, warga Dusun Pala Desa Besakih yang juga berprofesi sebagai pemandu wisata Gunung Agung kepada Kompas.com, Jumat(6/10/2017) bercerita, terakhir bertemu Joni adalah saat turun dari Gunung Agung pada tanggal 20 September 2017 lalu, dua hari sebelum status Gunung Agung naik menjadi awas.

"Saat itu saya ngasih minum Joni. Ini fotonya sempat difoto oleh salah seorang teman. Joni ini anjing betina saat bertemu terakhir dia seperti habis melahirkan. Tapi saya nggak ketemu sama anak-anaknya dan juga Jono, pasangannya. Kalau Jono warnanya dominan hitam," jelas Mangku Badra.

Lelaki yang mendaki Gunung Agung pertama kali pada tahun 1973 ini menceritakan, Jono dan Joni adalah milik seorang pemuda yang akrab dipanggil Upih. Saat Jono dan Joni masih anak-anak, Upih sering mengajak kedua anjingnya itu bermain di dekat Pura Giri, jalur yang dilewati para pendaki. Hingga kemudian Upih ditemukan tewas bunuh diri di dekat area tersebut.

"Kejadian itu sekitar 2 tahun yang lalu. Saya kenal Upih karena kita tinggal berdekatan. Tidak tahu alasan apa dia bunuh diri. Sejak saat itu Joni dan Joni tidak mau turun dari sekitar Pura Giri," jelasnya.

Menurut Mangku Badra, banyak pendaki yang melewati jalur pendakian memberi makan dan minum kepada Jono dan Joni, sehingga mereka berdua menjadi jinak. Mereka juga selalu ikut rombongan pendaki hingga ke puncak Gunung Agung.

"Mereka lari naik lebih dulu. Jika rombongan tidak terlihat, mereka akan menunggu tapi jika terlalu lama Jono dan Joni akan kembali mencari rombongan pendaki. Mereka jadi legenda di antara para pendaki yang pernah ke Gunung Agung," ungkapnya.

Setelah status Gunung Agung naik menjadi awas, Mangku Badra mengaku tidak tahu bagaimana nasib Jono dan Joni. Dia sempat naik kembali pada tanggal 22 September untuk mengajak Jono dan Joni turun, tetapi kedua anjing tersebut menolak dan balik arah menuju Pura Giri.

"Mereka sudah biasa bertahan di gunung dengan makan umbi-umbian dan setia menjaga tempat ditemukannya Upih yang meninggal bunuh diri. Mereka tidak mau diveakuasi. Kadang saya juga kepikiran dengan mereka di atas sana," jelasnya.

Memang banyak rumor bahwa Joni dan Jono sudah dievakuasi, namun Mangku Badra sendiri tidak begitu langsung percaya karena belum bertemu langsung dengan kedua anjing setelah tanggal 22 September 2017.

"Saya kenal baik kedua anjing itu sejak kecil karena sering naik ke atas dan bertemu dengan Joni dan Joni yang selalu ikut dengan rombongan pendaki sampai ke puncak Agung. Mereka tidak pernah turun gunung. Semoga Sang Hyang Widi melindung mereka," harapnya.

Sejak status Gunung Agung ditetapkan awas, Mangku Badra memilih tidak mendaki dan mengikuti aturan yang direkomendasikan PVMBG. Dia tinggal di pengungsian, namun beberapa kali mengantar para relawan yang membantu warga yang tinggal di pengungsian.

https://regional.kompas.com/read/2017/10/09/08425221/kisah-jono-dan-joni-dua-anjing-pemandu-pendaki-di-gunung-agung

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke