Salin Artikel

Pemakaman di Kaki Gunung Agung, Pengantar Dibatasi

Wilayah pura Besakih sendiri berjarak 6 kilometer dari puncak Gunung Agung dan masuk wilayah zona merah. Karena pemakaman masuk wilayah bahaya, prosesi pemakaman dipersingkat dan hanya keluarga terdekat yang diperkenankan mengikuti upacara pemakaman.

"Karena tidak mungkin pemakaman ditunda jadi hanya keluarga terdekat yang datang sedangkan waktunya juga dipercepat. Tidak ada proses pamitan di rumah. Jadi dari rumah sakit langsung dibawa ke sini untuk dimandikan, upacara lalu segera dimakamkan," jelas I Gusti Ngurah alit (55), kerabat mendiang kepada Kompas.com, Jumat (29/9/2017).

Biasanya ada proses pamitan yang dilakukan di rumah duka cita dan yang mengantarkan ke pemakaman bisa ratusan orang. Namun kali ini hanya diumumkan di tempat pengungsian dan hanya sekitar 30 orang keluarga yang mengantarkan. Kendaraan yang digunakan juga tidak begitu banyak.

I Gusti Ngurah Alit menjelaskan, bibinya sempat tinggal di pengungsian selama 3 hari dan karena sesak nafas Biyung Dudun dibawa ke rumah sakit kemudian meninggal dunia.

"Biyung Dudun kondisinya memang sudah tua dan memiliki penyakit sesak nafas ditambah lagi agak panik karena mengungsi. Tapi keluarga sudah mengikhlaskan, apa yang terjadi" kata Gusti Ngurah Alit.

Saat pemakaman berlangsung semua kendaraan roda dua maupun pada empat yang diparkir diarahkan ke selatan atau menuju ke jalan besar untuk mengantisipasi jika ada gempa besar, mereka bisa langsung menuju ke tempat yang lebih aman.

Gunung Agung ditetapkan status awas sejak Jumat (22/9/2017) dan warga yang tinggal di 12 kilometer telah diungsikan. Hingga 28 September 2017, ada 134.299 jiwa yang mengungsi di 484 titik. 

https://regional.kompas.com/read/2017/09/29/13140021/pemakaman-di-kaki-gunung-agung-pengantar-dibatasi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke