Salin Artikel

Mensos Berharap Para Mantan Teroris Dibantu

Hal itu disampaikan Khofifah saat menggelar pertemuan dan memberikan bantuan kepada Yayasan Lingkar Perdamaian yang dimotori oleh mantan teroris bom Bali Ali Fauzi.

“Beri ruang bagi anak-anak mereka untuk bersekolah dengan baik. Beri ruang bagi mereka untuk mendapatkan per kapita dengan baik, serta beri bantuan agar mereka bisa mendapatkan pekerjaan dengan baik,” ujar Khofifah di Tanjung Kodok Beach and Resort, Lamongan, Jawa Timur, Minggu (20/8/2017).

Khofifah sudah mendengar kabar bila Zulia Mahendra (31), salah satu putra almarhum Amrozi yang merupakan teroris bom Bali, menjadi pembawa bendera dalam upacara HUT ke-72 RI pada 17 Agustus 2017.

"Kita juga melihat suasana yang sangat heroik, yang sangat patriotik, pada tanggal 17 Agustus kemarin, mereka pun juga sudah melaksanakan upacara peringatan HUT RI yang ke-72 dan mengibarkan bendera merah-putih. Suasana heroik seperti ini, tentu kabar baik bagi kita semua yang harus menyapa mereka sebagai keluarga besar bangsa Indonesia," ucapnya.

"Jangan sampai ada fitnah yang sampai menimbulkan suasana yang tidak kondusif. Jadi fitnah-fitnah kepada mereka, saya mohon itu dihilangkan," lanjut Khofifah.

Dalam pertemuan itu, Khofifah menjanjikan akan memberikan Kartu Indonesia Pintar, Kartu Indonesia Sehat dan Kartu Keluarga Sejahtera.

Pihaknya juga sudah menyiapkan program untuk menunjang kehidupan para mantan teroris beserta keluarganya yang tergabung dalam Yayasan Lingkar Perdamaian.

"Bukan UKM, tapi kita bisa menyebut sebagai life skill dan di Kementerian Sosial memang ada program itu. Program ini memang untuk eks napi kasus-kasus pidana dan perdata, kemudian eks napi teroris ini baru menemukan format ketika kami bersilaturahim ini," kata Khofifah.

"Jadi kalau bisa sesegera mungkin, saya rasa September depan sudah bisa kita lakukan untuk bisa mendapatkan personal training sesuai dengan minat anggota," tambah dia.

Terima kasih

Ketua Yayasan Lingkar Perdamaian Ali Fauzi mengucapkan terima kasih atas bantuan yang diberikan oleh Kementerian Sosial kepada pihaknya.

"Saya sebagai ketua Yayasan Lingkar Perdamaian, mengucapkan terima kasih kepada Ibu Menteri yang sudah ikut hadir di keluarga Lingkar Perdamaian, dan ikut memberikan suport. Mudah-mudahan ke depan, kami akan bisa mengembangkan Lingkar Perdamaian. Bukan hanya di Lamongan, tapi juga tempat-tempat lain yang memiliki mantan napiter (napi terorisme) dan kombatan yang perlu dibina," ujar Ali.

Ali mengatakan, alasan kuat dirinya bersama dengan para mantan teroris mendirikan organisasi tersebut karena menyadari akan kesalahan yang sudah diperbuat.

Mereka menyatakan ikrar kembali setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Desa Tenggulun di Kecamatan Solokuro, Lamongan, sempat menjadi perbincangan publik di Indonesia pada medio 2002.

Tepatnya, setelah dua ledakan bom mengguncang Paddy's Pub dan Sari Club (SC) yang berada di Jalan Legian, Kuta, Bali.

Lantaran beberapa pelaku dari aksi teror tersebut diketahui berasal dari Solokuro, di antaranya adalah Amrozi bin Nurhasyim dan Imam Samudra alias Abdul Aziz.

"Itu hanya bagian dari masa lalu. Dan kini, kami semua sudah sadar bila hal itu sebuah kesalahan besar dan hanya merugikan bangsa sendiri. Makanya saya dan teman-teman kemudian mendirikan Yayasan Lingkar Perdamaian ini, dan mendapat pengakuan dari Menkumham pada 29 November 2016," jelasnya.

Dalam Yayasan Lingkar Perdamaian, Ali Fauzi mengajak para mantan teroris dan eks kombatan untuk kembali ke dalam jalur yang benar bersama NKRI.

"Untuk saat ini, anggotanya ada 87 orang. Kalau dari Lamongan ada sebanyak 37 orang, sedangkan yang masih ditahan di Lapas Porong ada sebanyak empat orang. Dan saya kira, jumlah ini masih kecil prosentasenya, makanya saya ingin lebih banyak lagi mengajak para mantan teroris untuk bergabung dan kembali dalam NKRI," kata Ali.

Ali menambahkan, persoalan untuk bisa memerangi terorisme di Indonesia memang bukan perkara mudah. Dibutuhkan kerja sama dari semua pihak agar mereka berkenan kembali kepada jalan yang benar.

"Akar terorisme tidak tunggal, tapi banyak. Oleh karenanya, penangananannya tidak boleh tunggal, harus banyak aspek perspektif dan metodologi. Kalau metodologi, kita tahu radikalisasi bukan tunggal tapi berantai. Oleh karenanya harus dilawan dengan program deradikalisasi yang komprehensif dan kemudian terukur yang produktif," papar dia.

https://regional.kompas.com/read/2017/08/20/19371571/mensos-berharap-para-mantan-teroris-dibantu

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke