Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Begini Modus Pungli di Jembatan Timbang Jalur Trans Sulawesi

Kompas.com - 20/10/2016, 06:24 WIB
Junaedi

Penulis

POLEWALI MANDAR, KOMPAS.com - Praktik pungutan liar tak hanya berlangsung di kantor-kantor atau instansi pemerintah seperti Samsat dan lainnya.

Praktik penyimpangan birokrasi serupa juga berlangsung di jembatan timbang sejak bertahun-tahun dan seolah sudah menjadi ketentuan resmi.

Di jembatan timbang di jalur trans Sulawesi, misalnya, para sopir angkutan dikenakan pungutan liar (pungli) hingga mencapai 400 persen lebih tinggi dari ketentuan resmi.

Meski para sopir mengaku berat, namun mereka terpaksa membayar sesuai permintaan petugas karena tak ingin perjalanan mereka terganggu.

Misalnya, praktik pungli di jembatan timbang di Kecamatan Binuang, Polewali Mandar. Jembatan ini terkesan hanya pajangan belaka.

Namanya jembatan timbang, namun sopir angkutan yang melintas di jalur trans Sulawesi tampak hanya lalu lalang di jalan raya dan tidak melewati jembatan tersebut.

Enam petugas Dishub yang bertugas di jembatan timbang ini pun sepertinya tak peduli.

Yang penting, setiap angkutan barang yang melintas di jalur ini menyetor Rp 10.000 atau sekitar 400 persen per mobil dari ketentuan tarif resmi Rp 2000.

Kadir, salah satu sopir angkutan asal Maskassar tujuan Mamuju mengaku setiap hari ia dan rekannya sesama sopir tak perlu masuk ke jembatan timbang.

Ia hanya menyetorkan uang Rp 10.000 ke setiap pos atau jembatan yang ia lintasi setiap hari di sepanjang jalur trans Sulawesi.

"Ah, tidak pernah memang kita timbang, Pak. Apalagi mobilku ini berat muatannya, jadi cukup bayar saja sepuluh ribu rupiah sudah bisa melanjutkan perjalanan," tutur Kadir.

Pengakuan serupa juga disampaikan Ilham, sopir angkutan lintas provinsi asal Makassar. Setiap hari, ia harus menyetor Rp 10.000 di setiap pos-pos dan jembatan timbang yang ia lalui.

Meski berat, namun para sopir ini mengaku hanya pasrah karena tak ingin perjalanan mereka terhambat lantaran dipersoalakan petugas.

“Sudah lama Pak setorannya Rp 10.000 setiap kali melintas,” ujar Ilham.

Kadir dan Ilham tak ingin mempersoalkan pungli yang memberatkan mereka setiap hari karena alasan tak ingin perjalananya dihambat petugas dan dicari-cari kesalahan.

Meski setiap sopir yang ditanya sejumlah wartawan mengaku membayar setoran minimal Rp 10.000 bahkan lebih tergantung situasi muatan kendraaan, namun Amiduddin, salah seorang petugas di jembatan timbang Binuang, Polewali Mandar, membantah adanya pungli.

Sesuai ketentuan, kata Amiduddin, setiap sopir dikenai tarif sekitar Rp 2000 per kendaraan.

Soal tidak masuknya sejumlah mobil angkutan ke jembatan timbang, menurut Amiruddin, karena jalan masuk becek dan berlumpur.

"Mereka itu tidak masuk, Pak karena jalannya becek, dan memang sopir mobil juga tidak mau masuk, Pak," kata Amiduddin.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com