Salin Artikel

Ketika Polisi Bicara Pencegahan Radikalisme di Pulau Terpencil

Udara pagi itu cukup cerah dan ombak terlihat bersahabat, sehingga perjalanan pun berjalan mulus sampai tujuan.

Sekitar 20 menit perjalanan, dua kapal yang membawa rombongan pejabat Direktorat Kepolisian Perairan Polda NTT beserta beberapa istri Bhayangkara dan sejumlah wartawan tiba di Desa Uiasa, Kecamatan Semau, Kabupaten Kupang.

Rombongan yang dipimpin oleh Direktur Kepolisian Perairan Polda Nusa Tenggara Timur (NTT) Komisaris Besar Budi Santoso, tiba di bibir pantai.

Kedatangan para pejabat kepolisian perairan NTT ke wilayah itu, untuk sosialisasi penertiban dan penegakan hukum bagi organisasi radikal dan anti Pancasila.

Acara ini sekaligus deklarasi penolakan terhadap segala bentuk radikalisasi dan anti Pancasila. Kegiatan ini merupakan program quick wins I Mabes Polri.

Rombongan diterima Kepala Desa Uiasa Daud Nenokeba, beberapa tokoh adat, tokoh masyarakat dan tokoh pemuda. Saat berada di pintu gerbang perkampungan, para pejabat kepolisian perairan disambut dengan sapaan selamat datang secara adat, "Basan".

Seusai sapa adat, warga mengalungkan selendang kepada pejabat Direktorat Kepolisian Perairan NTT dan beberapa istri Bhayangkari. Tidak ada ruangan khusus dalam kegiatan itu, karena lokasi sosialisasinya berada di bawah pohon asam.

Sekitar 50 warga, baik yang tua maupun muda, serta anak kecil sudah berkumpul di tempat yang berada di pantai Desa Uiasa. Beberapa kursi plastik telah disiapkan.

Dalam sosialisasinya, Direktur Kepolisian Perairan NTT Komisaris Besar Budi Santoso meminta masyarakat tetap cinta terhadap Pancasila dan NKRI. Ia pun meminta masyarakat menolak paham radikalisme yang masuk ke wilayah Pulau Semau.

"Saya berharap agar masyarakat di pulau ini, kalau melihat kelompok yang tidak sesuai dengan aturan Negara Indonesia, maka tolong kami disampaikan. Saya berharap masyarakat di sini tidak usah ikut kelompok yang menyebarkan paham radikal, karena tidak sesuai dengan aturan negara dan agama manapun," ujar Budi Santoso.

Kegiatan yang dinamakan Sambang Nusa, lanjut Budi, sudah menjadi program tahunan dan terhitung 2016, sudah 72 kali dilakukan di seluruh pulau yang berpenghuni di NTT.

Budi menjelaskan, kegiatan Sambang Nusa merupakan Program Quick Wins I Polri yang mengajak masyarakat untuk mencintai Indonesia dan Pancasila.

Sasaran kegiatannya adalah masyarakat yang berada di pesisir pantai yang memang jauh dari jangkauan pembangunan infrastruktur, serta pemerintah daerah.

Sejauh ini, pulau-pulau terluar juga sudah disambangi Polisi Perairan Polda NTT seperti Rote Ndao, Pulau Sabu, serta pulau lainnya yang ada di NTT bahkan sampai Pulau Lembata yang jaraknya sangat jauh dari Kupang.

Menurutnya, masyarakat NTT di pedalaman dan pesisir pantai harus dibekali rasa nasionalisme dengan menanamkan rasa cinta tanah air.

"Kegiatan ini kami programkan empat kali dalam sebulan dengan menyasar ke desa-desa yang tidak terjangkau pemerintah," sebutnya.

Sementara itu, Kepala Desa Uiasa Daud Nenokeba mengaku berterima kasih terhadap polisi perairan yang telah membantu menyadarkan masyarakat dari paham radikalisme.

Daud mengaku, kegiatan Sambang Nusa yang dilakukan polisi perairan menjadi masukan berharga bagi masyarakat di desa tersebut dalam hal peningkatan rasa nasionalisme dan menolak paham-paham radikalisme.

"Kami berharap hal seperti ini terus dilakukan, agar masyarakat di desa ini semakin paham apa itu Pancasila, agar ke depannya tidak terpengaruh dengan bujuk rayuan dari masyarakat luar," ucap Daud.

Di tempat yang sama, tokoh adat setempat, TH Po mengatakan, masyarakat sangat mendukung kegiatan ini. Apalagi kegiatan ini bertujuan untuk memupuk rasa persatuan dalam rangka mencegah masuknya paham-paham radikalisme.

Menurutnya, Sambang Nusa merupakan kegiatan positif yang harus dilakukan terus menerus. Mengingat saat ini bangsa Indonesia tengah dilanda berbagai gangguan orang-orang tertentu yang ingin memecah belah persatuan.

Dia mengatakan, daerah pedalaman yang tidak dijangkau pemerintah, bisa dijadikan daerah sasaran kelompok radikal untuk memasukan paham-pahamnya yang kemudian merusak tata kehidupan masyarakat setempat.

"Oleh karena itu saya berharap agar tidak hanya sekali ini saja, tetapi terus berkelanjutan, dan tidak hanya di desa ini saja tetapi di semua desa," sebutnya.

Seusai kegiatan sosialisasi, pejabat kepolisian perairan kemudian membagikan sejumlah pakaian olah raga, bola voli, dan net kepada pemuda setempat.

https://regional.kompas.com/read/2017/08/04/10493971/ketika-polisi-bicara-pencegahan-radikalisme-di-pulau-terpencil

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke