Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Emil Minta Warga Komentari LRT, Tapi Jangan Hubungkan dengan Partai

Kompas.com - 05/04/2017, 22:55 WIB
Dendi Ramdhani

Penulis

BANDUNG, KOMPAS.com - Purwarupa moda transportasi massal Kota Bandung, Light Rail Trainsit (LRT) metro kapsul dipamerkan kepada masyarakat di Alun-alun Kota Bandung.

Wali Kota Bandung Ridwan Kamil meminta masyarakat memberi masukan soal desain grafis angkutan masa depan Kota Bandung itu.

"Jadi warga Bandung silakan lihat, komentari, posisinya ada di Alun-alun. Soal warna juga itu silakan dikomentarin, sengaja (diposting) untuk memprovokasi saja, sok apa maunya, tapi jangan dihubungkan dengan partai. Desainnya sudah final, tapi grafisnya masih bebas, orang Bandung tea cerewet makanya dikasih ruang," ujar Ridwan di Pendopo Kota Bandung, Rabu (5/4/2017).

Emil, begitu ia disapa, mengaku sengaja memajang purwarupa LRT tersebut. Hal itu dilakukan untuk memperkenalkan program yang akan segera dieksekusi.

(Baca juga: Metro Kapsul Bandung "Mejeng" di Alun-alun)

"Itu adalah pola komunikasi dari Pemkot Bandung setiap ada inovasi yang memang akan segera dieksekusi kita memperkenalkan supaya kita masih menerima masukan-masukan, arahan, kritikan dari warga, karena kota ini dibangun pada prinsipnya bersama-sama," ucapnya.

LRT yang menggunakan teknologi metro kapsul itu itu dipilih lantaran harganya yang murah. Terlebih, metro kapsul itu merupakan karya anak bangsa.

"Alhamdulillah metro kapsul akan menjadi pilihan teknologi Kota Bandung karena harganya murah sepertiga dari LRT yang biasa sehingga secara ekonomi lebih feasible (layak) dan lebih murah dan buatan anak Indonesia," ujarnya.

(Baca juga: Ridwan Kamil Sebut LRT Bandung, Lebih Murah karena Pakai Teknologi Lokal)

 

Untuk tahap pertama, LRT metro kapsul Bandung akan dibangun sejauh tiga kilometer dari Stasiun Bandung menuju Tegalega. Rencananya, proyek itu baru akan dimulai sekiar akhir Mei 2017.

"Anggarannya hampir 100 persen dari swasta, jadi ini memudahkan percepatan investasi. Karena dengan harga sepertiga dari LRT biasa, swasta jadi tidak terlalu banyak subsidi. Harganya Rp. 150 miliar per kilometer, normalnya Rp. 400 miliar," tuturnya. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com