Salin Artikel

30 Santri Pondok Pesantren Yatim dan Duafa Tidur di Teras Kontrakan

Pimpinan Ponpes Al Kasyaf, Giovani Van Rega mengatakan, sejak dua minggu lalu, para santri diminta untuk keluar dari rumah itu oleh sang pemilik lantaran belum mampu membayar biaya sewa kontrakan sebesar Rp 25 juta per tahun. 

"Kami hanya punya uang Rp 9 juta dari kencleng dan sumbangan. Sebenarnya kami tidak mau meminta minta kepada masyarakat," kata Giovani saat ditemui di Ponpes Al Kasyaf, Rabu (9/8/2017).

Giovani menambahkan, dengan kondisi kurangnya kamar dan tempat belajar, 80 santri baik perempuan maupun laki-laki terpaksa dijejal di dalam 3 rumah. Meski demikian, hal tersebut tidak membuat proses belajar dan mengajar menjadi terganggu. 

"Kami tidak menyebut diusir. Tapi kalau memang kenyataannya diusir ya silakan disebut diusir. Kita juga menunggu kontrakan yang lebih murah," tuturnya. 

Pondok Pesantren Al Kasyaf ternyata memiliki sistem belajar yang berbeda dari pesantren pada umumnya. Di sini, para santri dibina untuk menghasilkan karya tulis berupa buku. Selama hampir 4 tahun berdiri sejak tahun 2013, sudah 320 judul buku yang diproduksi oleh 80 orang anak dalam waktu 2 tahun terakhir.

"Kalau di sini menulis seperti makan. Sehari wajib 3 halaman. Kita tidak pernah berpikir untuk membuat buku best seller, tetapi kita mengajarkan bagaimana menjadi best writer, yaitu menulis untuk Allah," tuturnya. 

Buku yang ditulis oleh para santri, lanjut Giovani, kebanyakan adalah buku motivasi hidup yang sesuai dengan ajaran agama Islam. Menurut dia, Ponpes Al Kasyaf memiliki cita-cita untuk menjadi pondok pesantren yang menghasilkan penulis andal dengan program wajib satu hari satu buku ('sabu sabu') dan satu hari satu ceramah (Sari Sace).

"Tujuannya kita ingin anak-anak supaya jadi tokoh ke depannya. Ini juga kritik untuk pesantren-pesantren karena selama ini pesantren-pesantren hanya konsumsi buku dan kitab. Kita Justru ingin menjadi produsen kitab seperti Imam Syafii yang rajin menulis buku," katanya.

"Mungkin sistem belajar kita baru pertama di Indonesia yang spesialisasinya menghasilkan buku. Selain kita juga belajar kitab kuning, kita ingin juga aplikasikan dan diproduksi ke kitab putih," tandasnya. 

Terima bantuan

Yayasan Al Kasyaf Bhakti Mulia kini bisa bernapas lega. Sebab, kesulitan mereka untuk membayar sewa kontrakan terbantu oleh sumbangan sebesar Rp 16 juta dari ketua DPD Golkar Jawa Barat Dedi Mulyadi yang mendadak mendatangi ponpes Rabu siang. 

"Ini juga ngedadak dapat kabar ada anak pesantren yang tidur di teras, saya langsung ke sini. Tadinya saya mau nengok teman saya yang dibegal. Alhamdulillah sekarang masalahnya sudah selesai," kata Dedi saat ditemui di sela kunjungan. 

Dedi juga mengapresiasi sistem belajar Ponpes Al Kasyaf ketika para santri dituntut untuk menghasilkan buku. Dia pun langsung menelepon Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Purwakarta untuk mengirimkan perwakilan agar mengadopsi sistem belajar pesantren Al Kasyaf. 

"Keren. Yang paling Utama memang menulis. Ini bisa menghasilkan anak-anak berkualitas karena selama ini sistem pendidikan kita terlalu formal," ungkapnya. 

Dedi tidak menyangka di balik niatnya membantu ternyata malah mendapatkan ide untuk menerapkan sistem belajar mengajar di sekolah-sekolah di Purwakarta. 

"Tidak menyangka ternyata malah mendapat mutiara. Memang tidak terlihat seperti yayasan dengan pengelolaan yang modern. Tapi anak-anak malah punya produk, bisa menulis dan akhirnya bisa menulis buku seperti ini. Ini dahsyat bisa membuat anak memiliki kemampuan menulis," tandasnya.

https://regional.kompas.com/read/2017/08/09/13233411/30-santri-pondok-pesantren-yatim-dan-duafa-tidur-di-teras-kontrakan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke