Salin Artikel

Lagi, Sekolah di Banjarnegara Dirusak Orang Tak Dikenal

Penjaga SDN 2 Lebakwangi, Sarkam mengatakan, sedikitnya ada empat kaca ruang kelas dan 26 pot tanaman hias rusak. Tidak ada barang inventaris sekolah yang hilang dicuri oleh para pelaku.

Sarkam memperkirakan, aksi pengrusakan tersebut terjadi sekitar pukul 05.00 WIB. Sebab, saat pertama kali diketahui, pecahan pot yang berserak di halaman dan atap sekolah itu masih terlihat kering.

"Malam minggunya hujan sampai menjelang subuh, jadi diperkirakan dirusaknya setelah hujan reda," katanya ketika ditemui di lokasi, Senin (25/9/2017).

Para pelaku dengan leluasa melakukan aksinya sebab SD yang masuk wilayah RT 1 RW 1 Dusun Siwaru, Desa Lebakwangi tersebut berada di tepi hutan pinus. Sedangkan perkampungan warga yang terdekat yaitu Dusun Siwaru jaraknya hampir satu kilometer.

Kapolsek Pagedongan, Iptu Suharno, mengatakan, pengrusakan ini diduga dilakukan oleh sejumlah remaja yang sedang pesta minuman keras. Dugaan ini diperkuat oleh penemuan sejumlah plastik berbau minuman keras di lokasi.

“Kemungkinan dilakukan oleh sekelompok remaja yang mabuk-mabukan di kompleks sekolah, dari hasil pemeriksaan sementara, kami menduga ini ulah orang dari luar desa, datangnya dari kecamatan sebelah (Kecamatan Bawang),” katanya.

Atas kejadian itu, pihak sekolah mengalami kerugian sekitar Rp 1 juta. Hingga Senin (25/9/2017) siang, pecahan kaca dan serpihan pot yang berserakan sudah dibersihkan. Sementara kegiatan belajar mengajar juga telah berjalan secara normal.

Aksi pengrusakan yang terjadi di SDN 2 Lebakwangi, Kecamatan Pagedongan, Banjarnegara, Jawa Tengah bukan pertama kali ini terjadi. Sebelumnya, sudah empat kali sekolah ini dirusak atau bahkan disatroni maling.

Salah satu guru SDN 2 Lebakwangi, Ardi Hermawan menceritakan, pada tahun 2015, atap dapur sekolahnya dijebol oleh pencuri. Bersamaan dengan kejadian itu, sedikitnya ada tiga unit tabung gas melon milik sekolah raib.

Selang satu tahun, pada 2016, sekolahnya kembali disatroni pencuri. Kali ini pencuri menjebol pintu besi di ruang kantor dan menggondol satu set piano elektrik, satu laptop, dan printer milik sekolah.

“Guru-guru disini terpaksa iuran untuk mengganti barang-barang yang rusak dan dicuri, karena barang yang dicuri sangat penting untuk operasional kegiatan belajar mengajar. Semua guru, termasuk yang honorer dan penjaga sekolah iuran,” katanya.

Sejak saat itu, lanjut Ardi, sekolahnya semakin sering disusupi orang untuk berbuat maksiat ketika malam hari. Hal ini terlihat dari banyaknya bekas bungkus minuman keras, kartu remi, hingga alat kontrasepsi yang kadang ditinggalkan para penyusup.

“Ini sudah bisa dikatakan sebagai bentuk pelecehan terhadap institusi pendidikan. Bayangkan jika barang-barang yang ditinggalkan ini ditemukan oleh siswa, pasti akan mempengaruhi psikologis mereka,” ujarnya.

Ardi berharap pihak kepolisian lebih serius dalam menangani kasus yang sudah terjadi berulang-ulang tersebut. Keterbatasan tenaga penjaga sekolah yang menjadi titik lemah sistem keamanan seharusnya dapat ditutup dengan intensitas patroli kepolisian di wilayah setempat.

Tak terjangkau patroli

Melihat parahnya aksi pengrusakan di SDN 2 Lebakwangi, Kapolres Banjarnegara, AKBP Nona Pricilia Ohei menginstruksikan 10 orang personel Satuan Reserse dan Kriminal Polres untuk turun menyelidiki pelaku pengrusakan. Langkah ini ditempuh untuk membantu upaya petugas Polsek yang tak jua membuahkan hasil.

“Kami sedang mendalami kasus ini, namun kendalanya yakni kami minim alat bukti. Batu yang digunakan untuk melempar kaca saja sudah dibuang, tapi semoga alat bukti lain yang tertinggal bisa kami gunakan untuk mengidentifikasi sidik jari pelaku,” katanya.

Untuk meminimalisasi aksi pengrusakan susulan, Kapolsek Pagedongan, Iptu Suharno, telah mengarahkan pihak sekolah untuk menutup satu gang yang diduga digunakan jalan masuk para pelaku ke kompleks sekolah.

Menurut Suharno, peran serta masyarakat dan penjaga sekolah juga harus dimaksimalkan. Mengingat medan untuk menjangkau wilayahnya tersebut sangat sulit dan keterbatasan personel yang berjaga juga menjadi kendala yang nyata.

“Kami perlu peran serta masyarakat, sebab wilayah kami sangat luas, dan medannya cenderung ekstrim. Untuk menjangaku seluruh wilayah Kecamatan Pagedongan saja kami perlu waktu sampai enam jam,” ujarnya.

https://regional.kompas.com/read/2017/09/26/09314961/lagi-sekolah-di-banjarnegara-dirusak-orang-tak-dikenal

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke